Kehidupan di Pesisir Citarum
Seorang ibu paruh baya menceburkan dirinya di aliran irigasi selebar 2,5 meter. Dengan masih berpakaian lengkap, ibu itu menggosok tubuhnya dengan sabun. Sesekali ia membungkuk hingga kepalanya terendam, lalu menggosok kulit kepalanya.
Sekitar 500 meter dari lokasi ibu yang tengah mandi itu, empat ibu lain menggosok helai demi helai pakaian sambil bercerita satu sama lain di aliran irigasi yang sama. Di sela-sela tumpukan pakaian ditaruh sepatu dan piring yang telah bersih dicuci.
Lima meter melawan arus, tanpa menghiraukan sekitar, seorang perempuan muda mandi dengan pakaian lengkap seusai membilas pakaian. 300 meter menjauh dari mereka, seorang bocah jongkok untuk buang air besar. Plung, kotoran turun lalu terbawa arus. Tiga bocah lain asyik bermain air di sekitarnya.
Di beberapa titik di sepanjang aliran irigasi, tumpukan sampah, dan eceng gondok memenuhi aliran irigasi. Air pun keruh dan berbau. Begitulah gambaran suasana di aliran irigasi di sekitar Kecamatan Pakisjaya, Karawang, Jawa Barat. Aliran air sepanjang sekitar 20 kilometer dari Sungai Citarum itu dimanfaatkan ribuan warga untuk mandi, cuci, dan kakus.
"Ya mandi, ya nyuci, buang air besar numpuk di sini," ucap Nur Aini (25), salah satu warga yang memanfaatkan air irigasi, ketika ditemui Kompas.com.
Nur mengatakan, kebanyakan ibu-ibu, seperti dirinya, mandi saat subuh. "Kita mandi waktu subuh. Malu kalau banyak orang. Ada yang udah mandi jam 4.00. Habis itu nyuci. Penuh di sini kalau pagi," kata ibu dari Andi Prama (4) dan Ade (10) itu.
Kebiasaan itu sudah Nur lakukan sejak lahir. Meskipun memiliki sumur di rumahnya di RT 13 RW 14 Kampung Baru Dua Putra, Desa Teluk Jaya, Pakisjaya, Nur memilih menggunakan air irigasi. "Pake air sumur malah jadi kucel pakaian. Pake air ini baju bersih, cemerlang," katanya sambil membilas pakaian.
Nur mengaku tak merasakan dampak apa-apa menggunakan air yang tercemar itu. "Enggak gatel, kan airnya ngalir. Orang kampung mah udah biasa. Kebanyakan yang pake air di sini enggak punya sumur di rumah," ucap dia.
Kalau minum pakai air apa? "Kalau ada duit beli air bersih, sejeriken besar Rp 5.000 buat empat hari. Kagak ada duit yah nampung air hujan. Kadang minum pake air Citarum, vitaminnya banyak. Yah limbah, sampah, lengkap deh," katanya disambut tawa.
Bukan lagi informasi baru kalau disebut air Sungai Citarum telah tercemar mulai dari hulu. Limbah pertanian dan perternakan, limbah industri, dan limbah rumah tangga dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dulu. Kondisi air yang paling parah terlihat di hilir seperti di Muara Gembong, Bekasi.Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar