Ilustrasi
Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) mengungkapkan bahwa seluas 23.000 hektare areal TNGL yang berada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut), beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) wilayah Stabat, Ari Subiantoro, di Stabat, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi terhadap kerusakan atau penyimpangan fungsi yang terjadi di areal TNGL.
Ari Subiantoto, yang menjadi pimpinan wilayah TNGL meliputi Besitang hingga Bahorok, menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini, kerusakan terparah terjadi di Besitang, Sei Lepan, dan beberapa tempat lainnya.
Kerusakan tersebut diakibatkan perambahan yang terjadi secara besar-besaran di beberapa tempat seperti Sei Siminyak, Damar Hitam, Sekoci, Barak Induk, di Kecamatan Besitang dan Sei Lepan Kabupaten Langkat.
Akibatnya, menurut dia, seluas 23.000 hektare areal Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai salah satu paru-paru dunia itu kini kondisinya di Kabupaten Langkat sangat memprihatinkan, dan perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya, katanya.
Ari Subiantoro juga menyampaikan berbagai peringatan dan imbauan kepada mereka yang merusak, merambah, pengungsi, yang sekarang berada di dalamnya, sudah diingatkan untuk meninggalkan lokasi yang dirambah tersebut.
Malah ada beberapa pengungsi yang dulunya berada di TNGL, kini telah mengikuti program pemerintah ditempatkan di Musi Banyuasin Provinsi Jambi, katanya.
Diharapkannya juga, masyarakat lain yang sekarang masih berada di sana untuk ikut program tersebut, karena memang sudah menjadi perhatian pemerintah pusat, pemprov dan pemda Langkat, bahwa TNGL sebagai paru-paru dunia harus diselamatkan dari kerusakan dan perambahan, tegasnya.
Untuk itulah, ujar Ari Subiantoro, penertiban tersebut dilakukan, untuk kembali menghijaukan TNGL, selaku paru-paru dunia, dari pengrusakan, perambahan, oleh kalangan masyarakat, yang hanya menguntungkan diri secara pribadi.
Secara umum masyarakat lainnya pula yang akan menahankan deritanya, seperti banjir bandang, kemarau panjang, perubahan cuaca yang tidak menentu, dan berbagai risiko lainnya.
Masyarakat yang masih bermukim di TNGL diharapkannya sadar untuk meninggalkan kawasan tersebut, karena relokasi akan dilakasanakan, agar TNGL kembali hijau dalam menangani lahan kritis yang rusak sekitar 23.000 hektar tersebut.
Sementara itu, dukungan dari masyarakat wilayah Teluk Aru, di mana keberadan TNGL sangat mereka rasakan mamfaatnya, juga disampaikan salah seorang tokoh masyarakat di sana, Aliyuddin.
"Kita siap mendukung penghijauan kembali Taman Nasional Gunung Leuser, yang akan dilakukan BTNGL, maupun juga mereka yang punya kepentingan terhadap paru-paru dunia itu," katanya.
Dikatakan Aliyuddin pula, hijaunya kembali TNGL akan memberikan memberikan kontribusi besar pula buat kemaslahatan masyaraka Langkat secara keseluruhannya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL) wilayah Stabat, Ari Subiantoro, di Stabat, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi terhadap kerusakan atau penyimpangan fungsi yang terjadi di areal TNGL.
Ari Subiantoto, yang menjadi pimpinan wilayah TNGL meliputi Besitang hingga Bahorok, menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini, kerusakan terparah terjadi di Besitang, Sei Lepan, dan beberapa tempat lainnya.
Kerusakan tersebut diakibatkan perambahan yang terjadi secara besar-besaran di beberapa tempat seperti Sei Siminyak, Damar Hitam, Sekoci, Barak Induk, di Kecamatan Besitang dan Sei Lepan Kabupaten Langkat.
Akibatnya, menurut dia, seluas 23.000 hektare areal Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai salah satu paru-paru dunia itu kini kondisinya di Kabupaten Langkat sangat memprihatinkan, dan perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya, katanya.
Ari Subiantoro juga menyampaikan berbagai peringatan dan imbauan kepada mereka yang merusak, merambah, pengungsi, yang sekarang berada di dalamnya, sudah diingatkan untuk meninggalkan lokasi yang dirambah tersebut.
Malah ada beberapa pengungsi yang dulunya berada di TNGL, kini telah mengikuti program pemerintah ditempatkan di Musi Banyuasin Provinsi Jambi, katanya.
Diharapkannya juga, masyarakat lain yang sekarang masih berada di sana untuk ikut program tersebut, karena memang sudah menjadi perhatian pemerintah pusat, pemprov dan pemda Langkat, bahwa TNGL sebagai paru-paru dunia harus diselamatkan dari kerusakan dan perambahan, tegasnya.
Untuk itulah, ujar Ari Subiantoro, penertiban tersebut dilakukan, untuk kembali menghijaukan TNGL, selaku paru-paru dunia, dari pengrusakan, perambahan, oleh kalangan masyarakat, yang hanya menguntungkan diri secara pribadi.
Secara umum masyarakat lainnya pula yang akan menahankan deritanya, seperti banjir bandang, kemarau panjang, perubahan cuaca yang tidak menentu, dan berbagai risiko lainnya.
Masyarakat yang masih bermukim di TNGL diharapkannya sadar untuk meninggalkan kawasan tersebut, karena relokasi akan dilakasanakan, agar TNGL kembali hijau dalam menangani lahan kritis yang rusak sekitar 23.000 hektar tersebut.
Sementara itu, dukungan dari masyarakat wilayah Teluk Aru, di mana keberadan TNGL sangat mereka rasakan mamfaatnya, juga disampaikan salah seorang tokoh masyarakat di sana, Aliyuddin.
"Kita siap mendukung penghijauan kembali Taman Nasional Gunung Leuser, yang akan dilakukan BTNGL, maupun juga mereka yang punya kepentingan terhadap paru-paru dunia itu," katanya.
Dikatakan Aliyuddin pula, hijaunya kembali TNGL akan memberikan memberikan kontribusi besar pula buat kemaslahatan masyaraka Langkat secara keseluruhannya.
Sumber : Antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar