Jumat, 08 April 2011

Akibat Jika Anak Cepat Puber







Sering nonton sinetron, banyak makan makanan junk food, faktor genetik atau beberapa penyakit bisa membuat anak mengalami pubertas dini. Ini membuat anak tumbuh dewasa sebelum usianya. Apakah bahaya bila anak pubertas dini?

Secara umum, tanda awal pubertas yang normal mulai muncul pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 9-14 tahun.

Bila tanda seksual sekunder pada anak perempuan muncul sebelum usia 8 tahun dan anak laki-laki sebelum usia 9 tahun, hal itu disebut pubertas prekoks atau pubertas dini, seperti dikutip dari tulisan dr Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dalam buku yang berjudul 'Panik Saat Puber? Say No!!!' terbitan Dian Rakyat.

Pada anak perempuan, pubertas dini ditandai dengan timbulnya pembesaran payudara, pertumbuhan tinggi badan yang cepat dibanding anak seumurnya dan tumbuh rambut kemaluan lebih awal. Sementara itu, pada anak laki-laki diawali dengan pembesaran buah zakar (testis) kemudian diikuti pembesaran penis.

"Perubahan hormon dalam tubuh pasti akan mempengaruhi struktur tubuh. Jadi kalau anak pubertas dini, pasti akan ada dampaknya," jelas dr Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dalam acara Talkshow Media dan Peluncuran Buku 'Panik Saat Puber? Say No!!!' di Magenta Cafe, Pacific Place, Jakarta, Rabu (6/4/2011)

Seseorang menjadi penyandang pubertas prekoks tergantung dari berbagai faktor, seperti faktor genetik atau penyakit tertentu yang dapat merangsang produksi hormon gonad, seperti tumor ovarium atau tumor testis.

Menurut dr Aditya, pubertas dini pada anak perempuan sering disebabkan karena gangguan hormon di otak yaitu di hipotalamus dan hipofise, sedangkan pada anak laki-laki karena tumor.

"Anak yang sering nonton sinetron atau sering makan makanan yang mengandung hormon seperti junk food juga bisa mengalami pubertas dini," lanjur dr Aditya yang merupakan spesialis anak di RSAB Harapan Kita.

Dalam bukunya dr Aditya menjelaskan, kalau pubertas timbul lebih awal maka tidak hanya ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang besar dan menjadi lebih cepat tinggi, tapi tulang juga akan lebih cepat menutup.

Jadi, bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan badannya akan lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari teman lainnya yang mengalami pubertas normal.

Di samping itu, bila terlalu cepat mengalami pubertas maka hormonnya akan tinggi dan itu akan menjadikan anak 'dewasa lebih cepat', padahal mentalnya belum siap menjadi dewasa.

Pada akhirnya, anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal yang ditakutkan yaitu bila ia menyenangi lawan jenis yang dapat menimbulkan peristiwa yang tidak diharapkan akibat dorongan hormonalnya tersebut.

"Anak yang pubertas dini akan menjadi salah tingkah, tidak bisa menempatkan diri, dandanan menjadi dewasa, mudah cemas, peragu dan menjadi tidak percaya diri. Ini karena mereka belum siap dan ketika terjadi pubertas dini mereka tidak menyadarinya," jelas dra Louise Maspaitella M.Psi, Psikolog Klinis Keluarga dari RSAB Harapan Kita.

Tidak hanya secara psikologis dan pertumbuhan badan, dr Aditya juga mengatakan bahwa pubertas dini dapat meningkatkan risiko kanker dan tumor di kemudian hari.

"Pubertas dini artinya hormonnya akan semakin cepat. Ini bisa mempengaruhi struktur tubuh dan meningkatkan risiko tumor. Pada perempuan misalnya bisa memicu kanker payudara. Pada laki-laki juga bisa meningkatkan risiko tumor testis dan tumor prostat," tutur dr Aditya yang mendalami masalah hormon pertumbuhan.

Pubertas dini meningkatkan risiko kanker dan tumor karena tingkat hormon estrogen, progesteron (pada perempuan) dan testosteron (pada laki-laki) dapat memicu beberapa tumor yang bisa menjadi ganas.

Bagaimana mengatasinya?

Sebelum mengobati atau menghentikan pubertas dini, harus ditentukan terlebih dahulu penyebabnya.

Pubertas prekoks atau pubertas dini berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua, yaitu pubertas prekoks sentral dan perifer.

Pada pubertas prekoks sentral maka akan melibatkan semua hormon di otak. Sementara itu, pada pubertas prekoks perifer, keterlibatan hanya di tempat tertentu, biasanya karena tumor.

Dalam bukunya, dr Aditya menjelaskan, bila penyebabnya sentral maka diberikan hormon antagonis yang bertujuan untuk menghambat pubertas. Tetapi, bila penyebabnya perifer maka tumornya harus diangkat atau diobati apa yang menjadi penyebabnya.

Sumber : DetikHealt.Com

Meredam Panas dengan Atap Ijuk







Panasnya udara Jakarta terkadang terasa menyengat bahkan saat di dalam ruangan. Untuk meredam hawa panas di dalam ruang, penambahan pemakaian ijuk di atap bisa menjadi solusinya.

Ijuk merupakan serat alam yang istimewa, berupa serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada bagian pangkal dan pelepah daun Pohon Aren. Ijuk memiliki sifat lentur dan tidak mudah rapuh. Keistimewaan ini dimanfaatkan pemilik The 3 House di Kuningan Village untuk menghadirkan ruangan yang sejuk lewat pemasangan ijuk di atap.
Atap di ruangan indoor The 3 House tidak murni dengan ijuk. Atap tetap menggunakan rangka besi, baru ditutup dengan ijuk. Tak cukup dengan ijuk, kemudian ditambah dengan tanaman merambat yang dibiarkan tumbuh alami di atap. Di bagian ujung, dimana berbatasan dengan bangunan lain, ditanam tanaman Pucuk Merah. Hasilnya, di dalam ruangan jadi terasa dingin dan segar.

Sumber : Kompas.Com

The 3 House, Nuansa Hijau di Antara Hutan Beton







Lelah dan penat akibat sibuk bekerja saban hari kita alami. Apalagi ditambah urusan kemacetan di Jakarta, rasanya semakin menambah kuantitas rasa penat itu sendiri. Beristirahat di tempat yang hijau dan segar sangat disarankan, selain melepas urat syaraf yang tegang juga sejenak memanjakan alat indera. Adalah The 3 House di Kuningan Village Jakarta, bistro and bar yang menawarkan suasana hijau dan segar. Tempat yang tepat untuk "melarikan diri" dari rasa penat.

The 3 House di Kuningan Village, sebuah kafe resto yang menawarkan konsep penghijauan dalam interiornya. Menurut Christina A. Tyas, Humas PT. Kuningan Elok, kecintaan sang pemilik Kuningan Village akan tanaman dan penghijauan yang mengilhami berdirinya The 3 House. "Dari namanya saja The 3 House, angka 3 itu sebenarnya dalam pengucapannya tree, yang dalam bahasa Indonesia berarti pohon," katanya.
Tak sekedar mengusung konsep hijau, kafe resto seluas 1.700 meter persegi ini ditata dengan 20 jenis tanaman di ruang outdoornya. Pohon dan tanaman hidup yang tertata apik ini seperti Pohon Kelapa, Pohon Pisang, Pohon Kamboja, Bougenville, Sirih Gading, Pucuk Merah, juga Alang-alang.
Bukan hanya tanaman dan pepohonan, untuk lantainya digunakan kayu bantalan kereta yang ditata dengan rapi. Konsep hijau tak sebatas pada interior yang didominasi tanaman saja. Pemilik Kuningan Village juga memakai lampu hemat energi jenis T5 di seluruh area kafe. Pindah ke bagian indoor, memang tidak didesain dengan tanaman hidup seperti ruangan outdoor. Miniatur pohon terletak di bagian bar, ditambah penataan kursi rotan dengan bantalan berwarna hijau.
Mulai dibangun pada tahun 2010, The 3 House memang didesain menghadirkan nuansa hijau di antara gedung-gedung bertingkat di sekelilingnya. "Sengaja didesain dengan ruang terbuka dan konsep hijau karena ingin memanjakan konsumen. Seperti diketahui, di kawasan Kuningan ini cukup  padat dengan gedung-gedung bertingkat. Kami disini menawarkan yang hijau di tengah-tengah pusat kota," kata Christine.

Sumber : Kompas.Com