Selain memiliki tubuh yang proporsional, berwawasan luas, dan berkepribadian menarik, Puteri Indonesia juga harus mampu menunjukkan talentanya yang lain. Oleh karena itu, pada karantina hari kedua Pemilihan Puteri Indonesia 2011 tingkat Papua diadakan malam unjuk bakat untuk memamerkan kemampuan masing-masing peserta.
Selama ini putera-puteri Papua dikenal dengan kemampuannya dalam berolahseni, dan para tamu yang menghadiri malam bakat pada Jumat (6/5/2011) lalu tersebut benar-benar dapat membuktikannya. Berbagai lagu daerah maupun tarian tradisional maupun tarian kreasi baru ditampilkan, memuaskan siapa saja yang baru pertama kali menyaksikan kesenian khas Papua secara langsung. Selain itu, beberapa peserta memamerkan kebolehannya berakting dan menjadi presenter berita.
Keempatbelas peserta malam itu mengenakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing. Mereka bersaing menampilkan bakatnya, yang dikemas dalam suatu jalinan cerita. Wasti Ester Samori, peserta nomor urut 1 dari Kabupaten Waropen, muncul pertama kali menunjukkan gayanya sebagai narator. Ia berkisah bagaimana puteri-puteri Papua yang memiliki beragam bakat, dan tak sabar untuk memamerkannya.
Scholastika C. M. Werluken, wakil dari Jayapura misalnya, melantunkan lagu daerah Papua berjudul Ayambe. Lagu ini memiliki berbagai makna, bisa berarti perasaan bersyukur, selamat datang, hingga sampai ketemu lagi. Lain lagi Sri Wahyuni Y. A. Rumbarar, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Cendrawasih. Wakil dari Kabupaten Keerom ini menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta yang dibawakan dengan gaya keroncong. Suara mereka begitu bening, tak salah lagi, memang inilah bakat khas puteri-puteri Papua.
Tifa, alat musik mirip gendang yang banyak dimainkan di Maluku dan Papua, juga dihadirkan malam itu, antara lain oleh Lian Willhelmina S. T. Bettay (Kabupaten Mimika) dan Herllyn Paula Mambai (Kabupaten Kepulauan Yapen). Herllyn memukul gendang sambil menyanyi dan menari tarian Bie dari Serui (ibukota Yapen).
"Tarian ini sudah biasa kami bawakan, karena sering dilakukan saat acara penyambutan tamu, atau pembayaran mas kawin," ujar lulusan FMIPA Universitas Cendrawasih ini.
Sementara itu, beberapa peserta lain menunjukkan kemampuannya berakting, bahkan membatik. Yang terakhir ini dipraktikkan secara simbolis oleh Nurlita Dianingsih, yang mewakili kota Jayapura.
"Saya baru belajar membatik dua minggu terakhir dengan Pak Jimmy Hendrick Afaar, pemilik batik Port Numbay. Soalnya kan peserta PPI harus bisa menunjukkan bakatnya di bidang lain. Saya sih baru bisa membatik di atas secarik kain kecil saja," tutur Lita, lulusan jurusan Biologi dari FMIPA Universitas Cendrawasih, pada Kompas Female.
Pada akhir acara, lima juri yang terdiri atas Kusuma Dewi (Yayasan Puteri Indonesia), Samudro Putranto (Senior Marketing Manager PT Mustika Ratu), Gems Saino (Area Manager PT Mustika Ratu wilayah Indonesia Timur), Audra Resania Suyono (Puteri Papua 2005), dan Della Retop (Dinas Pariwisata Provinsi Papua), memilih tiga besar finalis yang memiliki bakat terunik. Mereka adalah Herllyn, Elvina, dan Sri Wahyuni.
Della mengatakan, malam itu penampilan semua peserta dinilainya bagus. Tidak ada tipe kemampuan tertentu yang lebih diprioritaskan oleh tim juri. Baginya, semua peserta punya kelebihan dan kelemahan. Namun ia mengakui, ada beberapa peserta yang menunjukkan kemampuan yang menonjol. Penampilan Herllyn Mambai membawakan tari Bie mendapat pujiannya.
"Itu bagus, menari sambil memukul tifa. Dia benar-benar menguasai alat musik yang dia gunakan untuk mengiringinya menari," lanjut Della.
Ia sadar bahwa suara Herllyn terdengar timbul-tenggelam saat menyanyi sambil menari. Saat menyanyi sambil terus bergerak, pasti suara yang dihasilkan kurang maksimal. "Kalau dibantu dengan pengeras suara mungkin suaranya lebih jelas kedengarannya. Tetapi dia tampil bagus kok, dia menguasai tariannya," katanya lagi.
Elvina Wabiser, wakil dari Biak Numfor, juga mencuri perhatiannya. Dokter yang kini berpraktik di RSUD Ciamis, Jawa Barat, itu membawakan tari kreasi baru yang terkesan dinamis. Peserta lain yang juga mendapat pujian Della adalah Sri Wahyuni, yang menyanyikan lagu keroncong. Selama ini lagu keroncong biasa dinyanyikan orang Jawa, tetapi Sri berani memilih lagu yang cukup sulit dinyanyikan tersebut.
Dengan berbagai talentanya, Puteri Papua tentu dapat menyampaikan keragaman seni dan budaya khas Papua kepada masyarakat luas.
Sumber : Kompas.com