Kamis, 21 April 2011

Flora dan Fauna Nusakambangan Terus Terancam

Dermaga pulau Penjara Nusakambangan.Jumlah sipir di tujuh LP Nusakambangan tidak sebanding dengan jumlah napi. 
 
 
Populasi flora dan fauna endemis Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus terancam. Penyebabnya, kerusakan hutan akibat pembalakan dan perambahan liar di pulau seluas 12.202 hektar itu selama 15 tahun terakhir.
Kepala Kantor Wilayah Jateng Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemhuk dan HAM) Chairuddin Idrus mengungkapkan hal itu di sela-sela apel siaga bersama gabungan Wana Nusa untuk konservasi Pulau Nusakambangan di Dermaga Sodong.
"Setidaknya 4.000 hektar hutan di Nusakambangan rusak parah dan gundul," kata dia, Selasa (19/4/2011).
Berdasarkan temuan Flora Fauna Internasional, sejumlah flora dan fauna langka di Nusakambangan itu di antaranya macan tutul (Panthera pardus), pohon plalar (Hydraokarous fitoralis), dan bunga wijayakusuma (Epiphyllum anguliger).
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemhuk dan HAM Untung Sugiyono mengakui, keterlibatan para pemangku kebijakan dimungkinkan dalam pembalakan hutan. "Tak hanya petugas kami (Kemhuk dan HAM), semua yang punya wewenang di pulau ini tak tertutup kemungkinan terlibat," ujarnya.

Sumber : Kompas.com
 

Furnitur Warisan, Haruskah Dibuang?


Kuno dan ketinggalan zaman adalah dua kesan yang kerap melekat pada furnitur-furnitur warisan. Bagi orang-orang berusia muda dan bergaya modern, furnitur warisan rasanya kurang pas. Apa benar demikian?
Hilangkan anggapan bahwa furnitur warisan pasti tidak cocok dengan rumah-rumah modern. Coba berpikir sebaliknya, furnitur bergaya old school dipadu dengan gaya rumah-rumah modern, akan tercipta tampilan yang menarik. Yang perlu Anda lakukan hanya sedikit "mantra" untuk membuat furnitur-furnitur lama tak kalah pamor dengan furnitur baru.
1. Cat ulang. Furnitur lawas biasanya tampak usang karena catnya yang sudah mulai memudar atau mengelupas. Daripada membuangnya dan membeli yang baru, jauh lebih hemat jika Anda mengecat ulang. Warnanya pun bisa disesuaikan dengan tatanan interior ruangan. Menyenangkan, bukan?
2. Ganti kain pelapis (upholstery ). Seringkali kita merasa kurang cocok dengan motif atau warna upholstery dari furnitur yang diwariskan, pasalnya bukan kita yang memilih. Tapi ini bukan perkara besar, hingga harus membuangnya. Tinggal mengganti upholstery -nya dengan motif dan warna yang kita suka. Beres perkara.
3. Untuk yang berbajet terbatas, trik ini paling jitu. Mempercantik sofa atau kursi lama dengan cushion berwarna cerah. Cushion tak hanya membuat duduk lebih nyaman, tapi juga jitu untuk mengubah tampilan furnitur lama menjadi tampak baru. Tinggal ganti sarungnya dengan yang berwarna cerah atau bermotif menarik, kursi dan sofa lama pun siap bergaya.
Siap tampung furnitur warisan? Coba aplikasikan satu di antara ketiga "mantra" di atas, dan lihat hasilnya!



Sumber : Kompas.com

Nyaman dengan "Dinding" Tanaman

Tanaman tak hanya membuat teduh, tapi juga memberikan efek yang nyaman untuk kenyamanan indera.
Ada yang beda dengan balkon dengan view pohon di depannya. Lebih teduh dan nyaman saat berada disana. Angin sepoi-sepoi merasuki rasa nyaman yang membuat betah berlama-lama, apalagi ditemani dengan orang tercinta.
Tanaman yang ditanam di bawah balkon menjadi pembeda dengan balkon biasanya. Suara-suara dedaunan dengan latar belakang kicauan burung, membuat indera lebih berfungsi maksimal. Tak hanya indera penglihatan, pendengaran, rasa, dan kadang penciuman ”menikmati” sajian ruang alami. Bau tanah saat hujan membuat suasana tambah segar.
Jika Anda memiliki rumah yang memiliki balkon, pertimbangkanlah untuk menanam tanaman yang bisa berdahan banyak. Kerimbunan dedaunan memberikan makna baru dalam menghargai alam, sebagai teman terdekat yang membuat nyaman

