Lompat batu di Desa Bawomataluo, Nias Selatan, Sabtu (8/1/2011). Lompat batu menjadi salah satu andalan wisata budaya Nias.
Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar mengatakan, pariwisata Indonesia menunjukkan peningkatan. Namun di lingkup ASEAN, posisi pariwisata kita masih berada di bawah Malaysia dan Singapura. "Posisi pariwisata Indonesia masih di urutan ketiga setelah Malaysia dan Singapura," kata Sapta di Bali Safari & Marine Park, Kabupaten Gianyar, Bali, Jumat (6/5/2011).
Saat pemaparan materi pariwisata Indonesia pada Konvensi I Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali (Konvensi I GIPI Bali), Sapta mengatakan, Indonesia dengan potensi alamnya yang begitu besar seharusnya dapat meraih urutan pertama. Sektor pariwisata adalah penghasil devisa nomor tiga di Indonesia setelah tambang dan migas. Hanya, lanjut Sapta, sektor pariwisata bukan isu menarik bagi politisi sehingga usaha untuk membuatnya optimal menjadi agak tersendat.
"Seharusnya sektor pariwisata mendapat perhatian utama karena memberikan sumbangsih yang besar bagi devisa negara. Hanya, saat ini Indonesia masih mengalami persoalan pelik, yaitu ketiadaan manajemen destinasi pariwisata yang baik," ujarnya.
Menurut Sapta, manajemen destinasi pariwisata merupakan persoalan krusial yang dihadapi Indonesia. Namun, pada tahun 2011, kita harus optimistis. Sebab, Asia Pasifik menempati urutan kedua terbesar setelah Eropa dari jumlah wisatawan internasional. Proyeksi pertumbuhan ada pada tujuh hingga sembilan persen.
Sapta berharap, pada bulan Juli sampai Agustus, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat sebesar 10 persen. Dengan begitu, target kunjungan wisatawan sebesar tujuh juta jiwa ke Indonesia diharapkan terpenuhi.
"Jika meleset, maka target itu tak terpenuhi. Oleh karena itu, semua komponen pariwisata harus bergerak menjaga citra pariwisata Indonesia," katanya.
Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar