Sabtu, 04 Juni 2011

Daya Tampung Karbon Justru Naik

Ilustrasi

Salah satu dampak positif pemanasan global adalah meningkatkan kapasitas pohon dan tumbuh-tumbuhan dalam penampungan karbondioksida. Sebuah studi yang dipimipin oleh Jerry Melillo dari Marine Biological Laboratory Amerika Serikat mengindikasikan itu.

Pada ringkasan tulisan penelitian yang dimuat dalam publikasi jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences baru-baru ini, dikatakan bahwa menghangatnya iklim telah merangsang penangkapan juga penyimpanan karbondioksida pada bagian tanaman dalam jumlah lebih besar. Menurut para peneliti, makin banyaknya karbon yang terserap saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis itu disebabkan lebih banyak nitrogen yang memungkinkan untuk dapat dibuat dalam kondisi suhu tanah hangat.

Selama ini, tutur Melillo, pohon-pohon yang ada di Amerika Serikat umumnya sangat terbatas kandungan nitrogennya. "Kami menemukan bahwa pemanasan (global) telah memerangkap senyawa nitrogen di dalam tanah berupa nitrogen organik, untuk dilepaskan sebagai senyawa anorganik. Ketika pohon menyerap nitrogen anorganik ini, pertumbuhannya akan lebih cepat dan menampung lebih banyak karbon," jelasnya.

Ia menambahkan, keseimbangkan jumlah karbon di ekosistem hutan untuk dekade-dekade selanjutnya di saat fenomena perubahan iklim juga terjadi, akan sangat bergantung pada aneka faktor lain. "Misalnya, ketersediaan air, efek peningkatan temperatur bagi fotosintesis dan respirasi, serta konsentrasi karbondioksida di lapisan atmosfer," katanya. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha

Sumber : Kompas.com

Ozon Kutub Utara Hampir Berlubang


Ozon terus menipis, bahkan nyaris berlubang di Kutub Utara. Penurunan temperatur stratosfer yang jadi penyebab.
Penyebab terbentuknya lubang ozon ada tiga, menurut Profesor Ross Salawitch, ahli kimia dan biokimia dari University of Maryland, yang mempelajari kandungan zat kimia di atmosfer. Ketiganya adalah sinar matahari, halogen, dan temperatur rendah.
Saat temperatur turun melebihi ambang batas, awan terbentuk di stratosfer. Halogen, khususnya polutan, seperti klorin dan brom, berubah menjadi senyawa kimia yang bereaksi dengan cepat di ozon. "Semua berubah drastis," kata Salawitch.
Tahun ini sistem angin kutub yang dikenal dengan nama "pusaran kutub" sangat tenang dan stabil. Hal itu berperan dalam menurunkan temperatur di daerah Kutub Utara. Penurunan drastis ini, jika terjadi di Kutub Selatan, dipastikan bisa membentuk lubang ozon karena lapisan ozon di sana lebih tipis daripada di Kutub Utara.
Saat ini pusaran angin sudah menghilang dan udara dari luar Kutub Utara yang lebih hangat bisa masuk dan memperbaiki lapisan ozon.
Jika ozon berlubang, semakin banyak radiasi ultraviolet yang mencapai bumi yang bisa memicu penyakit kulit. Dengan lapisan ozon yang semakin tipis saja orang berkulit sensitif akan semakin mudah terbakar sinar matahari. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi

Sumber : Kompas.com

23.000 Hektare Areal TNGL Beralih Fungsi

Ilustrasi

Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) mengungkapkan bahwa seluas 23.000 hektare areal TNGL yang berada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut), beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) wilayah Stabat, Ari Subiantoro, di Stabat, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi terhadap kerusakan atau penyimpangan fungsi yang terjadi di areal TNGL.

Ari Subiantoto, yang menjadi pimpinan wilayah TNGL meliputi Besitang hingga Bahorok, menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini, kerusakan terparah terjadi di Besitang, Sei Lepan, dan beberapa tempat lainnya.

Kerusakan tersebut diakibatkan perambahan yang terjadi secara besar-besaran di beberapa tempat seperti Sei Siminyak, Damar Hitam, Sekoci, Barak Induk, di Kecamatan Besitang dan Sei Lepan Kabupaten Langkat.

Akibatnya, menurut dia, seluas 23.000 hektare areal Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai salah satu paru-paru dunia itu kini kondisinya di Kabupaten Langkat sangat memprihatinkan, dan perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya, katanya.

Ari Subiantoro juga menyampaikan berbagai peringatan dan imbauan kepada mereka yang merusak, merambah, pengungsi, yang sekarang berada di dalamnya, sudah diingatkan untuk meninggalkan lokasi yang dirambah tersebut.

Malah ada beberapa pengungsi yang dulunya berada di TNGL, kini telah mengikuti program pemerintah ditempatkan di Musi Banyuasin Provinsi Jambi, katanya.

Diharapkannya juga, masyarakat lain yang sekarang masih berada di sana untuk ikut program tersebut, karena memang sudah menjadi perhatian pemerintah pusat, pemprov dan pemda Langkat, bahwa TNGL sebagai paru-paru dunia harus diselamatkan dari kerusakan dan perambahan, tegasnya.

Untuk itulah, ujar Ari Subiantoro, penertiban tersebut dilakukan, untuk kembali menghijaukan TNGL, selaku paru-paru dunia, dari pengrusakan, perambahan, oleh kalangan masyarakat, yang hanya menguntungkan diri secara pribadi.

Secara umum masyarakat lainnya pula yang akan menahankan deritanya, seperti banjir bandang, kemarau panjang, perubahan cuaca yang tidak menentu, dan berbagai risiko lainnya.

Masyarakat yang masih bermukim di TNGL diharapkannya sadar untuk meninggalkan kawasan tersebut, karena relokasi akan dilakasanakan, agar TNGL kembali hijau dalam menangani lahan kritis yang rusak sekitar 23.000 hektar tersebut.

Sementara itu, dukungan dari masyarakat wilayah Teluk Aru, di mana keberadan TNGL sangat mereka rasakan mamfaatnya, juga disampaikan salah seorang tokoh masyarakat di sana, Aliyuddin.

"Kita siap mendukung penghijauan kembali Taman Nasional Gunung Leuser, yang akan dilakukan BTNGL, maupun juga mereka yang punya kepentingan terhadap paru-paru dunia itu," katanya.

Dikatakan Aliyuddin pula, hijaunya kembali TNGL akan memberikan memberikan kontribusi besar pula buat kemaslahatan masyaraka Langkat secara keseluruhannya.

Sumber : Antaranews.com

Emil Salim: Perlu Aksi Nyata Awasi Merkuri

Emil Salim

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim mengatakan, perlu aksi nyata terutama dari pemerintah daerah untuk mengawasi penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan emas tanpa izin.

"Perlu ada aksi utama yang fokus pada penambangan emas tanpa izin terutama oleh pemerintah daerah," kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden tersebut di Jakarta, Rabu.

Emil menjadi pembicara dalam dialog interaktif mengenai tantangann ke depan menyongsong penerapan legally binding instrument on mercury bagi dunia usaha dan lingkungan hidup.

Dialog tersebut digelar dalam rangkaian Pekan Lingkungan Indonesia 2011 di Parkir Timur Senayan yang dibuka Menko Kesra Agung Laksono dan berlangsung hingga Minggu 5 Juni 2011.

Emil mengatakan, peraturan mengenai penggunaan merkuri sudah ada tetapi tetap saja terjadi penggunaan merkuri untuk kegiatan penambangan ilegal.

Karena itu, menurut dia, pengawasan harus diutamakan pada penggunaan merkuri yang berdampak pada rakyat yaitu penambangan emas rakyat karena air yang mengandung merkuri dibuang ke sungai sehingga mencemari sungai yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

"Ini ancaman, usul saya adalah konsentrasi pada merkuri yang berdampak besar bagi rakyat," ujarnya.

Ia menyarankan penggunaan sianida dalam produksi emas. Namun karena harganya lebih mahal dari merkuri, pemerintah perlu memberi insentif sehingga masyarakat tertarik menggunakan sianida.

Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Sampah, Masnellyarti Hilman mengatakan, merkuri adalah bahan berbahaya dan terbatas tapi banyak masuk secara ilegal.

"Kami sarankan importirnya terdaftar dan masuk pada pelabuhan tertentu. Peraturannya sudah ada hanya pengawasannya masih lemah," kata Masnellyarti.

Merkuri banyak digunakan dalam proses penambangan emas terutama di Indonesia bagian barat dan membawa dampak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Sumber : Antaranews.com

Gaun Pengantin Sampah "Ikrar Cinta" Untuk Alam




Ilustrasi Gaun Pengantin

Baju lazimnya dibuat dari bahan kain yang berasal dari benang, tapi gaun pengantin ini berbeda dari gaun lainnya yang biasanya terbuat dari sutra, satin dan renda sebagai bahan utama.

Dilihat dari jauh memang cantik dan tidak beda dari gaun pengantin berwarna putih yang biasa digunakan mempelai Eropa, tapi ternyata bahan yang digunakan tidak biasa, yaitu limbah plastik.

Tidak hanya gaun yang terbuat dari plastik, sebagai tanda "ikrar cinta" untuk alam, jas pengantin pria juga menggunakan material yang sama. Warna putih mengisyaratkan sebuah moment sakral yang akan dilewati sepasang anak manusia.

Baju pengantin itu terpajang di stand Pertamina pada Pekan Lingkungan Indonesia 2011 yang digelar sejak Rabu-Minggu (1-5/6) dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup sedunia. Lokasi PLI kali ini berada di ruang terbuka yaitu di Parkir Timur Senayan Jakarta.

Sepasang baju pengantin dari limbah plastik itu adalah karya Erni Suhaina Ilham Fadzry yang dikerjakan bersama peserta pada lembaga kursus dan pelatihan LKP Bu Endang yang dipimpinnya.

Ide membuat gaun pengantin dari limbah plastik itu berawal dari keprihatinannya terhadap sampah yang terbuang dan mengganggu lingkungan di sekitar tempat tinggalnya di Cilacap, Jawa Tengah.

"Saya berpikir apa yang bisa kita perbuat. Karena saya suka bidang keterampilan saya mencoba memanfaatkan sampah, dan saya mengajarkan masyarakat untuk melakukan yang gampang dari sampah seperti membuat bunga," katanya.

Awal mula tercetus membuat gaun pengantin dari limbah plastik saat seorang peserta pelatihannya merencanakan pernikahan. Berawal dari bincang-bincang iseng terbentuklah sebuah ide konsep pernikahan menggunakan limbah.

Bukan hanya iseng memanfaatkan limbah yang terpikir oleh Erni, tapi ia membuat momen itu untuk kampanye dan mengajak masyarakat menyelamatkan lingkungan dengan memanfaatkan sampah.

"Saya pikir program penyelamatan lingkungan yang paling penting adalah partisipasi masyarakat, karena apapun program yang diluncurkan pemerintah kalau masyarakat tidak mau percuma saja. Akhirnya pendekatan yang saya gunakan adalah bagaimana masyarakat itu mau melakukan sesuatu untuk pemanfaatan limbah," ujar ibu dari tiga putra itu.

Raih rekor MURI
Sasaran dari proyek "gaun pengantin sampah" itu adalah kaum perempuan karena mereka yang paling banyak membuang sampah plastik. Kaum hawa yang kodratnya menyukai keindahan dan kecantikan menjadi target utamanya sehingga terlaksanalah pelatihan membuat bunga.

Menurut Erni, tidak mudah mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan mengelola limbah. Maka dilakukan sosialisasi ke masyarakat bahwa lembaga pelatihannya mempunyai pelatihan pemanfaatan limbah secara gratis.

"Mereka hanya membayar dengan limbah, dianjurkan sebanyak-banyaknya membawa limbah dari rumah. Limbah-limbah itu saya masukkan ke `dropping centre` di rumah saya untuk dipilah," tambahnya.

Diakuinya membuat sepasang gaun pengantin dari limbah plastik itu tidak memakan waktu lama karena melibatkan banyak orang termasuk anak-anak di pendidikan usia dini (PAUD) untuk membuat hal-hal sederhana seperti bunga.

Hanya dalam waktu seminggu gaun pengantin bisa diselesaikan. Pelibatan anak-anak PAUD juga sebagai bentuk pendidikan dini bagi mereka untuk mencintai dan menyelamatkan lingkungan.

Sekitar 500 warga ikut terlibat dalam pembuatan gaun pengantin sampah itu. Erni mengaku terkejut dan senang dengan antusias warga yang terlibat dalam proyek tersebut bahkan masing-masing membuat baju dari limbah plastik.

Usaha kerasnya berbuah manis ketika meraih tiga penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) pada 2010, yaitu untuk pemrakarsa yang diraih Pertamina sebagai pembina dan lembaga kursus Bu Nandang sebagai pelaksana, serta untuk pengantinnya yang menggunakan tema unik.

Pernikahan Ema dan Adi bisa dikatakan unik karena semuanya menggunakan limbah mulai dari souvenir yang terbuat dari keping CD bekas yang ditaburi pasir laut dan dipermanis kerang-kerang sebagai limbah alam.

Undangan pernikahan juga memanfaatkan botol bekas atau limbah kaca, hingga tempat uang yang menggunakan mesin cuci bekas. Sedangkan sepasang gaun pengantin itu dibuat dari sekitar 1.000 plastik kresek.

Sementara buku tamu diganti spanduk sepanjang 15 meter dimana semua masyarakat menulis ikrar cinta untuk alam.

Program 3R
Dari misi awal sebagai kampanye penyelamatan lingkungan, saat ini mulai menuju ke usaha produktif sehingga mendapat "poin plus" dari hanya menyelamatkan lingkungan juga mendapatkan uang.

Program penyelamatan lingkungan dengan memanfaatkan limbah yang digagas Erni mulai disambut baik masyarakat terbukti dari banyaknya partisipasi termasuk dari sekolah-sekolah.

Selain mendapat Rekor MURI, kelurahan tempat tinggalnya menjadi pemenang tingkat provinsi dan juara dua nasional untuk lingkungan bersih dan sehat.

Capaian terpenting dari program pemanfaatan limbah tersebut adalah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah sangat berubah.

Kementerian Lingkungan Hidup menjabarkan terdapat tiga hal pokok permasalahan lingkungan perkotaan yang dihadapi Indonesia, pertama kualitas lingkungan hidup yang cenderung menurun, masalah kebersihan, ruang terbuka hijau, serta pencemaran air dan udara, termasuk di dalamnya isu perubahan iklim.

Untuk itu Kementerian Lingkungan Hidup menambah kriteria aspek lingkungan hidup program Adipura, yang salah satunya adalah terkait soal pengelolaan sampah.

Kementerian Lingkungan Hidup juga tengah menggalakkan Program 3R yaitu reduce atau mengurangi sampah, reuse yaitu menggunakan kembali, dan recycle atau mendaur ulang sampah.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, kegiatan 3R selain menyelamatkan lingkungan juga sangat membantu perekonomian sebab dapat menghasilkan uang dari daur ulang sampah

"Ada dua keuntungan kegiatan daur ulang sampah selain membersihkan lingkungan sangat membantu ibu-ibu rumah tangga menjadi kreatif," kata Gusti Muhammad Hatta.

Program 3R adalah salah satu solusi mengurangi sampah dan limbah seperti yang dilakukan Erni, menjadi kreatif sekaligus sebagai tanda "ikrar cinta" untuk alam, mencintai alam dan dengan menyelamatkan lingkungan.

Sumber : Antaranews.com

Jaga Hutan Untuk Menyangga Kehidupan

Ilustrasi


Penyelamatan lingkungan dan hutan akhir-akhir ini semakin gencar dikampanyekan mulai dari tingkat lokal, nasional hingga global karena pengaruh perubahan iklim yang kian dirasakan.

Bahkan, Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap 5 Juni kali ini tema yang ditetapkan United Nations Environment Programme (UNEP) adalah Forest: Nature At Your Service yang disesuaikan dengan konteks Indonesia menjadi Hutan Penyangga Kehidupan.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono membuka Pekan Lingkungan Indonesia 2011 yang gelar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup yang berlangsung sejak Rabu, 1 Juni hingga Minggu 5 Juni di Parkir Timur Senayan Jakarta.

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, Indonesia sebagai negara yang mempunyai hutan terbesar ketiga di dunia harus lebih serius memperhatikan kondisi hutan yang dimilikinya.

"Kerusakan-kerusakan hutan akibat ilegal logging, kebakaran hutan atau pengalihan lahan memperparah kondisi lingkungan hidup dan menambah daftar bencana yang terjadi di tanah air kita," katanya.