Sumber : Kompas.com

Pemberdayaan, Esensi Perjuangan Perempuan


Esensi perjuangan perempuan adalah pemberdayaan. Kartini salah satu teladannya. Bicara Kartini, perempuan dari Jepara ini memilih pendidikan berbasis pengetahuan sebagai cara mencerdaskan kaum hawa di masanya. Perayaan Hari Kartini pada 21 April perlu dilihat sebagai refleksi bagaimana perempuan saling mencerdaskan dan memberdayakan.

Kartini hidup di masanya, beraksi dengan caranya. Banyak perempuan yang juga punya semangat Kartini. Pilihan cara boleh berbeda, namun cita-cita sama, perempuan berhak mendapat akses membangun dirinya, sekaligus menjalani multiperan. Kartini sudah menyontohkan bagaimana perempuan sanggup menjalani peran sebagai istri, ibu, dan mengembangkan dirinya sendiri.
Belasan hingga ratusan tahun setelah era Kartini, tumbuh perempuan tangguh di Indonesia. Dari rakyat jelata hingga tokoh ternama punya kisah berbeda namun bernilai sama, memberdayakan diri sebagai perempuan.

Di Semarang, pada 1913 hadir sosok perempuan Lauw Ping Nio, entrepreneur muda yang memulai bisnis minuman herbal di usia 18. Perempuan muda kelahiran 18 Agustus 1895 ini memiliki keberanian melakukan hal berbeda dari kebanyakan perempuan di jamannya. Mirip seperti Kartini yang diam-diam memberontak atas nilai kebudayaan feodal Jawa. Bedanya, Lauw Ping Nio bergerak dengan caranya, melalui keterampilannya meramu obat-obatan tradisional.

"Ibu Meneer adalah perempuan yang sangat menyintai keluarga. Hobinya adalah memasak dengan daun laos, sereh, dan salam. Saat ada keluarga sakit, beliau terpikir untuk membantu dan mencari cara bagaimana mengobati sakit secara alami. Saat itu jaman perang, dan harga obat sangat mahal. Berawal dari keinginan mengobati keluarga, Ibu Meneer meramu obat herbal. Selain mengobati keluarga, beliau juga mulai memberikan bantuan cuma-cuma kepada tetangga yang membutuhkan atau sedang sakit. Lama-kelamaan obat tradisional yang diproduksi dicari masyarakat. Karena tidak bisa keluar rumah untuk berjualan, Ibu Meneer mengirimkan produknya melalui anak-anaknya. Untuk memastikan produk tersebut berasal darinya, dibuatlah foto ibu Meneer. Foto ini sebagai perlambang bahwa produk yang dikirimkan anak-anaknya adalah benar berasal darinya. Hingga kini, foto Nyonya Meneer menjadi trademark di setiap produknya," jelas Charles Saerang, cucu, generasi ketiga Nyonya Meneer kepada Kompas Female, Rabu (20/4/2011).

Pada 1919, Lauw Ping Nio resmi mendirikan perusahaan jamu dengan merek Nyonya Meneer. Sejak awal mendirikan perusahaan jamu, Nyonya Meneer memedulikan nasib perempuan. "Perempuan yang bekerja di perusahaan harus mendapatkan cuti haid, ibu Meneer begitu memikirkan perempuan, susahnya menjadi perempuan," lanjut Charles.

Nyonya Meneer juga mendorong perempuan di zamannya untuk bekerja, jangan hanya berdiam di rumah. Perempuan harus seimbang dengan laki-laki, prinsip ini juga lah yang diterapkannya kepada anak perempuannya. "Pada jaman itu kebanyakan masyarakat sulit untuk menerima prinsip bahwa perempuan tidak boleh kalah dari laki-laki. Namun prinsip ini sudah didorong oleh ibu Meneer," jelasnya.

