Keragaman burung di Indonesia menghadapi ancaman atas makin banyaknya jenis burung yang terancam punah pada 2011 akibat habibat mereka mengalami kerusakan.

"Bila pada 2010 jumlahnya hanya 122 jenis maka 2011 bertambah menjadi 123 jenis," kata ketua konservasi burung Indonesia Dwi Mulyawati di Bogor, Sabtu.

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau Burung Indonesia mencatat jumlah jenis burung yang terancam punah pada 2011 mengalami peningkatan.

Dwi merincikan jenis burung yang terancam punah adalah 18 jenis berstatus kritis (critically endangered/cr), 31 jenis genting (endgared/en) dan 74 jenis tergolong rentan (vulnerable/cr).

"Semua jenis tersebut menempatkan Indonesia masuk dalam daftar merah international Union for Conservation of Nature (IUCN)," kata Dwi.

Lebih lanjut Dwi mengatakan, burung yang mengalami peningkatan status adalah Gosong Sula (Megapodius bernateinii) yang beranjak dari "meningkat terancam punah" (Near Threatened/NT) ke posisi "rentan" (vulnerable/vu).

Menurut Dwi peningkatan status keterancaman burung yang termasuk dalam suku Megapodiidae ini didasari atas semakin berkurangnnya populasi mereka akibat habitat alaminya mengalami kerusakan.

Dwi mengatakan, menurut Jean-Christophe Vie, Deputi Direktor IUCN Global Species programme, semakin tingginya jumlah jenis burung yang terancam punah menunjukkan bahwa inisiasi konservasi harus dilakukan sesuai tempatnya.

"Sedangkan menurut Dr Stuart Butchart dari BirdLife`s Global Research and Indicators Coordinator berpendapat bahwa nasib burung-burung liar sangat bergantung dengan kondisi alam sebagai habitatnya," kata Dwi.

Dwi mengatakan, hutan merupakan habitat penting bagi kehidupan burung. Dari seluruh jenis burung terancam punah di Indonesia, lebih dari setengahnya tinggal di hutan sebagai habitat utama.

Taliabu Kepulauan Sula, misalnya. Konservasi hutan untuk lahan pertanian membuat gosong Sula mulai kehilangan habitat.

"Bersama telurnya juga, daging burung berukuran 35 cm ini masih menjadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi. Akibanya, pertambahan populasi Gosong Sula menjadi terhambat," kata Dwi.

Gosong sula merupakan burung yanga hanya dapat ditemui di Kepulauan Banggai dan Sula, kawasan Wallacea," jelas Dwi.

Burung ini merupakan penghuni habitat hutan dataran rendah dan kawasan pantai. Biasanya ia berpasangan atau bila dalam kelompok jumlahnya mencapai lima ekor.

Burung berwarna coklat sangat tua ini memanfaatkan panas bumi saat mengerami telurnya, sebagaimana burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo).

"Di alam, jumlahnya diperkirakan sekitar 1000 ekor," katanya.

Upaya perlindungan yang harus dilakukan, kata Dwi yakni perlu dilakukan dengan memprioritaskan pada Daerah Penting bagi Burung (DPB).

"Meski saat ini, tantangan yang dihadapi adalah tidak semua DPB berada di kawasan konservasi dan sebagian lagi tersebar di wilayah hutan alam produksi," kata Dwi.

Dwi menambahkan, Indonesia, sebagai pemilik hutan tropis terluas ke tiga di dunia, merupakan pusat keragaman hayati dunia mulai dari ekosistem, spesies flora dan fauna, hingga jenis burung. Dari total hampir 10.000 jenis burung yang ada di dunia sekitar 1.594 jenisnya terdapat di Indonesia.