Hutan sebagai sumber penyedia keanekaragaman hayati tertinggi tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi juga berfungsi dan mempunyai peranan penting dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Hutan memiliki lebih dari 5.000 jenis produk, mulai dari minyak yang diolah dari daun yang digunakan sebagai obat-obatan herbal, bahan bakar, pangan, furnitur dan pakaian, mencegah erosi tanah dan membantu mengatur iklim, menyediakan air bersih, serta penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat diseluruh dunia.

Berdasarkan hasil pengukuran taksonomi pada 2007, keragaman spesies tumbuhan tinggi Indonesia yang telah terekam dan dipertelakan/diteliti hingga saat ini adalah 31.746 spesies.

Dalam hal keanekaragaman spesies, jumlah spesies tumbuhan di Indonesia termasuk dalam lima besar dunia, dan 55 persen diantaranya merupakan tumbuhan endemik.

"Mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati hutan akan membantu kita untuk menghadapi krisis iklim, mengurangi kemiskinan, mendukung kesehatan manusia, dan mewariskan dengan keindahan hutan seperti yang masih kita nikmati hari ini kepada anak dan cucu kita," katanya.

Membangun kesadaran masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan dan melindungi hutan adalah sebuah tantangan. Guna menjawab tantangan itu dikatakan Agung, perlu dibuat program-program cinta lingkungan yang melibatkan partisipasi masyarakat.

Kerusakan Hutan
Data Kementerian Kehutanan pada 2008 menyebutkan bahwa luas hutan Indonesia mencapai 120,35 juta hektare namun setiap tahunnya jumlahnya terus berkurang.

Apabila laju deforestasi mampu dikurangi sampai 2020 dan mampu mengembalikan 15 persen dari hutan yang terdegradasi, serta mengelola semua hutan lestari, dan meningkatkan cakupan kawasan lindung menjadi 17 persen, maka Indonesia tidak hanya berperan dalam mencapai target global tetapi juga sekaligus melestarikan hutan.

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menambahkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan, khususnya masyarakat sekitar hutan perlu lebih ditingkatkan.

Gusti mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup memiliki program dalam melindungi dan meningkatkan peranan lingkungan,terutama menghadapi dampak perubahan iklim.

Dikatakannya, pemerintah mempunyai kebijakan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada 2020 serta berbagai kebijakan menurunkan kerusakan hutan.

"Seluas 1,6 juta hektare hutan Indonesia berkurang setiap tahunnya, sedangkan kemampuan menanam hanya setengahnya, namun saat ini dengan program yang dilakukan bersama kemampuan penanaman 1,06 juta hektare," katanya.

Dikatakan Gusti, kerusakan lingkungan yang terjadi semua karena ulah manusia, dari berbagai kegiatan dan teknologi yang digunakan sehari-hari.

Bahkan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Bambang Sudibyo mengatakan lingkungan menjadi isu sentral dalam Al Quran, karena isu itu dibahas dalam beberapa surat.

"Isu lingkungan sangat sentral dalam Al Quran dalam beberapa suratnya terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan," katanya.

Inpres Moratorium Hutan
Keseriusan pemerintah dalam perlindungan hutan salah satunya adalah melalui moratorium hutan dengan mengatur penggunaan hutan primer dan lahan gambut terutama untuk mengurangi emisi.

Inpres moratorium sendiri sudah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis (19/5). Inpres tersebut merupakan penjabaran dari Letter of Intent (LoI) antara Indonesia dengan Norwegia atau disebut Kesepakatan Oslo.

Kesepakatan Oslo merupakan kerja sama konservasi kehutanan untuk mengurangi emisi karbon senilai satu miliar dolar AS antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia yang ditandatangani pada 26 Mei 2010 di Oslo, Norwegia.

Saat ini berbagai program sudah dilakukan pemerintah di antaranya penanaman pohon yang sudah mencapai 1,3 miliar pohon, program One Man One Tree dan program perempuan menanam.

"Mari mengubah pola pikir kita untuk berusaha menanam pada setiap kesempatan meskipun hanya sebutir biji pohon dan harus berpikir seribu kali untuk menebang pohon. Dengan menanam pohon kita dapat mewariskan kepada anak cucu kita berupa lingkungan hidup yang lebih baik," ujar Agung Laksono.

Kementerian Lingkungan Hidup juga menggandeng Kementerian Pendidikan Nasional untuk memasukkan materi lingkungan hidup dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan agar melahirkan kesadaran generasi muda untuk mencintai lingkungan.

Program lain yang dicanangkan pemerintah adalah membuat prasasti Taman Keanekaragaman Hayati untuk Propinsi Jawa Barat, Provinsi Sulawesi Utara dan Jawa Timur.

Taman Keanekaragaman Hayati merupakan wujud komitmen Pemerintah Daerah dalam pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya sumber daya genetik lokal dan endemik.

Sementara Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan juga mengajak ikut mensukseskan program Adopsi Pohon untuk merehabilitasi dan restorasi lahan kritis di kawasan konservasi khususnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Komitmen Untuk Lingkungan
Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup terus dilakukan tanpa mengenal batas usia, seperti komitmen mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang terus memperjuangkan perbaikan lingkungan diusianya yang ke-70 tahun.

"Insya Allah saya akan terus berjuang, tidak ada istilah pensiun atau berhenti," kata Rachmat pada perayaan ulang tahunnya ke-70 yang digelar di Jakarta, Jumat (3/6) malam.

Pada hajatan ulang tahun itu juga sekaligus diluncurkan buku "Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim".

Melalui buku tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah masalah lingkungan hidup dalam hal ini perubahan iklim perlu menjadi kepedulian masyarakat sebab tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah maupun lembaga tertentu.

Di balik perubahan iklim dan lingkungan juga rusak karena masyarakat, karena itu melalui buku tersebut ia mengajak masyarakat untuk membayar kembali apa yang dinikmati dari lingkungan hidup.

"Kita ini hidup dari lingkungan, hutan yang baik, air yang jernih. Manusia yang merusaknya maka kita harus mengembalikan dan itu akan menjadi panggilan hidup saya," tambahnya.

Sumber : Antaranews.com

Kemenhut Izinkan 25 Penangkaran Jalak Bali

Ilustrasi
Kementerian Kehutanan melalui Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSA) menginzingkan 25 lahan penangkaran untuk mengembangbiakkan burung jalak bali (Leocopsar rothschildi) yang habitatnya hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

"Ke-25 izin penangkaran jalak bali itu sudah diserahkan kepada para pemilik lahan penangkatan di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Bali, khususnya kelompok penangkaran di sekitar TNBB," kata Noerdjito, peneliti burung jalak bali pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Denpasar, Jumat.

Ia yang melakukan penelitian khusus burung jalak bali sejak tahun 1986 itu menjelaskan, kebijakan pemerintah untuk memberikan izin penangkaran terhadap jalak bali sebagai upaya meningkatkan populasi burung yang kini teramcam punah.

Lewat pengembangbiakan di luar habitatnya itu diharapkan mampu meningkatkan populasi burung maskot Bali, sehingga tidak mengganggu perkembangan satwa langka itu dihabitatnya yang hanya ada di TNBB.

Hasil pengembangbiakan jalak bali di sejumlah penangkaran di Indonesia, selama ini diperkirakan sudah menghasilkan 1.000 ekor.

Populasi di luar habitatnya diharapkan terus bisa berkembang dan sebagian hasil pengembangbiakan itu dapat dilepas pada habitatnya sebagai upaya mempercepat peningkatan populasi, harap Noerdjito.

Hal itu penting dilakukan mengingat populasi di alam bebas pada tahun 2005 dapat dihitung dengan jari, namn sekarang sudah berkembang menjadi 39 ekor.

Selain itu hasil penangkaran di TNBB sudah menghasilkan 145 ekor jalak bali. Burung hasil penangkaran itu secara bertahap juga dilepas ke alam bebas.

Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) membantu 60 ekor burung jalak bali atau 30 pasang kepada 12 kelompok penangkaran untuk dikembangbiakkan yang dikelola masyarakat Desa Sumberkelampok, yang wilayahnya berbatasan dengan TNBB.

Burung tersebut hasil pengembangbiakan yang didatangkan dari Klaten, Jawa Tengah dan Bogor, Jawa Barat.

Penyerahan bibit burung jalak bali tersebut juga disertai izin penangkaran oleh Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam Taming Sitorus.

Sumber : Antaranews.com

Kijang Punah Ditemukan Terjerat

ilustrasi 

Tim Polisi Kehutanan (Polhut) dari satuan khusus Patroli Harimau Sumatera (PHS) Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BB TNKS) baru-baru ini berhasil menemukan keberadaan satwa langka Kijang Gunung yang telah 80 tahun lebih dianggap punah. 