Hingga kini, perusahaan jamu Nyonya Meneer memiliki karyawan yang 90 persennya adalah perempuan. Pola pikir Nyona Meneer kental terasa hingga kini, aku Charles. "Pemikirannya bahwa perempuan harus diberi peluang menjadi pemimpin masih terasa hingga kini," tambahnya.
Posisi penting di perusahaan jamu Nyonya Meneer dipegang oleh perempuan profesional, bukan berasal dari keluarga semata. "Pantang menyerah, disiplin, motivasi, perempuan berhak setara mendapat kesempatan yang sama, adalah prinsip yang terus-menerus didorong ibu Meneer sejak awal mendirikan perusahaan," tandasnya.

Jika Nyonya Meneer memiliki misi memberdayakan perempuan, lain lagi dengan kisah Mujena (88), penjahit celana anak di kawasan Cipadu, Tangerang, Banten. Di usia lanjut, Mujena masih menjahit celana anak dengan mesin sederhana. Perempuan yang pernah hidup dalam ketakutan di zaman penjajahan Jepang ini tak ingin berhenti menjahit. Ia ingin berdaya atas dirinya meski usia semakin senja.

"Apa enaknya berdiam diri. Saya masih kuat menjahit. Saya juga masih ingin memberikan uang kepada cucu yang datang menjenguk," kata perempuan yang masih terlihat segar ini saat ditemui di kediamannya.
Mujena membeli bahan dari pengumpul di dekat tempat tinggalnya. Ia lalu menjahit lusinan celana dengan potongan pola dan paduan warna tanpa dikejar setoran. Mujena memiliki pelanggan setia yang selalu datang ke rumah sederhananya untuk membeli beberapa potong celana anak. Kegiatan menjahit sudah dilakukan Mujena puluhan tahun. Keterampilan inilah yang membuatnya berdaya sebagai perempuan. Setidaknya, di usia senja, istri dari mendiang guru mengaji ini tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Mujena adalah satu dari contoh sederhana perempuan di perbatasan kota Jakarta. Perempuan yang berdaya atas dirinya.

Di sekeliling Anda tentu banyak "Kartini" yang memiliki semangat memberdayakan diri dan orang lain. Perempuan nyatanya memang memiliki potensi pemberdayaan ini. Mengutip pakar pemasaran Hermawan Kartajaya, perempuan itu WOMEN. WOMEN diartikan sebagai wellbeing, optimisme, multitasking, entrepreneur, dan networker. Karakter WOMEN inilah yang ada dalam diri perempuan dan mencerdaskannya, serta membuatnya berdaya untuk diri dan orang lain, seperti halnya Kartini. Anda, juga punya potensi dan memiliki kekuatan seperti Kartini untuk melakukan perubahan, mencerdaskan diri sendiri dan perempuan lain.

Sumber : Kompas.com

Sabtu, 16 April 2011

159 Tahun Jadi Bagian "Surga"

Kebun Raya Cibodas 


"If paradise still exists on earth, then Cibodas must have been part of it! Andai saja surga masih ada di muka bumi, Cibodas pastilah bagian dari surga itu."
Demikian diucapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Raya Cibodas Didik Widyatmoko dalam sambutan memperingati Hari Ulang Tahun Ke-159 Kebun Raya Cibodas, Senin (11/4/2011).
Kalimat puitis itu dicuplik Didik dari ungkapan ilmuwan Belanda, Frits Warmolt Went (1903-1990). Ia pernah singgah dan meriset tumbuhan di Kebun Raya Cibodas.
Went kemudian dikenal dunia sebagai penemu auksin, hormon yang sangat penting dalam mengatur pertumbuhan tanaman.
Auksin terdapat pada sel ujung batang, akar, dan pembentukan bunga. Auksin mengatur pembesaran sel. Bagian-bagian tumbuhan yang mengandung auksin ini tumbuh bertambah panjang dan besar.
Ungkapan Went yang menyatakan Cibodas bagian dari surga di muka bumi, bisa saja untuk menyiratkan indahnya pemandangan di kebun raya yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Kebun raya ini didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann.
Pada zamannya, Teijsmann adalah kurator Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Cibodas semula diberi nama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas).
Tidak sekadar surga karena keindahannya, Kebun Raya Cibodas adalah surga bagi para ilmuwan untuk menguak pengetahuan dari berbagai fenomena tumbuh-tumbuhan di alam.
"Dari sini hasil publikasi internasional hasil riset mikoriza pertama kali dilakukan," ujar Didik.
Mikoriza adalah jamur di dalam tanah yang mampu menginfeksi akar berbagai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Anehnya, akar yang terinfeksi bukannya meradang, tetapi malah makin memiliki kemampuan mengikat unsur hara seperti fosfat.
Menurut Didik, publikasi ilmiah mikoriza ditulis JM Janse dari Belanda pada periode tahun 1890-1897. Usia Kebun Raya Cibodas waktu itu beranjak dari 38 tahun.
Ada dua publikasi ilmiah mengenai mikoriza. Pada masa itu belum diperkenalkan dengan istilah mikoriza, tetapi sebagai endofita atau truffe (jamur kecil).
Kedua judul publikasi itu Les Endophytes Radicauz de Quelques Plantes Javanaises (Endofita Akar dari Beberapa Tumbuhan Jawa) dan Quelques Mots sur le Development d'une petite truffe (Beberapa Catatan tentang Pengembangan dari Jamur Truffe kecil).
"Karya Janse itu menggugah penelitian fenomena mikoriza lebih lanjut di dunia," kata Didik.
"Quo vadis"
Pengetahuan yang terkandung di Kebun Raya Cibodas mampu mengguncang dunia. Didik menuturkan, kebun raya ini menjadi kiblat kegiatan introduksi dan domestifikasi tumbuhan pada masa kolonial Hindia Belanda.
"Peran ini justru melemah ketika Kebun Raya Cibodas dikelola bangsa sendiri. Quo vadis (hendak ke manakah) Kebun Raya Cibodas," kata Didik.
Kebun Raya Cibodas dirancang menjadi lokasi penyesuaian iklim tanaman produktif yang didatangkan dari wilayah negara lain. Yang paling terkenal adalah introduksi dan domestifikasi pohon kina (Cinchona calisaya).
Di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kebun Raya Cibodas berupaya memberikan kontribusi. Kepala LIPI Lukman Hakim menyebutkan, pada peringatan 159 tahun Kebun Raya Cibodas diluncurkan produk inulin hasil isolasi dari umbi dahlia.
"Produk inulin adalah bahan prebiotik hasil kerja sama Kebun Raya Cibodas dengan Pusat penelitian Kimia LIPI di Bandung," kata Lukman.
Di tengah melemahnya peran introduksi dan domestifikasi saat ini, Didik mengatakan, masih patut untuk membanggakan Kebun Raya Cibodas. Koleksi 235 jenis lumut di Taman Lumut Kebun Raya Cibodas yang dipertahankan di luar ruang lebih menarik dibanding taman lumut di Jerman dan Singapura yang berada di dalam ruang.
"Sebanyak 395 pohon sakura yang didatangkan dari Himalaya juga mampu tumbuh dengan baik," kata Didik.
Menurut Didik, nilai penting sebenarnya tidak hanya dari koleksi tanaman. Namun, pada hasil-hasil riset di masa Hindia Belanda, seperti karya Janse atau Went. Saat ini masih banyak ilmu yang bisa diungkap dari koleksi kebun raya itu..

Sumber : Kompas.com

Komodo Wajib Dilindungi

Sukedi Saleh dan pegiat komodo, Zeby Febrina memberi makan komodo di Kebun Binatang Ragunan, Minggu (28/11/2010).


