Semakin jauh jarak tangkap komoditi yang merupakan keunggulan Kota Bitung, ternyata dipengaruhi oleh pembabatan hutan secara berlebihan, sehingga mengganggu ekosistem di laut.

Kepala Syahbandar Kota Bitung, Endang Sunaryo, di Bitung, Jumat mengatakan, berkurangnya bahan baku ikan yang merupakan hasil laut Kota Bitung, ternyata bukan hanya kesalahan penduduk pesisir atau nelayan, namun lebih kepada pembalakan hutan yang secara liar dilakukan.

"Hutan dipegunungan yang dibabat habis juga merupakan salah satu sebab menjauhnya ikan-ikan, karena laut juga membawa unsur hara dari pegunungan yang bisa mempertahankan populasi ikan dilaut," jelas Sunaryo.

Bahkan Sunaryo tegaskan, bukan cuma hutan saja yang miskin tapi laut pun ikutan miskin, hingga menyebabkan kenaikan harga bahan baku tersebut.

"Kenaikan harga ikan tentunya akan sangat meresahkan warga sehingga dari unsur tadi kiranya dapat diperhatikan oleh masayarakat maupun Pemerintah terkait," ungkapnya lagi.

Adapun jenis ikan yang berada dipasaran lokal meliputi cakalang, ikan tude, malalugis dan lainnya.

Sunaryo katakan, untuk kegiatan bongkar muat kapal ikan di pelabuhan Aertembaga, saat ini masih seperti biasanya.

"Dimana setiap kapal ikan yang tiba di Pelabuahan ini, harus melaporkan jumlah ikan yang ditangkap, karena selain untuk dilaporkan ke Jakarta juga untuk mendapatkan rekomendasi Bahan Bakar Minyak berjenis solar bagi pemilik kapal.

Namun demikian, Sunaryo katakan bahwa rekomendasi tersebut hanya dikhususkan bagi kapal-kapal yang berbahan bakar solar.

"Kalau perahu kecil hanya berkekuatan 5 sampai 10 Gross ton dengan berbahan bakar premium, tentunya tidak akan mendapatkan rekomendasi, karena hal ini hanya dikhususkan bagi kapal yang berbahan bakar solar," jelasnya.