ilustrasi
Tim Polisi Kehutanan (Polhut) dari satuan khusus Patroli Harimau Sumatera (PHS) Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BB TNKS) baru-baru ini berhasil menemukan keberadaan satwa langka Kijang Gunung yang telah 80 tahun lebih dianggap punah.
"Kami menemukan keberadaan Kijang Gunung tersebut saat patroli melakukan pemetaan harimau sumatera dalam kawasan hutan TNKS pada ketinggihan 1.800 mdpl, satwa langka yang telah dinyatakan punah lebih dari 80 tahun lalu itu kami temukan terperangka jerat yang sepertinya di pasang para pemburu liar," ungkap anggota PHS BB TNKS Agung, di Sungipenuh, Sabtu.
Dia mengakui, kijang yang terperangkap tersebut didata terlebih dahulu kemudian dilepaskan kembali alam liar.
"Ini bukti TNKS menyimpan banyak misteri yang tak terduga, satwa yang sudah dianggap punah saja justru masih bisa ditemukan di sini, walaupun kita cuma mendapati satu ekor yang jelas kijang gunung itu masih ada belum punah seperti diperkirakan para ahli satwa," kata Agung.
Sementara itu, peneliti dari Lembaga Flora dan Fauna Internasional, Debby, mengemukakan Kijang Gunung ditemukan pada tahun 1918 dan 1942 oleh para petualang dan peneliti Belanda.
"Selanjutnya, seorang ilmuan flora-fauna membawa kijang gunung dari Kerinci tersebut ke kebun binatang di Singapura guna melanjutkan penelitiannya di sana," kata Debby, warga negara Inggris yang berdomisili di Kerinci tersebut.
Dia mengaku sangat bersemangat dengan ditemukannya kembali keberadaan kijang gunung di TNKS tersebut, bahkan sengaja menemui rekannya ahli kijang di Vietnam.
"Setelah dicocokkan dengan sampel mati dengan tengkorak kijang serupa yang dipinjam dari museum London, hasilnya seratus persen positif temuan ini adalah kijang gunung yang telah 80 tahun dianggap punah itu," kata Debby.
"Kami menemukan keberadaan Kijang Gunung tersebut saat patroli melakukan pemetaan harimau sumatera dalam kawasan hutan TNKS pada ketinggihan 1.800 mdpl, satwa langka yang telah dinyatakan punah lebih dari 80 tahun lalu itu kami temukan terperangka jerat yang sepertinya di pasang para pemburu liar," ungkap anggota PHS BB TNKS Agung, di Sungipenuh, Sabtu.
Dia mengakui, kijang yang terperangkap tersebut didata terlebih dahulu kemudian dilepaskan kembali alam liar.
"Ini bukti TNKS menyimpan banyak misteri yang tak terduga, satwa yang sudah dianggap punah saja justru masih bisa ditemukan di sini, walaupun kita cuma mendapati satu ekor yang jelas kijang gunung itu masih ada belum punah seperti diperkirakan para ahli satwa," kata Agung.
Sementara itu, peneliti dari Lembaga Flora dan Fauna Internasional, Debby, mengemukakan Kijang Gunung ditemukan pada tahun 1918 dan 1942 oleh para petualang dan peneliti Belanda.
"Selanjutnya, seorang ilmuan flora-fauna membawa kijang gunung dari Kerinci tersebut ke kebun binatang di Singapura guna melanjutkan penelitiannya di sana," kata Debby, warga negara Inggris yang berdomisili di Kerinci tersebut.
Dia mengaku sangat bersemangat dengan ditemukannya kembali keberadaan kijang gunung di TNKS tersebut, bahkan sengaja menemui rekannya ahli kijang di Vietnam.
"Setelah dicocokkan dengan sampel mati dengan tengkorak kijang serupa yang dipinjam dari museum London, hasilnya seratus persen positif temuan ini adalah kijang gunung yang telah 80 tahun dianggap punah itu," kata Debby.
Sumber : Antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar