Sabtu, 17 September 2011

Sekolah gratis untuk anak nelayan miskin

Dua Anak nelayan sedang mengumpulkan ikan yg telah di jemur

Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai 2011 ini menyekolahkan secara gratis anak-anak nelayan miskin dari Sulawesi Tengah untuk menjadi nelayan trampil dan wirausahawan mandiri sektor kelautan dan perikanan di daerah masing-masing.

"Untuk tahap pertama ini, Sulteng mendapat alokasi untuk 10 orang anak, namun tahun depan akan bertambah lagi dengan memanfaatkan dana APBD," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo.

Menurut dia, jatah sekolah gratis bagi anak nelayan miskin tersebut disebar ke Kabupaten Parigi Moutong, Morowali, Tolitoli, Tojo Una Una dan Banggai yang selama ini menjadi daerah andalan dalam hal peningkatan produksi perikanan.

Anak-anak yang direkrut adalah lulusan sekolah menengah pertama (SMP) dan mereka akan mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan dan Perikanan di Bone, Sulawesi Selatan yang dikelola langsung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Mereka akan mengikuti pendidikan di SMK KP Bone itu selama tiga tahun. Soal jurusan, mereka dapat memilih sendiri sesuai minat dan bakat mereka.

"Yang jelas, setelah lulus nanti, mereka diharapkan menjadi trampil dan diharapkan menjadi wirausahawan baru bidang kelautan dan perikanan di desa masing-masing," ujarnya.

Selama pendidikan, para siswa tersebut akan menerima bantuan dan fasilitas berupa asrama, pakaian sekolah, buku-buku dan perlengkapan sekolah lainnya hingga tamat.

Program ini untuk mendukung peningkatan produksi perikanan di Sulteng yang diproyeksikan mencapai sekitar 29 persen pertahun guna memberi kontribusi signifikan pada visi Kementerian KP yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen hasil perikanan terbesar di dunia pada 2015. 

Sembilan siswa SD dipukul dan dijepit hidung

Ilustrasi Anak SD sedang di hukum

Gawat betul pendidikan kita ini, kekerasan disuguhkan sejak usia dini justru oleh gurunya. Sembilan siswa SD Negeri 023896, kota Binjai Sumatera Utara, dipukul dan dijepit hidungnya, hanya karena mereka tidak bisa menghapal 33 provinsi yang ada di Indonesia.

"Kami dipukul dan hidung kami dijepit oleh guru, karena tidak bisa menghapal 33 provinsi di Indonesia ini," kata salah seorang siswa, Riyan, di Binjai, Jum'at.

Akibatnya para orang tua siswapun datang ke sekolah, memprotes perlakukan guru berinitai Er, sekaligus meminta pertanggung jawaban kepala sekolah, atas perlakukan guru yang kasar tersebut kepada anak mereka.

"Tidak hanya menjepit hidung para siswa, sang guru juga memukul, tangan dan kaki siswa, dengan penggaris dari kayu," kata Riyan.

Dikatakan Riyan, bahwa pristiwa ini berawal, Kamis (15/9), saat sang guru berinitial Er, yang merupakan guru kelas enam SD 023896 itu, menyuruh satu persatu siswa, mengucap nama-nama provinsi di Indonesia.

"Kamipun lalu maju ke depan satu persatu, menyebut nama provinsi, namun tepat kepada giliran kami yang sembilan orang, kami tidak bisa menyebutkannya. Kami dipukul dan dijepit hidung," katanya.

Karena tak dapat menghapal provinsi yang ada di Indonesia, kesembilan siswa lalu dihukum lalu dihukum, termasuk Riyan.

Tidak terima perlakukan sang guru, para orang tua yang tidak terima anaknya dipukul dan hidungnya dijepit, ramai-ramai mendatangi pihak sekolah.

Akhirnya kepala sekolahpun berinisiati untu melakukan perdamaian dengan orang tua siswa yang dikenakan hukuman oleh sang guru.

"Kami melakukan perdamaian, dan segala perobatan terhadap para siswa ditanggung," kata Aslamiyah Hasibuan, salah seorang guru yang mengajar di sekolah tersebut.

Mudah-mudahan masalahnya sudah selesai, dan tidak ada lagi hal yang harus diperuncing, karena sudah melakukan perdamaian, katanya.

Sementara itu oknum guru pemukul berinitial Er, ketika perdamaian dilakukan tidak berada ditempat, ketika perdamaian itu dilaksanakan.

Habitat orangutan terancam aktivitas pertambangan

Orang Utan

Aktivitas perkebunan dan pertambangan yang terjadi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat mengakibatkan semakin menyusutnya habitat dan populasi orangutan setiap tahun.

"Untuk di Ketapang sendiri saat ini sudah ada 90 ijin perusahaan perkebunan yang dikeluarkan pemkab setempat, sementara untuk pertambangan ada sebanyak 147 ijin," kata anggota Yayasan Palung, Tito P Indrawan.

Jika setiap perusahaan perkebunan memiliki ijin lahan masing-masing seluas 16 ribu hektare, lanjutnya, maka bisa dikalikan dengan jumlah perkebunan yang ada. Belum lagi lahan yang digunakan oleh perusahaan pertambangan.

"Berdasarkan hal tersebut, bisa dibayangkan, berapa kerusakan populasi orangutan yang akan terjadi, jika setiap investor dan persuahaan tidak mempertimbangkan aspek lingkungan dan membuat area konservasi untuk orangutan itu," tuturnya.

Ia menambahkan sekarang sebagian besar populasi orangutan yang ada di Kalbar dan Ketapang pada khususnya sudah berpindah dari tengah hutan ke pinggiran hutan.

Dengan demikian, terjadi perebutan lahan antara orangutan dan manusia yang menyebabkan populasi orangutan semakin terancam.

"Kita memang tidak bisa menghitung populasi orangutan yang ada di Ketapang dan seberapa besar proses perpindahan mereka, namun pada tahun 2006 lalu kita mendapatkan sendiri enam orangutan yang berada di pinggiran sungai. Bahkan, di tahun yang sama berdasarkan informasi dari masyarakat ada belasan orangutan yang masuk dalam pemukiman masyarakat dan kemudian masyarakat menangkapnya, lalu diserahkan kepada kami," katanya.

Desa Sidoarjo pertahankan monyet ekor panjang

Monyet Ekor Panjang
 
Pemerintah Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bertekad mempertahankan keberadaan monyet ekor panjang di wilayah tersebut.

Kepala Desa Sidoharjo Budi Hutomo Putro di Samigaluh, Jumat, mengatakan bahwa untuk mempertahankan kera ekor panjang dibutuhkan fasilitas bangunan bendungan yang memiliki multifungsi di wilayah Sidoarjo.

"Kami merencanakan di sekitar bendungan dijadikan habitat monyet ekor panjang dengan ditanami tanaman penghijauan dan buah-buahan. Selain menjadi habitat monyet ekor panjang, bendungan tersebut dapat sebagai sarana penyediaan air baku, air irigasi pertanian, budi daya ikan air tawar dan objek wisata," katanya.

Menurut dia, lereng perbukitan di Desa Sidoharjo terdapat dua sungai kecil yang oleh warga setempat biasa disebut Kali Tarung dan Kali Ceples. Aliran air kedua kali tersebut sepanjang tahun tidak pernah kering.

"Pada pertemuan dua kali tersebut memungkinkan dibangun bendungan. Warga tidak keberatan di sana dibangun bendungan karena di sekitar kali atau sungai tersebut merupakan tanah kas desa," katanya.

Ia mengatakan, Desa Sidoarjo baru mendapat bibit tanaman buah-buahan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY yang meliputi bibit tanaman pete, manggis, durian, jambu biji dan bibit tanaman gayam.

"Setelah tanaman berproduksi diharapkan dapat menjadi makanan monyet ekor panjang sehingga mengurangi kerusakan tanaman pertanian milik warga," katanya.

Kata dia, monyet ekor panjang di Desa Sidoarjo menyebar di 15 wilayah pedukuhan. Sejak zaman dulu di wilayah itu sudah ada monyet dan habitatnya berada di permukiman penduduk.

Masyarakat Sidoarjo, kata dia, mengharapkan monyet itu tidak dimusnahkan karena dapat menjadi salah satu aset wisata yang menarik. Jalan keluar yang perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan adalah mengendalikan populasi, menjinakkan dan melokalisasi habitat monyet.

"Bangunan bendungan dan penanaman buah-buahan di sekitar bendungan bisa menjadi tempat tinggal monyet. Lokasi tersebut dapat menjadi objek wisata menarik dan gangguan monyet di permukiman penduduk dapat dikurangi," katanya.

Hutan gundul, macan tutul turun gunung

macan tutul jawa (Phantera pardus melas/java leopard)

Macan tutul (Panthera pardus) yang keluar dari habitatnya masuk ke perkampungan penduduk sekitar hutan Gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat, diduga karena hutan sebagai habitatnya telah rusak.

"Kerusakan hutan memicu hal itu, seperti yang terjadi Rabu (14/9). Kemarin tengah malam warga Cilawu menangkap macan," kata Pemilik Taman Satwa Cikembulan, Rudy Arifin, saat dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat.

Gunung Cikuray yang diprediksi habitat macan tutul, menurut Rudy karena tidak ada makanan di hutan tersebut akhirnya macan mencari makan diluar kawasan hutan.

Hal lain yang memicu adalah perburuan hewan mangsa macan tutul.

"Berkurangnya populasi hewan di hutan karena diburu, serta maraknya penebangan hutan menjadi penyebab turunnya macan dari gunung," katanya.

Ia menjelaskan macan tutul memiliki karakter pemalu dan takut terhadap manusia dan tidak akan keluar dari habitatnya apabila masih menemukan makanan hewan buruannya seperti babi hutan atau monyet.

"Sebenarnya kalau tidak lapar macan itu tidak akan keluar dari habitatnya apalagi mendekati kawasan manusia, tapi karena memang lapar terpaksa keluar dari habitatnya," katanya.

Sementara itu macan tutul betina jenis Panthera Pardus ditangkap warga di sekitar Kampung Cipari, Desa Sukamurni, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut berusia satu tahun dengan berat sekitar 30-40 kg.

Macan tersebut langsung diamankan kemudian dititipkan di taman Satwa Cikumbulan oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam wilayah 5 Garut, Jawa Barat untuk dipelihara.

Pusat Konservasi Primata Jawa Diresmikan

Suasana di pintu memasuki Pusat Penyelamatan Primata Jawa di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Selasa (13/9/2011)

Pusat Konservasi Primata Jawa yang berdiri di atas lahan seluas 12 hektar di jalur wisata Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, diresmikan, Selasa (13/9/2011).  Peresmian dilakukan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Darori.

Kawasan tersebut sebelumnya termasuk lahan PHBM milik Perhutani dengan komoditas tanaman kopi. Kini lahannya dipakai untuk menampung enam set kandang luar dan dalam untuk primata yang dipersiapkan untuk lepas liar.

Menurut Darori, fasilitas ini diharapkan dapat membantu program pemerintah dalam melindungi satwa nyaris punah yang kian menurun populasinya akibat perburuan manusia atau berkurangnya kawasan hutan. Fasilitas tersebut dibangun dengan kerja sama Aspinall Foundation yang bermarkas di Inggris.

Saat ini terdapat enam ekor owa jawa dan empat ekor lutung yang sedang dikonservasi. Kebanyakan merupakan hasil sitaan dari masyarakat. ”Lebih baik masyarakat menyerahkannya secara sukarela daripada nanti dipidana dengan ancaman penjara sepuluh tahun karena menyimpan hewan yang dilindungi,” kata Darori. 




Jumat, 24 Juni 2011

WHO Bantu 5.025 Kelambu kepada Warga Mukomuko

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization -- WHO) memberikan bantuan sebanyak 5.025 lembar kelambu bagi wanita hamil di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, supaya bayi yang dilahirkan terhindar dari nyamuk malaria.

"Kelambu telah disalurkan ke pusat kesehatan masyarakat selanjutnya dibagikan kepada wanita hamil," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko, Riswandi Dani, di Mukomuko, Kamis.

Ia mengatakan, bantuan ribuan kelambu yang diterima dari WHO itu langsung disalurkan oleh Dinkes kepada setiap pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang tersebar di seluruh kecamatan di daerah ini.

"Wanita yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas akan diberikan satu lembar kelambu untuk persiapan saat bayi melahirkan," urainya.

Ia menerangkan, kelambu yang dibagikan kepada warga masyarakat di daerah ini bukan sembarang pengaman dari gigitan nyamuk saja tetapi dilengkapi dengan obat yang bisa membunuh nyamuk.

"Nyamuk yang mendekati kelambu bantuan WHO ini akan mati karena pengaruh obat yang ada pada kelambu," urainya.

Ia menerangkan, sampai sekarang belum semua kelambu habis dibagikan, beberapa diantaranya masih disimpan di Puskesmas untuk persiapan bagi warga yang memiliki balita yang ingin pengaman dari nyamuk pada malam hari.

"Kelambu bantuan ini gratis diberikan kepada warga sehingga bisa membantu memberikan kenyamanan bagi bayi maupun balita pada malam hari," urainya.

Sementara salah seorang warga Bandar Ratu Budi mengatakan, kelambu bantuan dari pemerintah ini sangat membantu memberikan kenyamanan bagi anaknya tidur pada malam hari.

"Sejak hujan turun selama dua hari ini sering adanya genangan  air dan nyamuk semakin banyak, tetapi dengan menggunakan kelambu anak kami bisa terhindar dari nyamuk," jelasnya.

Kehidupan Samudra Berada di Ambang Kepunahan Massal

Kehidupan samudra berada di ambang pintu ancaman kepunahan dalam waktu tak lama lagi akibat bermacam ancaman seperti perubahan iklim dan penangkapan ikan secara berlebihan, demikian hasil satu studi yang disiarkan Selasa (21/6).

Waktu bertambah pendek untuk menanggulangi bermacam bahaya seperti ambruknya terumbu karang atau penyebaran "zona kematian" oksigen rendah, kata studi itu --yang dipimpin oleh International Program on the State of the Ocean (IPSO).

"Kita sekarang menghadapi hilangnya spesies laut dan seluruh ekosistem laut, seperti terumbu karang, dalam satu generasi saja," demikian isi studi oleh 27 ahli yang dijadwalkan diserahkan kepada PBB dan dilaporkan oleh Reuters di Jakarta, Rabu.

"Jika tak ada tindakan yang dilakukan sekarang, konsekuensi ulah kita berisiko mengakibatkan , melalui dampai gabungan perubahan iklim, eksploitasi berlebihan, polusi dan kehilangan habitat, peristiwa penting kepunahan secara global," katanya.

Para ilmuwan mendaftar lima kepunahan massal selama 600 juta tahun --yang paling akhir ketika dinosaurus punah 65 juta tahun lalu, tampaknya setelah satu asteroid menghantam Bumi. Di antaranya, periode Permia tiba-tiba berakhir 250 juta tahun lalu.

Priode Permia berlangsung dari 290 sampai 248 juta tahun lalu dan adalah priode terakhir Era Paleozoic. Kepunahan antara Paleozoic dan Mesozoic terjadi pada akhir priode Permia sebagai pengakuan atas kepunahan massal terbesar yang tercatat dalam sejarah kehidupan Bumi.

Peristiwa tersebut mempengaruhi banyak kelompok organisme di bermacam lingkungan hidup, tapi itu paling mempengaruhi kehidupan laut, sehingga mengakibatkan kepunahan sebagian besar hewan laut tak bertulang belakang saat itu.

"Temuan ini mengejutkan," tulis Direktur Ilmiah IPSO,Alex Rogers mengenai kesimpulan dari lokakarya 2011 oleh para ahli kelautan. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh IPSO dan International Union for Conservation of Nature (IUCN) di Oxford University.

Ikan adalah sumber utama protein bagi seperlima penduduk Bumi dan lingkaran oksigen lautan dan membantu menyerap karbon dioksida, gas utama rumah kaca akibat ulah manusia.

Oksigen
Jelle Bijma, dari Alfred Wegener Institute, mengatakan lautan menghadapi "trio ancaman mematikan" temperatur yang lebih tinggi, pengasaman dan kekurangan oksigen, yang dikenal sebagai anoxia, yang telah muncul dalam beberapa kepunahan massal pada waktu lalu.

Penimbunan karbon dioksida membuat planet Bumi bertambah panas.

Panel ilmuwan iklim PBB menuding penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia sebagai penyebab utama peristiwa tersebut.

"Dari sudut pandang geologi, kepunahan massal terjadi dalam sekejap mata, tapi menurut skala waktu manusia kita mungkin tak menyadari bahwa kita berada di tengah peristiwa semacam itu," tulis Bijma.

Studi itu menyatakan penangkapan ikan secara berlebihan adalah kondisi paling mudah yang bisa diubah oleh manusia --menanggulangi pemanasan global berarti beralih dari bahan bakar fosil, misalnya, dengan energi yang lebih bersih seperti enegi angin dan surya.

"Tak seperti perubahan iklim, itu dapat secara langsung, secepatnya dan secara efektif ditangani melalui perubahan kebijakan," kata William Cheung dari University of East Anglia.

"Penangkapan ikan secara berlebihan sekarang diperkirakan mencapai lebih dari 60 persen dari kepunahan ikan laut lokal dan global yang diketahui," tulis Cheung.

Di antara contoh penangkapan ikan secara berlebih adalah ikan bahaba China --yang panjang tubuhnya bisa mencapai dua meter. Harga per kilo sirip ikan itu --yang dipercaya memiliki kandungan obat-- telah naik dari beberapa dolar AS pada 1930-an jadi 20.000-70.000 dolar AS saat ini.

Pembalakan Hutan Ganggu Ekosistim di Laut

Ilustrasi Hutan

Semakin jauh jarak tangkap komoditi yang merupakan keunggulan Kota Bitung, ternyata dipengaruhi oleh pembabatan hutan secara berlebihan, sehingga mengganggu ekosistem di laut.

Kepala Syahbandar Kota Bitung, Endang Sunaryo, di Bitung, Jumat mengatakan, berkurangnya bahan baku ikan yang merupakan hasil laut Kota Bitung, ternyata bukan hanya kesalahan penduduk pesisir atau nelayan, namun lebih kepada pembalakan hutan yang secara liar dilakukan.

"Hutan dipegunungan yang dibabat habis juga merupakan salah satu sebab menjauhnya ikan-ikan, karena laut juga membawa unsur hara dari pegunungan yang bisa mempertahankan populasi ikan dilaut," jelas Sunaryo.

Bahkan Sunaryo tegaskan, bukan cuma hutan saja yang miskin tapi laut pun ikutan miskin, hingga menyebabkan kenaikan harga bahan baku tersebut.

"Kenaikan harga ikan tentunya akan sangat meresahkan warga sehingga dari unsur tadi kiranya dapat diperhatikan oleh masayarakat maupun Pemerintah terkait," ungkapnya lagi.

Adapun jenis ikan yang berada dipasaran lokal meliputi cakalang, ikan tude, malalugis dan lainnya.

Sunaryo katakan, untuk kegiatan bongkar muat kapal ikan di pelabuhan Aertembaga, saat ini masih seperti biasanya.

"Dimana setiap kapal ikan yang tiba di Pelabuahan ini, harus melaporkan jumlah ikan yang ditangkap, karena selain untuk dilaporkan ke Jakarta juga untuk mendapatkan rekomendasi Bahan Bakar Minyak berjenis solar bagi pemilik kapal.

Namun demikian, Sunaryo katakan bahwa rekomendasi tersebut hanya dikhususkan bagi kapal-kapal yang berbahan bakar solar.

"Kalau perahu kecil hanya berkekuatan 5 sampai 10 Gross ton dengan berbahan bakar premium, tentunya tidak akan mendapatkan rekomendasi, karena hal ini hanya dikhususkan bagi kapal yang berbahan bakar solar," jelasnya. 

Laju Kerusakan Hutan Capai 0,7 Juta Hektar

Ilustrasi Kerusakan Hutan
Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 0,7 juta hektar per tahun.

Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Harnowati pada peringatan Hari Lingkungan Hidup se Dunia Tingkat Provinsi DIY di Rest Area Hutan Bunder Kabupaten Gunung Kidul, Kamis, Sultan mengatakan laju kerusakan hutan setiap tahun tersebut tidak sebanding dengan pemulihan hutan yang hanya mencapai 0,5 juta hektare per tahun.

Menurut Sultan kerusakan hutan dan alih fungsi lahan memperburuk kondisi hutan di Indonesia. Kerusakan lingkungan memicu potensi bencana alam di berbagai daerah di Indonesia.

"Lingkungan hidup saat ini semakin tidak kondusif, misalnya maraknya pencemaran bakteri E-Coli, menurutnya kesuburan tanah dan hutan yang gundul akibat pembalakan liar," katanya.

Ia mengatakan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan hidup, seluruh pihak semestinya memiliki kesadaran untuk aktif menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga dunia. Kesadaran untuk menjaga keberadaan hutan bisa dilakukan dengan cara menanam pohon.

Gerakan penanaman satu miliar pohon di Indonesia bisa menjadi salah satu solusi penyelamatan hutan.

"Rehabilitasi dan konservasi hutan perlu didukung dengan konsep tata ruang yang baik. Penyelamatan hutan penting untuk mendukung kualitas hidup dan lingkungan yang sehat," katanya.

Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup se Dunia tingkat Provinsi DIY tersebut ditandai dengan pelepasan berbagai jenis satwa burung ke habitatnya oleh Kepala BLH DIY Harnowati.


Rabu, 22 Juni 2011

DPRD Sulbar Sesalkan Askes Abaikan Hak Kaum Dhuafa

Kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Barat menyesalkan PT Asuransi Kesehatan yang telah membangun kerjasama dengan pemerintah kabupaten Polewali Mandar, telah mengabaikan hak-hak kaum dhuafa yang ada di wilayah itu.

"Tentu kami sesalkan kehadiran PT Asuransi Kesehatan (Askes) di Kabupaten Polewali Mandar tidak memberikan yang terbaik bagi masyarakat miskin yang akan melakukan pelayanan kesehatan di RSUD setempat,"kata Anggota DPRD Sulbar, Gazali Baharuddin Lopa di Mamuju, Senin.

Menurutnya, PT Askes tidak boleh mengabaikan hak-hak warga miskin karena telah melakukan kontrak kerjasama dengan pemkab Polman.

"Uang yang digunakan oleh pemkab Polman untuk membayar Askes juga uang rakyat melalui hasil pendapatan asli daerah (PAD). Makanya, jika askes mengabaikan hak-hak rakyat maka perusahaan tersebut sama halnya telah melakukan perampokan uang rakyat,"papar Gazali yang juga merupakan legislator dari daerah pemilihan Polman.

Karena itu kata dia, dirinya sangat mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh anggota DPRD Kabupaten Polman, untuk memanggil PT Askes bersama pemkab Polman.

"Saya sangat mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh anggota DPRD Polman untuk memanggil PT Askes untuk menjelskan kehadapan para wakil rakyat di daerah itu,"ucapnya.

Sebelumnya, angota komisi IV DPRD Polman, Abdurrahim, berjanji akan memanggil PT Askes dan Pemkab Polman untuk menjelskan terkait keluhan rakyat atas program Askes.

Pemanggilan tersebut terkait memperjelas mekanisme kontrak yang telah dijalankan dan menemukan titik persoalan yang menjadi penyebab terbengkelainya sejumlah warga yang tidak terakomodir dalam sistem pendataan program jaminan kesehatan masyarakat umum (PJKMU).

Jika terbukti kesalahan ini dilakukan pihak PT Askes, maka DPRD tidak segan-segan mengusulkan pemutusan kontrak tersebut kepada Pemkab Polman maupun ke Pemprov Sulbar.

Sementara, dalam proses berjalannya kontrak kerja sama PJKMU, PT Askes dinyatakan telah melanggar aturan dalam kontrak sebab telah menggunakan data yang tidak sesuai dengan data yang diharapkan Pemkab Polman.

Warga yang tidak terakomodir dalam pendataan akibat sistem yang digunakan PT Askes tidak sesuai kontrak, akhirnya menyebabkan ratusan warga Polman tidak mampu terakomodir dalam pelayanan kesehatan gratis melalui program tersebut. (ACO/K004)

Sumber : Antaranews.com

Kemenhut Akan Merehabilitasi 500 Ribu Hektare Hutan

Kawasan perairan laut Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), segera ditetapkan jadi Cagar Biosfir Dunia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui UNESCO.

"Rencananya pihak UNESCO akan menyerahkan piagam penetapan Wakatobi sebagai Cagar Biosfir Dunia itu kepada Pemerintah Kabupaten Wakatobi pada September 2011 nanti," kata Bupati Wakatobi, Hugua melalui telepon dari Wakatobi, Rabu.

Menurut Bupati Hugua, lembaga internasional di bawah naungan PBB itu menetapkan Wakatobi sebagai Cagar Biosfir Dunia karena perairan laut Wakatobi memiliki keragaman jenis terumbu karang yang cukup tinggi, yakni sekitar 90 persen dari seluruh jenis terumbu karang di dunia.

"Total terumbu karang yang ada di dunia sebanyak 850 spesies, sebanyak 750 jenis diantaranya terdapat di alam bawah laut Wakatobi," katanya.

Selain memilik keragaman jenis terumbu karang, perairan laut Wakatobi menurut Hugua juga dihuni berbagai jenis biota laut termasuk 942 jenis ikan.

"Jumlah jenis ikan yang menghuni perairan laut Wakatobi itu, merupakan hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari Wallacea, lembaga peneliti yang berkantor pusat di London, Inggris," katanya.

Pertimbangan lain yang mendorong UNESCO menetapkan Wakatobi sebagai Cagar Biosfir Dunia menurut Hugua adalah kebijakan Pemerintah Kabupaten Wakatobi yang konsisten menerapkan praktik-praktik konservasi dalam mengelola dan menjaga kelestarian terumbu karang.

"Mendahului pemberian piagam Carar Biosfir dari UNESCO itu, saya diminta menyampai pemaparan tentang konservasi kawasan terumbu karang Wakatobi pada sidang UNESCO di Bresben, Jerman pada 28 Juni 2011 ini," katanya.

Sumber : Antaranews.com

Kemenhut Akan Merehabilitasi 500 Ribu Hektare Hutan

Kementerian Kehutanan pada 2011 akan merehabilitasi hutan dan lahan seluas 500 ribu hektare.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada temu wicara Penas KTNA di Tenggarong, Sabtu menyatakan, selain merehabilitasi hutan dan lahan, pihaknya juga akan membangun kawasan HTI (hutan tanaman industri) dan HTR (hutan tanaman rakyat) seluas 500.000 hektare serta HKm (hutan kemasyarakatan) dan hutan desa seluas 500.000 hektare di tambah dengan hutan rakyat kemitraan 50.000 hektare.

"Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan adalah kunci partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memelihara kelestarian hutan dan sumberdaya alam. Pemerintah juga telah memberikan akses legal kepada masyarakat untuk turut serta mengelola hutan, baik melalui program HTR, HKm, hutan desa maupun dalam program hutan rakyat kemitraan," katanya.

Ia mengatakan, selain dapat memanen hasil kayu, melalui kegitan tersebut juga dapat melakukan kegiatan tumpang sari dengan jenis-jenis tanaman pangan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut dia, dalam mendukung penanaman pohon di lokasi HTR, HKm, hutan rakyat serta hutan desa, pemerintah telah meluncurkan program kebun bibit rakyat (KBR) sebagai program pembinaan penyediaan bibit secara swadaya yang berkualitas dan mampu meningkatkan perekonomian rakyat.

Pada 2010, lanjut dia, telah dibangun KBR (kebun bibit rakyat) sebanyak 8. 016 unit atau 400,8 juta batang bibit pada 8.016 desa.

Selanjutnya pada 2011 akan dibangun 10.000 unit KBR atau 500 juta batang bibit di 10.000 desa.

"Pada 2014 diharapkan seluruh desa di Indonesia yang termasuk dalam DAS kKritis dipastikan telah mendapat KBR untuk mendukung penanaman pohon dan akan dibangun juga 48 ribu unit KBR atau 2,4 milyar batang bibit karena masing-masing unit dapat memproduksi 50 ribu batang pohon," katanya.

"Diperkirakan 60 persen dari jumlah desa di Indonesia telah mendapat alokasi dana KBR. Disamping itu akan dilakukan pembangunan Persemaian Permanen 23 unit di 22 propinsi yang akan memproduksi 35 juta bibit pohon per tahun," tambah Zulkifli Hasan.

Kemenhut, kata dia, juga telah mencadangkan areal HTR seluas 631.628 hektare, penetapan areal HKm seluas 415.153 hektare dan penetapan areal Hutan Desa seluas 113.354 hektare.

"Selain akses legal, rakyat setempat juga diberikan akses pembiayaan melalui BLU Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan dengan anggaran tersedia mencapai Rp2,3 triliun," kata Zulkifli Hasan.

Pengelolaan hutan dan industri kehutanan saat ini, kata dia, akan didorong kearah pemusatan pertumbuhan jenis industri perkayuan yang berbasis hutan tanaman.

Hal tersebut sebagai upaya mengatasi mahalnya biaya transportasi dan menciptakan divisi antardaerah.

"Pertumbuhan industri perkayuan berbasis hutan tanaman ini sudah berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara industri `plywood`, kayu gergajian, dan biomasa `wood pellet` energi dengan rakyat. Industri kayu berbasis hutan tanaman ini didorong di luar Jawa dengan membangun koridor ekonomi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTT, dan Papua," demikian Zulkifli Hasan. 

Sumber : Antaranews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Fotografer ANTARA Ajak Masyarakat Jaga Ciliwung

Para fotografer Kantor Berita ANTARA mengajak masyarakat memaksimalkan keberadaan sungai di Jakarta dengan mengapungkan karya fotografi di atas Sungai Ciliwung.

"Ini (pengapungan foto di Ciliwung) untuk memaknai hari ulang tahun Ibukota Jakarta ke-484, dengan mengajak masyarakat bersama-sama kembali `melihat` sungai," kata jurnalis foto ANTARA, Fanny Octavianus, usai mengapungkan hasil karyanya dengan turun langsung ke Ciliwung di Pasar Baru, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, sungai merupakan tempat tumbuh kembang peradaban dan kota-kota besar di dunia. Namun kini kondisi dan fungsinya lebih mirip selokan atau got besar sebagai saluran pembuangan saja.

Untuk itu, ia bersama rekan-rekan fotografer dari ANTARA berinisiatif menunjukan sisi lain dari keberadaan sungai di Jakarta dengan mengapungkan hasil karya foto mereka di Kali Ciliwung tepat di depan Gareli Foto ANTARA Pasar Baru.

Sebuah foto seseorang yang sedang snorkeling di sebuah kolam dengan air yang biru berukuran 2x4 meter (m), dan 16 foto ikan berukuran 50 sentimeter (cm) yang diapungkan di Ciliwung tampak kontras dengan kondisi sungai yang pekat berwarna hitam dan berbau.

Karya foto Fanny Octavianus dan Ricky Adrian ini rencananya akan diapungkan di Ciliwung hingga 24 Juni 2011, bersamaan dengan Festival Passer Baroe.

"Ke depannya kita akan melakukan aktivitas sama, semacam kampanye sungai, dengan persiapan yang lebih matang lagi tentunya. Kita akan ajak berbagai pihak termasuk lembaga swadaya masyarakat pecinta lingkungan mau pun komunitas fotografi lainnya," ujar Fanny.

Rencananya, lanjutnya, kegiatan serupa akan dilakukan di sungai-sungai Jakarta lainnya, yang kondisinya rata-rata memprihatinkan, penuh sampah, dan berbau busuk.

"Mungkin akan kita lakukan saat bertepatan dengan Hari Sungai, Hari Bumi, atau Hari Air," ujarnya.

Sumber : Antaranews.com

Pantai Dumai Terkikis Lima Meter Per Tahun

Ilustrasi Abrasi Pantai

Pantai di Kota Dumai, Provinsi Riau, terus terkikis hingga lima meter setiap tahun sebagai dampak abrasi pantai.

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pecinta Alam Bahari (PAB) Dumai Darwis Mhd Saleh kepada ANTARA di Dumai, Senin, mengatakan, abrasi yang mengikis sejumlah wilayah pantai di Kota Dumai disebabkan minimnya tanaman bakau.

"Walaupun saat ini sudah mulai dilakukan pengerjaan turap dan pembangunan pemecah gelombang sudah selesai, namun tetap saja kikisan pantai terus terjadi karena tanaman bakau di pinggir pantai yang minim," katanya.

Untuk mengatasi abrasi berat di pantai Dumai, menurut Darwis, tidak cukup dengan membangun turap dan dinding pemecah gelombang.

Namun sebaiknya juga dengan melestarikan keutuhan hutan mangrove yakni terus melakukan penanaman secara rutin.

Saat ini, menurut Darwis, sejumlah wilayah pantai khususnya yang berada di Kecamatan Medang Kampai, meliputi Pantai Teluk Makmur, Pantai Guntung, Pantai Mundam, dan Pantai Pelintung mengalami abrasi paling hebat, yakni lima meter per tahun.

"Kondisi itu disebabkan di empat wilayah pantai tersebut memang minim tanaman bakau," ujarnya.

Kondisi di masing-masing pantai tersebut, kata Darwis, mempunyai panjang daratan pantai yang berbeda.

"Pantai Teluk Makmur sepanjang empat kilomter, Pantai Guntung tiga kilometer, Pantai Mundam tiga kilometer, dan Pantai Pelindung sepanjang 25 kilometer," katanya.

Sumber : Antaranews.com

Penebangan Liar Terpantau di Bengkalis

Ilustrasi Penebangan Liar

Penebangan hutan secara liar di kawasan hutan Kabupaten Bengkalis, Riau, masih berlangsung dan terpantau saat tim dari kecamatan berkeliling di udara dengan menggunakan helikopter.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bengkalis, H Ismail, di Bengkalis, Senin mengatakan, pada saat pantauan di udara, tepatnya di kawasan hutan Giam Siak Kecil di temukan beberapa kilang pengelolaan kayu.

"Temuan kilang kayu tersebut diperkuat lagi dengan banyaknya kawasan hutan di Giam Siak Kecil yang pepohonannya mulai gundul," katanya.

Informasi masih adanya praktik ilegal "logging" di kawasan hutan Giam Siak Kecil dan beberapa wilayah lain di Bengkalis itu didapat pihaknya dari unsur pimpinan di Kecamatan Bukit Batu yang sebelumnya melakukan pantauan udara bersama PT Sinar Mas Group.

"Langkah selanjutnya, kita akan menggelar operasi hutan khususnya di wilayah Giam Siak Kecil yang merupakan cagar biosfer," ujarnya.

Camat Bukit Batu, Andris Wasono di kesempatan terpisah menambahkan, untuk di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, pihaknya menemukan sedikitnya tiga kilang pengelolaan kayu.

"Selain kilang, kami juga mendapati sebagian hutan Giam Siak Kecil gundul dan ada bekas jalan sejumlah mobil yang diduga pengangkut kayu tersebut," katanya.

Kasus ini kata Andris, sudah dilaporkan ke pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bengkalis untuk selanjutnya di teruskan ke jalur hukum.

"Namun kerugian akibat kegiatan ilegal ini belum diketahui," kata Andris. 

Sumber : Antaranews.com

Senin, 20 Juni 2011

Pulau Bengkalis Menciut Akibat Abrasi

Ilustrasi Abrasi Laut 
 
Daratan Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dikabarkan terus menciut akibat abrasi pantai yang setiap tahunnya terus mengikis sebagian daratan di sana.

Seorang tokoh masyarakat Bengkalis, H Effendi, kepada ANTARA News di Kota Dumai, Senin, mengatakan bahwa abrasi yang menghantam daratan pantai Pulau Bengkalis dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan.

"Tidak sedikit masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di pesisir pantai merasa khawatir dengan terjangan abrasi yang kian hebat. Kami mengharapkan keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah ini karena daratan Bengkalis semakin menciut," katanya.

Dipantau secara kasat mata, kata dia, abrasi di Bengkalis tidak hanya "memakan" daratan sisi pantai, namun juga menggerus pinggir sungai akibat tanaman bakau yang terus berkurang.

"Jika kondisi ini terus dibiarkan, kami khawatir abrasi akan semakin ganas dan semakin cepat mengeruk daratan," kata dia.

Menurutnya, saat ini abrasi tidak hanya terjadi di pulau-pulau terluar, namun juga melanda hampir seluruh pinggir pantai Pulau Bengkalis yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Bengkalis.

"Penyelamatannya harus dilakukan dari sekarang, kami selaku masyarakat setempat juga siap untuk membantu pemerintah," katanya.

Berdasarkan data Badan Ligkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, saat ini ada sekitar 11 desa yang tersebar di lima kecamatan dari delapan kecamatan se-Kabupaten Bengkalis yang tengah dilanda abrasi berat.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, H Huzaini, mengatakan bahwa penangganan abrasi di Bengkalis tidak dapat hanya ditanggulangi oleh pemeritah kabupaten, tapi juga perlu perhatian dari Pemprov Riau dan pemerintah pusat.

"Hal ini karena penanggulangan abrasi akan memakan dana yang cukup besar, idealnya harus dilakukan dengan anggaran bersama antara pemerintah provinsi dan pusat," imbuhnya.

Tingkat laju abrasi di Bengkalis setiap tahunnya, menurut pantauan BLH, mencapai lima hingga sepuluh meter.

"Kondisi ini sudah sangat darurat, dan memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita bersama," kata Huzaini. 

Sumber : Antaranews.com

Pemkot Makassar Ajak Masyarakat Olah Sampah Menjadi Berguna

Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengolah limbah berupa sampah menjadi bahan atau barang yang berguna dan bernilai tambah.

"Kita memberikan pelatihan pengelolaan sampah terpadu yaitu melalui pola kurangi, pakai kembali, dan daur ulang (reduce, reuse, recycle) berbasis masyarakat dalam membantu pelaksana dilapangan untuk pengurangan sampah dari sumbernya," ujar Kadis Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar Muhammad Kasim, di Makassar, Senin.

Ia mengatakan, konsep 3R yang dijalankan dalam pengelolaan persampahan yakni, "Reduce" yaitu, upaya untuk mengurangi timbunan sampah dilingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.

Pola "Reuse" yakni, upaya menggunakan kembali sampah yang masih dapat dipakai melalui proses pengelolaan seperti sampah organik dan bukan organik. Sampah organik adalah sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos untuk dijadikan pupuk.

Sedangkan pola "Recycle" yakni mendaur ulang material sampah yang tidak lagi berguna menjadi bahan lain melalui proses pengolahan.

Ia mengungkapkan, Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menerangkan bahwa masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, peran yang dimaksud dapat dilakukan melalui pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada pemerintah untuk perumusan kebijakan pengelolaan sampah dan bahkan dapat memberikan saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.

Selain itu, tujuan dari kegiatan ini sebagai bekal menjadi pelaku usaha yang pada gilirannya dapat mengorganisir diri menjadi pelopor dalam membuka lahan pekerjaan dan memberdayakan keluarga dan masyarakat disekitarnya.

Menurutnya, kebijakan dan strategi nasional pengembangan pengelolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R.

"Sasaran yang harus dicapai pada 2011 sebesar 20 persen yang pada dasarnya merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut mengingat kondisi yang ada saat ini baru sekitar tiga persen sampah yang dapat dimanfaatkan," ujarnya.


Sumber : Antaranews.com

Indonesia-Korea Matangkan Uji Coba Pengurangan Emisi

Ilustrasi Hutan

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Badan Kerja Sama Internasional Korea menggelar lokakarya untuk mematangkan program uji coba pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebagai bagian dari program kehutanan sosial yang mulai dicanangkan tahun ini.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj. Hartina, di Mataram, Senin, mengatakan, lokakarya itu akan berlangsung di Hotel Sentosa, kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Selasa (21/6).

"Pejabat terkait dari Kementerian Kehutanan RI dan Badan Kerja Sama Internasional Korea atau Korea International Cooperation Agency (KOICA) akan membahas cara efektif untuk melaksanakan program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan," ujarnya.

Hartina mengatakan, Kementerian Kehutanan (Kemhut) RI dan KOICA sudah menjalin kerja sama bidang kehutanan yang dikenal dengan Aforestasi dan Reforestasi (A/R) melalui mekanisme Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM), sejak beberapa tahun lalu.

Program A/R dengan mekanisme pendanaan CDM itu mengarah kepada pengembangan kawasan hutan kemasyarakatan, yang akan diimplementasikan melalui mekanisme pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang atau Reducing Emission from Deforestation and Degradation in Developing Countries (REDD) plus.

Awalnya menggunakan mekanisme REDD namun dianggap kurang sempurna karena deforestasi dan degradasi hutan memang mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) tetapi tidak meningkatkan kemampuan hutan itu sendiri untuk melakukan sekuestrasi atau penyerapan karbon.

Oleh karena itu muncullah mekanisme REDD-plus yang bukan hanya memberikan insentif untuk pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, tetapi juga peningkatan penyerapan karbon melalu konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan-cadangan karbon hutan di negara-negara berkembang.

Diyakini emisi karbodioksisa (CO2) dari deforestasi mencapai 20 persen, dan untuk mengurangi emisi, upaya utamanya yakni CDM, teknologi hijau, konservasi hutan, aforestasi dan reforestasi, serta REDD plus.

"Tahun ini ada dua lokasi di wilayah NTB yang menjadi tempat uji coba pengurangan emisi seperti dikehendaki negara-negara berkembang. Itu yang mau dibahas pemantapan pelaksanaannya dalam lokakarya," ujarnya.

Hartina menyebut kedua kawasan hutan kemasyarakatan yang menjadi sasaran program REDD plus itu yakni Aiberik, Kecamatan Batu Kliang, Kabupaten Lombok Tengah, dan lokasi A/R-CDM di Sekaroh, Kabupaten Lombok Timur.

Menurut dia, Pemerintah Indonesia dan KOICA akan memberdayakan kawasan hutan seluas 5.000 hektar di dua lokasi uji coba program REDD plus itu, untuk menghasilkan upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

"Nanti, lahan di lokasi proyek kerja sama Indonesia-KOICA yang akan dimanfaatkan seluas 3.300 hektar karena di sana belum ada penanaman pohon. Sisanya sekitar 1.700 hektar berlokasi di Aiberik karena sudah ada penanaman pohon," ujarnya.

Upaya nyata yang akan dilakukan dalam "pilot project" REDD plus itu yakni meningkatkan penanaman pohon sekaligus mencegah agar tidak ada penebangan pohon sama sekali.

"Itulah program REDD plus, ada pengayaan tanaman, namun tidak boleh ada penebangan. Lahan hutan yang masih kosong terus ditanami, dan yang berat itu yakni tidak boleh terjadi penebangan," ujarnya.

Sumber : Antaranews.com

Kosa Kata Anak Indonesia "Terpolusi" Lagu Dewasa

Kosa kata anak anak di Indonesia telah "terpolusi" lagu orang dewasa yang tak jarang mengandung unsur tak senonoh atau vulgar.

Konsultan psikologi anak dan keluarga, Rusdiah Agustina mengatakan hal ini disebabkan oleh kian maraknya serbuan media yang "menyergap" telinga anak-anak Indonesia dengan lagu orang dewasa.

"Parahnya lagi, orang tuanya sendiri, seolah tidak menyadari atau justru tidak peduli dengan hal ini," kata Agustina, Senin.

Lirik lagu orang dewasa yang mengandung kata-kata vulgar seperti "bajingan" , "selingkuh", "bercinta" , atau "kurang ajar", "hamil" menjadi sedemikian mudah diucapkan anak-anak tanpa mereka tahu artinya.

Bahkan menurutnya, tak jarang ada orang tua yang bangga mendengarkan anaknya sudah bisa melafalkan lagu-lagu orang dewasa itu.

Pada perayaan ulang tahun anak atau pada ajang lomba menyanyi anak-anak, misalnya, yang ditampilkan justru lagu orang dewasa, membuat aak-anak kian akrab dengan banyak kosakata yang tidak lazim tersebut.

Di sisi lain, dia merasa prihatin dengan tidak berkembangnya lagu anak-anak di Indonesia.

"Lagu anak-anak yang bernada gembira, yang mengandung unsur pengajaran kian jarang kita dengar," kata dia.

Dia mengimbau media massa di Indonesia agar memperhatikan hal itu, dengan memberikan porsi yang sesuai atau memberikan ruang kreativitas untuk lagu anak-anak.

"Setidaknya dengan tayangan bermutu, mentalitas anak-anak Indonesia bisa terbentuk dengan baik," ujarnya.


Minggu, 19 Juni 2011

Pagelaran Seni Daerah Adu Dodombaan Garut

Adu Domba Kabupaten Garut, Jawa Barat


Perusahaan produk susu kedelai MDL 525 menggelar kesenian daerah "adu dodombaan" khas Kabupaten Garut, Jawa Barat, di lapangan pabrik pendistribusian produk kawasan Haur Panggung, Garut Kota, Sabtu.

Humas perusahaan MDL 525 sekaligus panitia penyelenggara acara Ahmad Solihin mengatakan gelar seni tradisional itu sebagai upaya melestarikan kesenian daerah.

Pageralan seni adu dodombaan dari group seni Raja Dogar Garut itu, kata Ahmad sengaja diundang khusus untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Garut.

"Kegiatan seni ini untuk menghibur masyarakat Garut, terutama anak-anak yang akan dikhitan gratis besok (Minggu, 19/6)," kata Ahmad.

Seni adu dodombaan terbuat dari bahan kain dan kayu berbentuk boneka domba hampir mirip dengan ukuran domba aslinya itu diisi dua orang untuk satu dodombaan.

Pagelaran seni adu dodombaan itu ditampilkan saling adu layaknya seperti adu domba aslinya lengkap dengan wasit serta para pemilik dodombaan yang bersorak gembira ketika dua dodombaan tersebut saling adu.

"Ya kita berharap dengan digelarnya seni ini bisa memberikan hiburan keceriaan bagi masyarakat Garut, agar dapat terus mencintai seni tradisi kita," kata Ahmad.

Pertunjukan seni adu dodombaan tersebut diiringi dengan seni musik tradisional dan tarian selama berlangsungnya adu dodombaan dihadapan masyarakat penonton.

Seni adu dodombaan tersebut berakhir ketika salah satu dodombaan terjatuh dan dinyatakan kalah. Selanjutnya dodombaan dan anggota kelompok seni Raja Dogar menari pencak silat bersama dodombaan.

Selain memberikan hiburan kesenian kepada masyarakat, kata Ahmad kegiatan yang sepenuhnya diselenggarakan MDL 525 juga menyelenggaraan bakti sosial khitanan massal untuk 100 anak warga Garut.

"Kegiatan seperti ini yang ke empat kalinya dilakukan MDL 525 setiap tahun, dalam rangka memperingati isra mi'raj Nabi Muhammad SAW," jelas Ahmad.

Sumber : Antaranews.com

RI Kecam Pelaksanaan Hukuman Mati TKI di Arab

Juru bicara Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Michael Tene

Pemerintah Indonesia melalui juru bicara Kemeterian Luar Negeri Michael Tene menyampaikan kecamannya terkait eksekusi mati TKI di Arab Saudi pada Sabtu (18/6).

Menurut informasi,Ruyati binti Sapubi dihukum mati setelah mengakui perbuatannya membunuh seorang wanita asal Arab Saudi pada 2010. Namun tidak jelas latar belakang mengapa Ruyati membunuh wanita tersebut.

"Tanpa mengabaikan sistem hukum yang berlaku di Arab saudi, pemerintah Indonesia mengecam bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Ruyati tidak diinformasikan kepada KBRI kita di Riyadh sebelumnya," kata Michael di Jakarta, Minggu.

Dia menjelaskan selama ini KBRI di Ryadh mengetahui kasus yang dialami Ruyati dan sudah mencoba dengan berbagai cara melindungi TKI tersebut baik mendampinginya selama mengikuti persidangan maupun mengusahakan untuk mendapat pengampunan dari keluarga korban.

Namun, kata Michael, KBRI Riyadh sama sekali tidak diberi tahu mengenai waktu eksekusi Ruyati.

"Eksekusi tersebut dilakukan tanpa mengindahkan praktik internasional yang berlaku terkait dengan hak tahanan asing untuk mendapat bimbingan kekonsuleran," kata Michael.

Dia menambahkan sebagai respon atas kasus ini , maka pemerintah Indonesia dalam waktu dekat akan melayangkan surat kepada Duta Besar Arab Saudi di Indonesia yang berisi mengenai sikap pemerintah terhadap eksekusi Ruyati.

"Dalam waktu dekat kita juga akan memanggil Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi untuk melakukan konsultasi bersama atas kasus ini," kata Michael.  

Sumber : Antaranews.com

Dokter Indonesia Tampilkan Bor Gigi Ditambah Musik

Ilustrasi
 
Seorang dokter gigi dari RS Dr Sarjito Jogjakarta,drg Dhanni Gustana memperlihatkan bor gigi yang dilengkapi musik sehingga bisa memperdengarkan musik guna mengurangi atau menghilangkan rasa takut pasien terutama anak-anak saat operasi.

Dokter gigi Dhanni Gustana menyampaikan penemuannya itu dalam presentasi "The Singing Dental Drill And The Finger Dental Drill, An Innovative Approach in Dealing with Dental Anxiety" pada International Association of Paediatric Dentistry 23rd Congress (IAPD2011), di Yunani baru-baru ini .

Kongres yang digelar di gedung Megaron Athens International Conference Centre,Yunani dari tanggal (15/6) itu diprakarsai The International Association of Paediatric Dentistry (IAPD), organisasi dunia yang mendedikasikan diri terhadap promosi kesehatan gigi untuk anak, dewasa dan pasien dengan kebutuhan khusus.

Sekretaris Satu KBRI Athena,Yunani, Jani Mediawati Sasanti kepada Antara, Minggu menyebutkan kongres yang dilaksanakan secara rutin setiap dua tahun ini bertema "Interdisciplinary Approach to Paediatric Dentistry".

Jani Mediawati Sasanti menjelaskan hasil kongres diharapkan dapat menunjukkan betapa pentingnya kerja sama berbagai ahli dari disiplin ilmu kesehatan lainnya untuk menunjang kesehatan anak.

Kongres diikuti oleh 1600 peserta, mewakili 79 negara, antara lain Yunani, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Italia, Belanda, Belgia dan Indonesia.

Sebanyak 15 dokter gigi anak dari Jakarta, Bandung, Jogyakarta dan Bali, ikut hadir dalam kongres yang diadakan menjelang penyelenggaraan Special Olympics World Summer Games 2011 untuk atlet tuna grahita dari seluruh dunia.

Anggota delegasi Indonesia antara lain Prof Retno Hajati Sugiarto, Drg. Siti Adiningrum Wiradidjaja, Drg Suzanty Ariany, Drg. Asmaraningtyas Andini, Drg. Gamania P. Monoarta, Drg. Amalina S Hutapea, Drg. Pranasari Setiawan, Drg. Muty Usman, Drg. Wina Ediani Darwis, yang sebagian besar merupakan dokter gigi muda yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan gigi anak Indonesia.

Perwakilan dari Indonesia memberikan presentasi lisan mengenai pengelolaan ketakutan pasien terutama anak terhadap alat bor gigi.

Untuk itu, bor gigi yang ada dimodifikasi Drg. Dhanni Gustana, yang saat ini sedang mengambil spesialisasi di Universitas Gajah Mada, dengan menambahkan alat peredam suara bor dan diganti dengan musik atau lagu.

Selain itu, alat bor yang dimodifikasi untuk dapat diletakkan di jari tangan dokter, sehingga memudahkan dokter melakukan pengeboran gigi terhadap pasien. Penggunaan alat bor ini sudah diterapkan sejak tahun 2008 oleh Drg. Dhanni Gustana di tanah air.

Sebanyak 1600 peserta merasa kagum dan terpukau atas keberhasilan Drg. Dhanni dalam menemukan teknik bor tersebut sehingga pasien anak secara psikologis tidak merasa takut dan lebih nyaman bila dilakukan pemeriksaan dan perawatan gigi.

Selain presentasi, wakil dari Indonesia lainnya yaitu Drg. I Sasmita dari Unpad, Bandung yang mempresentasikan mengenai "The Use of Oral Screen as the treatment to minimize malosclussion due to thumb sucking".

Drg. A. Setiawan dari Unpad mempresentasikan mengenai "Management of Central Permenaodel of Lower Anterior Allignment Teeth in the Ethnic Group Dentomalayid Children".

Dubes RI untuk Yunani Ahmad Rusdi menilai keberhasilan Drg. Dhanni merupakan ujud nyata atas kehebatan putra Indonesia dalam melakukan penelitian dan menemukan inovasi yang tidak kalah dengan ahli dari negara barat.

Kehadiran 15 dokter Indonesia merupakan partisipasi Indonesia dalam melakukan tukar pikiran dan menggali pengetahuan dari peserta kongres negara lainnya sehingga dapat berbagi ilmu pengetahuan dengan sesama peserta.

Sumber : Antaranews.com

Anggaran Pendidikan Naik Terus, Kualitasnya Tidak

Peningkatan anggaran sebesar 20 persen untuk sektor pendidikan  dinilai  belum bisa memperbaiki kualitas pendidikan terutama yang mengarah pada perbaikan moral.

Penilaian itu dikemukakan Funco Tanipu, Sosiolog dari Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Sabtu.

"Anggaran sebesar apapun, tidak akan signifikan memperbaiki pendidikan, selama ukuran yang digunakan masih bersifat kuantitatif," kata dia.

Ukuran tersebut, misalnya, hanya didasarkan pada seberapa banyak sekolah yang dibangun, berapa laboratorium yang didirikan, berapa jumlah guru yang telah di sertifikasi atau disarjanakan, atau berapa dana Bantuan Operasional Sekolah yang dikucurkan.

Funco mengemukakan, jarang ukuran kualitasw pendidikan dilihat dari jumlah  murid yang telah berhasil melakukan kejujuran di lingkungannya, atau jumlah  murid yang berani mengingatkan orang tuanya agar menghindari korupsi atau hidup bermewah mewahan .

Menurut Funco, pendidikan di Indonesia hanya berhenti pada dimensi formalitas belaka dengan bahasa lain, asal sudah mendapatkan nilai bagus maka sudah dianggap berkualitas.

"Pada level yang lain, korupsi, plagiat, manipulasi, radikalisasi adalah efek dari kesemuanya. Jadi, kualitas pendidikan kita mengalami erosi luar biasa, berjalan minus kejujuraan," kata dia.

Dia juga melontarkan kritik pada negara, yang telah menjadikan instrumen ujian nasional sebagai akhir penilaian sukses tidaknya pendidikan di sebuah sekolah.

Padahal, menurutnya, nilai Ujian Nasional digenjot negara, hanya karena mau mengikuti logika pasar.

Pasar berdalih sekaligus berkuasa, bahwa jika mau memenuhi kriteria yang diinginkannya, maka Ujian Nasional harus mengikuti standar yang telah ditetapkan.

"Dalih ini kan dalih positivistik, bukan dalih humanistik, anak didik kita dipaksa mengikuti ritual tahunan untuk memenuhi selera pasar," katanya. 

Sumber : Antaranews.com

Kelelawar Telinga Panjang Belum Punah

Kelelawar telinga panjang (Plecotus auritus) 

Kelelawar telinga panjang (Plecotus auritus) sudah tak ditemukan sejak tahun 1960. Statusnya menjadi misteri di kalangan para ilmuwan, apakah masih eksis atau sudah mengalami kepunahan.

Penelitian Dr Fiona Matthews dari University of Exeter bersama tim peneliti The Scilly Isles Bat Group berhasil menguak misteri itu. Mereka menemukannya kembali di sebuah pohon cemara di wilayah Monterey.
"Kami terkejut dengan penemuan ini dan senang sebab menemukan betina yang sedang hamil. Ini memberi petunjuk adanya koloni kelelawar jenis ini yang berkembang biak," ujar Matthews.

"Kami menemukan individu ini tengah bertengger di pohon cemara Monterey dan makan di sepanjang deretan pohon elm. Kita jadi mengetahui bahwa ada kelelawar itu di sana," kata Matthews seperti dikutip Foxnews, Jumat (17/6/2011).

Dengan penemuan ini, kata Matthews, upaya konservasi sudah harus mulai dilakukan. Langkahnya bisa dimulai dengan menanam spesies pohon yang menarik serangga malam dan membatasi iluminasi cahaya. Selain itu, bisa pula dilakukan dengan memberi ruang yang baik.

"Kelelawar tidak membuat sarang, maka induknya harus mencari tempat baik sehingga bayinya hangat kala malam dan induk bisa keluar mencari makan," urai Matthews.

Matthews mengatakan, ruang bagi kelelawar telinga panjang bisa berupa gedung, box kelelawar, ataupun lubang pohon. Hilangnya kelelawar telinga panjang sebelumnya dipercaya adalah akibat minimnya ruang.

Kelelawar telinga panjang memiliki beberapa ciri khas, di antaranya, telinga yang panjangnya tiga perempat panjang kepala, selalu melipat telinga kala istirahat, memakan ulat, serta mempunyai kemampuan ekolokasi yang rendah. Jenis kelelawar ini terbang rendah sehingga rentan dengan serangan kucing domestik. Spesies ini merupakan satu di antara 18 spesies kelelawar yang bisa dijumpai di Inggris.

Sumber : Kompas.com

Sabtu, 18 Juni 2011

PMI Berhasil Capai Lokasi Terparah Gempa Tarutung

Lembaga kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) menyatakan telah berhasil mencapai lokasi terparah akibat bencana gempa bumi yang terjadi di daerah Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

"Kami sudah menjangkau lokasi terparah bencana gempa ini, di Pahae Jahe yaitu Dusun II dan Dusun III di Desa Tordolok Nauli, kata Sekretaris PMI Tapanuli Utara dr Ricardo, dalam rilis PMI yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ricardo memaparkan, tim dari PMI Kabupaten Tapanuli Utara yang terdiri dari satu orang dokter dan empat orang perawat, juga telah merampungkan pendataan bersama tiga personil dari PMI Provinsi Sumatera Utara sejak Kamis (16/6).

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat PMI Provinsi Sumatera Utara Harliandi Mahardhika mengatakan, lokasi terparah di Pahae Jahe memiliki wilayah yang berbukit-bukit sehingga sempat terjadi longsor.

Harliandi menjabarkan, terdapat ratusan rumah warga rusak parah termasuk beberapa gedung sekolah yaitu satu unit gedung SMP dan satu unit gedung SMA.

"Warga di sana juga masih trauma dan masih tinggal di tenda-tenda darurat di luar rumah mereka," katanya.

PMI Provinsi Sumatera Utara sebelumnya juga telah mengirimkan 200 selimut dan 100 terpal yang ditargetkan akan didistribusikan untuk korban gempa di Pahae Jahe.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan penanganan pascagempa berkekuatan 5,5 Skala Richter (SR) di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, pada Selasa (14/6), berjalan baik.

"Ketika mendarat di Jenewa saya sudah mendapat laporan, ada gempa di Tapanuli Utara. Alhamdulillah tidak ada yang meninggal, ada kerusakan ringan, ada yang berat tetapi sudah bisa ditangani dengan baik," kata Presiden dalam jumpa pers dengan wartawan Indonesia di Hotel Imperial, Tokyo, Kamis (16/6).

Presiden telah berkomunikasi dengan Wakil Presiden Boediono guna memastikan bahwa proses penanganan pascabencana berjalan sebagaimana mestinya termasuk penanganan korban dan bantuan.

Pada Selasa (14/6), Staf Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Albertus Simanullang mengatakan gempa pertama berpusat di 1.79 lintang utara (LU) dan 99.13 bujur timur (BT).

Gempa pada pukul 07.08 WIB itu terjadi di 30 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 km di bawah tanah.

Sedangkan gempa kedua berpusat di 1.83 LU dan 99.07 BT atau 22 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 km di bawah tanah.

Sumber : Antaranews.com

124 Ruang Sekolah Rusak Akibat Gempa Tarutung

Ilustrasi

Sebanyak 124 ruang sekolah di empat kecamatan di Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara rusak akibat gempa berkekuatan 5,5 Skala Richter yang melanda daerah itu Selasa (14/6) pagi.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Drs Joskar Limbong, di ketika dihubungi dari Medan, Jumat, mengatakan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan berapa banyak sekolah di daerah itu yang rusak akibat gempa tersebut.

"Sampai saat ini data yang sudah kami dapat adalah 124 ruang sekolah rusak, baik rusak berat, sedang maupun ringan tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK di empat kecamatan yakni Kecamatan Pahae Jae, Pahae Julu, Purba Tua dan Simangumban," katanya.

Secara rinci ruang sekolah yang rusak tersebut yakni di Kecamatan Pahae Jae sebanyak 91 ruang, 60 rusak sedang dan 31 rusak ringan. Kecamatan Pahae Julu 18 ruang sekolah rusak sedang, Kecamatan Simangumban 13 rusak, 7 rusak sedang dan 6 rusak berat dan di Kecamatan Purba Tua ada dua ruang sekolah rusak sedang.

Ia mengatakan, akibat gempa yang menyebabkan ratusan ruang sekolah rusak itu, memaksa siswa harus belajar di tenda-tenda darurat di berbagai tempat baik di halaman sekolah maupun disekitar lokasi penampungan pengungsi.

"Saat ini siswa-siswa SD dan SMP sedang mengikuti ujian kenaikan kelas. Karena kedaan ruang sekolah yang tidak memungkinkan, beberapa sekolah terpaksa melakukan ujian dengan menggunakan dua gelombang yakni pagi dan sore," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan sumatera Utara, Syaiful Syafri, mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh sedikitnya 1.500 siswa SD dan SMP di kabupaten tersebut terpaksa mengikuti ujian di tenda-tenda darurat akibat rusaknya bangunan sekolah mereka.

"Ujian kenaikan kelas kali ini harus dilakukan sebagian siswa di tenda-tenda darurat. Meski demikan saya mengimbau para siswa untuk tetap semangat belajar dan tetap menguji ujian kendati sekolah mereka roboh akibat gempa. Kita juga sudah memberikan bantuan peralatan sekolah berupa baju seragam dan tas sekolah sebanyak seribu paket," katanya.

Hingga Kamis (16/6), Pemkab Tapanuli Utara sudah mendata sebanyak 864 rumah penduduk rusak akibat gempa tersebut.

"Daerah yang paling banyak rumah warga rusak, yakni Desa Nahornop Marsada, Kecamatan Pahae Jae, sekitar 76 kilometer arah barat Kota Tarutung atau 365 kilometer arah Selatan Kota Medan. Hingga Kamis bantuan makanan berupa mie instan, minyak, beras, gula dan uang, terus berdatangan untuk membantu warga korban gempa," kata Kabag Humas Pemkab Tapanuli Utara Jahormat Lumbangaol.

Sebelumnya, staf Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Albertus Simanullang mengatakan gempa Selasa (14/6) terjadi dua kali, yakni berpusat di 1,79 lintang utara (LU) dan 99,13 bujur timur (BT).

Gempa pada pukul 07.08 WIB itu terjadi di 30 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah. Gempa kedua berpusat di 1,83 LU dan 99,07 BT atau 22 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah.

Gempa tersebut tidak memiliki potensi menimbulkan gelombang tsunami.

Sumber : Antaranews.com

Perburuan Gelap Penyu Sisik, Hijau di Perairan Sulbar

Ilustrasi

Penyu sisik dan hijau yang dilindungi negara di kawasan perairan Provinsi Sulawesi Barat menjadi sasaran perburuan gelap .

"Kawasan perairan sepanjang 677 kilometer pantai Sulbar maupun di perairan yang terletak di kepulauan di wilayah Sulbar di selat Makassar, merupakan tempat penyu sisik dan hijau berkembang biak," kata Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi Sulbar, Farid Wajidi, di Mamuju, Kamis.

Ia mengatakan, para nelayan pemburu gelap ingin mengambil untung dari harga jual penyu yang mahal.

"Perburuan gelap yang marak dilakukan nelayan yang berasal dari daerah Provinsi Sulawesi Selatan sebelumnya telah terungkap pihak kepolisian Polres Kabupaten Polman," katanya.

Menurut dia, pada bulan April polisi air Polres Polman menggagalkan dan menangkap aksi sekitar 19 nelayan Kabupaten Takalar yang menangkap penyu sisik dan hijau di perairan Sulbar.

"Polisi menyita sekitar 36 ekor penyu sisik dan hijau dari para nelayan itu serta mengamankan empat unit perahu mereka, dan 50 lembar pukat penangkap penyu sisik dan hijau," katanya.

Ia mengatakan, para nelayan itu telah mempertanggungjawabkan perbuatannya akibat pelanggaran terhadap  undang undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistem.

Farid Wajidi mengatakan, dengan adanya aksi perburuan gelap nelayan tersebut hendaknya seluruh aparat keamanan dari unsur kepolisian harus terus meningkatkan pengawasan karena bukan mustahil nelayan pemburu gelap penyu sisik dan hijau dapat kembali beraksi.

"Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulbar terus melakukan pengawasan terhadap sumber daya ekosistem laut daerah ini agar tetap terlindungi dan terjaga serta terpelihara, bersama aparat berwajib yakni unsur kepolisian juga yang harus mendukung pemerintah dalam program tersebut di lima Kabupaten di Sulbar,"katanya.

Sumber : Antaranews.com

Abrasi Ancam Habitat Penyu di Bengkulu

Ilustrasi Penyu Bengkulu

Abrasi di pantai barat Sumatra mengancam kelestarian habitat penyu khususnya di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko Muko Provinsi Bengkulu.

"Laju abrasi sangat tinggi dan mengakibatkan cagar alam Muko Muko I dan II sudah hilang, dan mengancam habitat penyu," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Amon Zamora di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan sepanjang 270 kilometer pantai yang mencakup tiga kabupaten dan kota yaitu Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Muko Muko merupakan habitat bertelur satwa penyu.

Dari catatan BKSDA, terdapat lima jenis penyu yang dilindungi di perairan Bengkulu, yaitu penyu lekang, penyu sisik, penyu hijau, penyu belimbing dan penyu tempayan.

"Seperti abrasi di Muko Muko yang membuat badan jalan juga ambles, ini akan mengancam kelestarian penyu yang masih sering bertelur disana," tambahnya.

Amon mengatakan abrasi pantai barat perlu penanganan serius. Meski sudah dibangun sejumlah pemecah ombak, namun titik abrasi terus bertambah, bahkan mengancam fasilitas umum seperti jalan dan jaringan listrik.

Selain ancaman abrasi, perburuan penyu untuk diperjualbelikan juga mengancam kelestarian satwa dilindungi itu.

Perburuan penyu kata dia masih marak di perairan Bengkulu dan Pulau Enggano yang juga habitat bertelurnya.

Ia mengatakan, khusus di Pulau Enggano perburuan semakin mengkhawatirkan sebab pembunuhan terhadap satwa itu tidak hanya untuk kepentingan adat tapi sudah dikomersilkan.

Ketua Tim Patroli BKSDA Bengkulu Resor Pulau Enggano Rendra Regen Rais mengatakan perburuan penyu secara liar masih tinggi di pulau terluar itu.

"Sebenarnya kami sudah membahas ini dengan tetua adat agar keberadaan penyu dalam menu pesta adat hanya sebagai syarat, bisa hanya satu ekor untuk setiap pesta," katanya.

Regen mengatakan, dari hasil patroli BKSDA Bengkulu Resor Enggano ditemukan adanya pembunuhan penyu untuk diperdagangkan dengan barang bukti kepala dan kerapas satwa yang biasanya ditinggalkan pemburu di pinggir pantai.

Faktor lain yang mengancam kelestarian penyu adalah faktor alam yaitu babi hutan dan biawak yang sering memakan telur penyu.

Sumber : Antaranews.com

Habitat Rangkong Indonesia Terancam

Burung Rangkong

Habitat Rangkong Indonesia terancam hilang akibat eksploitasi hutan yang membuat sumber pakannya menjadi berkurang.

"Kegiatan penggundulan hutan tanpa tebang pilih membuat sumber pakan Rangkong banyak yang rusak. Kondisi ini membuat rangkong semakin terjepit dan mulai kehilangan habitatnya," kata Dwi Mulyawati Bird Conservation Officer Burung Indonesia dalam siaran pers yang dikirim melalui pesan elektroniknya, Sabtu.

Dwi mengatakan, Rangkong merupakan hidupan liar yang sangat berjasa pada regenerasi hutan. Tanpa Rangkong, diperkirakan hutan akan segera hancur dan potensi yang terkandung didalamnya ikut tergusur.

Banyak jenis pohon yang kelanjutan hidupnya bergantung pada hewan pemakan buah dalam penyebaran bijinya.

"Menurut para peneliti Rangkong dijuluki sebagai petani hutan karena kehebatannya menebar biji," kata Dwi.

Lebih lanjut, Dwi menjelaskan seekor Rangkong dapat terbang dalam radius 100 km persegi. Artinya, burung yang termasuk dalam keluarga Bucerotidae ini dapat menebar biji hingga 100 km jauhnya.

Penelitian yang dilakukan di kawasan hutan produksi menunjukkan, sumber pakan Rangkong menyusut hingga 56 persen karena berkuranganya pohon pakan sebanyak 76 persen.

Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), dari 13 jenis Rangkong yang ada di Indonesia, Julang Sumba (Aceros everetti) merupakan jenis terancam punah yang masuk pada kategori rentan (Vulnerable/VU).

Di Indonesia, Rangkong disebut juga dengan Julang, Enggang, atau Kangkareng

"Jenis yang hanya dijumpa di Pulau Sumba ini diperkirakan hanya tersisa kurang dari 4.000 ekor dengan kepadatan rata-rata enam ekor per km persegi," ujar Dwi.

Dwi menambahkan, Rangkong merupakan jenis burung yang melakukan kegiatan tersebutt. Tanpa peran Rangkong, bisa dipastikan jenis pohon tertentu akan lenyap karena induk pohon yang menua akan mati tanpa pengganti.

Buah Ara merupakan salah satu pakan favorit Rangkong yang tersedia hampir sepanjang tahun.

Diperkirakan, ada 200 jenis pohon Ara yang menjadi pakan utama Rangkong. Dan bila dibanding burung lainnya, Rangkong dianggap paling mampu dalam menebarkan biji ara, karena daya jelajahnya yang tinggi.

"Menurut Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O`Brien, peneliti Rangkong dan hutan tropis, terdapat korelasi erat antara Rangkong dengan hutan yang sehat," kata Dwi.

Burung Rangkong termasuk dalam Famili Bucerotidae, kelompok burung berukuran besar yang mudah dikenali, terutama dari cula (casque) pada pangkal paruhnya. Di seluruh dunia terdapat 55 jenis yang tersebar di kawasan tropis Asia dan Afrika.

Tercatat ada 13 jenis Rangkong yang ada di Indonesia. Sembilan jenis di Sumatera: Enggang Llihingan, Enggang Jambul, Julang Jambul-Hitam, Julang Emas, Kangkareng hitam, Kangkareng Perut-Putih, Rangkong Badak, Rangkong Gading, dan Rangkong Papan. Empat jenis lagi berada di Sumba (Julang Sumba), Sulawesi (Julang dan Kangkareng Sulawesi), serta Papua (Julang Papua). Kalimantan memiliki jenis Rangkong yang sama seperti Sumatera, kecuali Rangkong Papan.

Burung Indonesia adalah organisasi nirlaba dengan nama lengkap Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Birdlife Indonesia Association) yang menjalin kemitraan dengan BirdLife International, yang berkedudukan di Inggris.

Sumber : Antaranews.com

Kamis, 16 Juni 2011

Tercemar Limbah Tambang, Ribuan Ikan Mati

Ilustrasi

Ribuan ikan mati di Sungai Cimadur Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten diduga karena sungai tersebut tercemar limbah pengolahan lumpur emas di wilayah itu.

"Kami merasa prihatin setelah melihat langsung ke lapangan ribuan ikan mati di Sungai Cimadur," kata anggota DPRD Lebak Erwin Komara Sukma di Rangkasbitung.

Ia menduga kematian ikan-ikan itu akibat aktivitas pengolahan lumpur emas di wilayah tersebut yang membuang limbah ke Sungai Cimadur yang digunakan warga untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK).

"Limbah lumpur emas itu sangat membahayakan karena mengandung merkuri dan sianida," ujarnya.

Namun demikian, perlu penelitian untuk membuktikan klaim itu dan anggota DPRD itu meminta Kantor Lingkungan Hidup (KLH) setempat untuk segera meneliti limbah itu.

"Saya berharap KLH bisa melakukan penelitian limbah itu," katanya.

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Reformasi Jaringan Masyarakat (Rajam) Kabupaten Lebak Epi Yudhistira menyatakan, saat ini beberapa sungai di wilayah selatan sudah tercemari limbah akibat kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah.

"Lemahnya pengawasan membuat para penambang emas membuang limbah ke sungai," katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak Babay Imroni menyatakan akan menerjunkan tim untuk mencek pencemaran limbah di daerah aliran sungai (DAS) Cimadur.

"Kami minta waktu sepekan untuk meneliti air limbah Sungai Cimadur," katanya.(*)

Sumber : Antaranews.com 

Ada 20 Kasus Pembalakan Liar di Meru Betiri

Ilustrasi Pembalakan Liar

Sebanyak 20 kasus pembalakan liar terjadi di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang berada di Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur, selama lima bulan terakhir (Januari-Mei) 2011.

Kepala Polisi Hutan (Polhut) TNMB, Musafa, Selasa, mengatakan sebanyak 20 kasus pembalakan liar tersebut, hanya empat kasus yang diproses oleh petugas TNMB dan aparat kepolisian.

"Sebanyak 16 kasus pembalakan liar lainnya hanya temuan petugas dan tidak ada tersangkanya. Petugas hanya menemukan bekas kayu hutan yang sudah ditebang dan sejumlah gelondongan kayu di pinggir hutan," tuturnya di kantor TNMB Jember.

Ia menjelaskan kasus penebangan kayu secara ilegal terbanyak berada di kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Ambulu yang luasnya mencapai 28.370 hektare (ha).

"Kawasan SPTN Wilayah II meliputi Desa Sanenrejo, Andongrejo, Wonoasri dan Bandealit. Jumlah petugas yang memantau wilayah itu sangat terbatas, sehingga pembalakan liar masih saja terjadi di kawasan TNMB," paparnya.

Musafa mengemukakan jenis kayu yang paling banyak ditebang oleh pelaku biasanya jenis kayu sapen, kemuning dan garu karena kayu tersebut mudah dijual untuk kebutuhan rumah seperti untuk pintu dan jendela.

Selain pembalakan liar, lanjut dia, selama lima bulan terakhir juga terjadi perburuan satwa liar sebanyak dua kasus, perambahan hutan sebanyak satu kasus, dan gangguan hutan di kawasan konservasi sebanyak empat kasus.

"Kemampuan petugas polhut sebanyak 33 orang untuk mengawasi kawasan konservasi Meru Betiri seluas 58 ribu ha tidak seimbang, namun petugas akan mempersempit ruang gerak pelaku pembalakan liar," katanya menjelaskan.

Menurut dia, jumlah pembalakan liar tahun 2010 sebanyak 43 kasus, tahun 2009 sebanyak 58 kasus, dan tahun 2008 sebanyak 65 kasus, sehingga ada kecenderungan kasus pembalakan liar di kawasan Meru Betiri menurun.

"Mudah-mudahan kasus pembalakan liar tahun ini menurun dengan kerja keras yang dilakukan petugas polhut dalam mengawasi pelaku ilegal logging," katanya.

Sumber : Antaranews.com

Minggu, 12 Juni 2011

Keragaman Burung Indonesia Hadapi Ancaman

Ilustrasi

Keragaman burung di Indonesia menghadapi ancaman atas makin banyaknya jenis burung yang terancam punah pada 2011 akibat habibat mereka mengalami kerusakan.

"Bila pada 2010 jumlahnya hanya 122 jenis maka 2011 bertambah menjadi 123 jenis," kata ketua konservasi burung Indonesia Dwi Mulyawati di Bogor, Sabtu.

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau Burung Indonesia mencatat jumlah jenis burung yang terancam punah pada 2011 mengalami peningkatan.

Dwi merincikan jenis burung yang terancam punah adalah 18 jenis berstatus kritis (critically endangered/cr), 31 jenis genting (endgared/en) dan 74 jenis tergolong rentan (vulnerable/cr).

"Semua jenis tersebut menempatkan Indonesia masuk dalam daftar merah international Union for Conservation of Nature (IUCN)," kata Dwi.

Lebih lanjut Dwi mengatakan, burung yang mengalami peningkatan status adalah Gosong Sula (Megapodius bernateinii) yang beranjak dari "meningkat terancam punah" (Near Threatened/NT) ke posisi "rentan" (vulnerable/vu).

Menurut Dwi peningkatan status keterancaman burung yang termasuk dalam suku Megapodiidae ini didasari atas semakin berkurangnnya populasi mereka akibat habitat alaminya mengalami kerusakan.

Dwi mengatakan, menurut Jean-Christophe Vie, Deputi Direktor IUCN Global Species programme, semakin tingginya jumlah jenis burung yang terancam punah menunjukkan bahwa inisiasi konservasi harus dilakukan sesuai tempatnya.

"Sedangkan menurut Dr Stuart Butchart dari BirdLife`s Global Research and Indicators Coordinator berpendapat bahwa nasib burung-burung liar sangat bergantung dengan kondisi alam sebagai habitatnya," kata Dwi.

Dwi mengatakan, hutan merupakan habitat penting bagi kehidupan burung. Dari seluruh jenis burung terancam punah di Indonesia, lebih dari setengahnya tinggal di hutan sebagai habitat utama.

Taliabu Kepulauan Sula, misalnya. Konservasi hutan untuk lahan pertanian membuat gosong Sula mulai kehilangan habitat.

"Bersama telurnya juga, daging burung berukuran 35 cm ini masih menjadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi. Akibanya, pertambahan populasi Gosong Sula menjadi terhambat," kata Dwi.

Gosong sula merupakan burung yanga hanya dapat ditemui di Kepulauan Banggai dan Sula, kawasan Wallacea," jelas Dwi.

Burung ini merupakan penghuni habitat hutan dataran rendah dan kawasan pantai. Biasanya ia berpasangan atau bila dalam kelompok jumlahnya mencapai lima ekor.

Burung berwarna coklat sangat tua ini memanfaatkan panas bumi saat mengerami telurnya, sebagaimana burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo).

"Di alam, jumlahnya diperkirakan sekitar 1000 ekor," katanya.

Upaya perlindungan yang harus dilakukan, kata Dwi yakni perlu dilakukan dengan memprioritaskan pada Daerah Penting bagi Burung (DPB).

"Meski saat ini, tantangan yang dihadapi adalah tidak semua DPB berada di kawasan konservasi dan sebagian lagi tersebar di wilayah hutan alam produksi," kata Dwi.

Dwi menambahkan, Indonesia, sebagai pemilik hutan tropis terluas ke tiga di dunia, merupakan pusat keragaman hayati dunia mulai dari ekosistem, spesies flora dan fauna, hingga jenis burung. Dari total hampir 10.000 jenis burung yang ada di dunia sekitar 1.594 jenisnya terdapat di Indonesia.

Sumber : Antaranews.com