"Kami menemukan keberadaan Kijang Gunung tersebut saat patroli melakukan pemetaan harimau sumatera dalam kawasan hutan TNKS pada ketinggihan 1.800 mdpl, satwa langka yang telah dinyatakan punah lebih dari 80 tahun lalu itu kami temukan terperangka jerat yang sepertinya di pasang para pemburu liar," ungkap anggota PHS BB TNKS Agung, di Sungipenuh, Sabtu.

Dia mengakui,  kijang yang terperangkap tersebut didata terlebih dahulu kemudian dilepaskan  kembali alam liar.

"Ini bukti TNKS menyimpan banyak misteri yang tak terduga, satwa yang sudah dianggap punah saja justru masih bisa ditemukan di sini, walaupun kita cuma mendapati satu ekor yang jelas kijang gunung itu masih ada belum punah seperti diperkirakan para ahli satwa," kata Agung.

Sementara itu, peneliti dari Lembaga Flora dan Fauna Internasional,  Debby,  mengemukakan Kijang Gunung ditemukan pada tahun 1918 dan 1942 oleh para petualang dan peneliti Belanda.

"Selanjutnya, seorang ilmuan flora-fauna membawa kijang gunung dari Kerinci tersebut ke kebun binatang di Singapura guna melanjutkan penelitiannya di sana," kata Debby, warga negara Inggris yang berdomisili di Kerinci tersebut.

Dia mengaku sangat bersemangat dengan ditemukannya kembali keberadaan kijang gunung di TNKS tersebut, bahkan sengaja  menemui rekannya ahli kijang di Vietnam.

"Setelah dicocokkan dengan sampel mati dengan tengkorak kijang serupa yang dipinjam dari museum London, hasilnya seratus persen positif temuan ini adalah kijang gunung yang telah 80 tahun dianggap punah itu," kata Debby.

Sumber : Antaranews.com

Perburuan Satwa Liar Marak di Meru Betiri

ilustrasi kasus perburuan satwa liar


Perburuan satwa liar yang dilindungi di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) di kawasan Kabupaten Jember dan Banyuwangi hingga kini masih marak.

"Pemburu menembak seekor banteng di kawasan hutan TNMB, namun pemburu itu kabur dari kejaran petugas polisi hutan," kata Kepala Polhut TNMB, Musafa, kepada ANTARA di Jember, Jumat.

Petugas menemukan daging banteng yang sudah dipisahkan dari kulit dan tulangnya sebanyak satu kuintal yang diletakkan di pinggir hutan kawasan TNMB.

"Perburuan satwa liar di kawasan TNMB masih terjadi, sehingga petugas polhut akan melakukan patroli secara rutin untuk mempersempit ruang gerak pemburu liar, meski personel polhut sangat terbatas yakni 33 orang untuk memantau 58 ribu ha kawasan TNMB," tuturnya.

Data di TNMB tercatat sebanyak 18 kasus perburuan satwa liar selama tahun 2010, sedangkan tahun 2009 tercatat sebanyak 12 kasus. Perburuan satwa liar tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

"Selama Januari hingga Mei 2011 tercatat sebanyak empat kasus perburuan satwa liar dan kami berusaha maksimal untuk menekan angka kasus perburuan satwa di kawasan TNMB," paparnya.

Beberapa hewan langka yang diburu antara lain rusa, banteng, penyu dan telur penyu, kera abu-abu ekor panjang, dan beberapa hewan liar seperti landak, babi hutan, trenggiling, dan budeng.

"Selama tahun 2010, dari 18 kasus perburuan liar, petugas TNMB bersama aparat kepolisian setempat hanya bisa menindaklanjuti lima kasus, karena 13 kasus perburuan liar lainnya tidak ditemukan tersangkanya," katanya.

Biasanya petugas TNMB hanya menemukan bangkai atau daging satwa langka yang sudah ditinggal oleh pelaku perburuan satwa liar tersebut.

"Pelaku perburuan satwa liar bisa dijerat dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem," katanya menambahkan.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem flora dan fauna yang dilindungi oleh negara, sehingga hewan langka tersebut tidak terancam punah.

Sumber : Antaranews.com