Komodo, sebagai salah satu satwa langka di Indonesia, butuh perlindungan agar tidak punah. Oleh karena itu, pada Mei 2011 akan diresmikan Komodo Indonesiaku Foundation yang bertujuan untuk menjaga habitat komodo sekaligus memperkenalkan komodo ke masyarakat.
"Rencananya di Pulau Komodo acaranya. Di sana akan ada workshop dan juga lomba foto. Dijadwalkan akan hadir juga Putra Sastrawan yang merupakan master komodo," tutur aktivis komodo, Zeby Febrina kepada Kompas.com di Plaza Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jumat (15/4/2011).
Ide Komodo Indonesiaku Foundation ini berawal dari permintaan para pemandu wisata yang kerap kesulitan memberikan informasi kepada turis mengenai komodo. Untuk menyeragamkan informasi, dihadirkan Putra Sastrawan guna berbagi ilmu sekaligus memberi penjelasan tentang komodo.
Peluncuran Komodo Indonesiaku Foundation ini akan dilaksanakan pada 25-29 Mei 2011 di Pulau Komodo. Nantinya akan ada workshop dan lomba foto yang boleh diikuti oleh jurnalis dan umum. Hanya 20 peserta lolos seleksi lomba yang berhak ikut ke Pulau Komodo, yakni 10 dari jurnalis dan 10 dari umum. Selanjutnya, foto mereka akan dipamerkan pada 6-12 Juni 2011.
Selama di Pulau Komodo, mereka akan melakukan workshop dan praktik lapangan berupa field trip ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca Kampung Modo. Selain itu, juga akan disediakan stan khusus yang diberi nama Destinasi Komodo. Stan ini akan membagikan informasi tentang seluk-beluk komodo itu sendiri.
"Ini masih dipersiapkan dulu semuanya. Kami juga mengundang menteri-menteri yang berkaitan untuk hadir. Salah satunya, Fadel Muhammad selaku Menteri Kelautan dan Perikanan. Rencananya nanti ada lomba foto bawah laut juga," ujar Zebi. 

Sumber : Kompas.com

Selasa, 12 April 2011

Ekowisata Mangrove Dipadati Warga

Perahu nelayan yang akan membawa pengunjung Wisata Anyar Mangrove Surabaya menelusuri hutan bakau

Warga Kota Surabaya dan sekitarnya memanfaatkan hari libur yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berkunjung ke tempat wisata. Salah satu lokasi wisata baru yang menarik minat warga adalah ekowisata mangrove di Pantai Timur Surabaya.
Sejak Selasa (15/2/2011) pukul 06.00, kawasan Ekowisata yang terletak di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, itu sudah didatangi ratusan pengunjung. Rombongan pengunjung itu sengaja datang pagi hari agar bisa ikut menanam bibit bakau di area ekowisata tersebut.
Wahid, penjaga loket di dermaga ekowisata mangrove Wonorejo menuturkan, kawasan hutan bakau yang mulai dibuka sebagai lokasi ekowisata sejak awal tahun 2010 lalu itu kini memang mulai ramai dikunjungi warga. "Kalau Sabtu, Minggu, dan hari libur, pengunjungnya ramai. Dalam sehari pemasukan dari tiket perahu bisa Rp 3 juta sampai Rp 4 juta," katanya.
Untuk menikmati keelokan hutan bakau ini, pengelola menyediakan perahu dengan tarif Rp 25.000 per orang. Pengunjung akan dibawa melintasi Sungai Londo ke lokasi hutan bakau. Di kawasan ekowisata tersebut, pengunjung bisa melihat rerimbunan hutan bakau alami.
Menurut Wahid, selain melihat hutan bakau dan aneka jenis tanaman serta hewan yang berada di kawasan tersebut, pengunjung juga bisa menanam pohon bakau. "Kalau untuk edukasi dengan menanam bibit bakau, pengunjung bisa memesan terlebih dulu harinya mau kapan," ujarnya.
Pengunjung tampak antusias menjelajahi kawasan ekowisata tersebut. Meskipun cuaca mendung, mereka tidak mengurungkan niatnya untuk naik perahu hingga ke bagian muara sungai.
Salah seorang pengunjung, Ester dari Kota Surabaya menuturkan, ia datang ke kawasan ekowisata itu bersama keluarga besarnya. "Sebenarnya sudah penasaran sama tempat ini sejak lama. Kebetulan rumah saudara kami berada tak jauh dari sini, makanya kami sekalian ke sini," katanya.
Ketua pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo, Djoko Suwondo, menuturkan, kawasan ini dibuka untuk umum pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Sedangkan pada hari Senin hingga Jumat, kawasan ini biasa dikunjungi oleh rombongan yang hendak menanam bibit bakau.
Menurut Djoko, pembukaan ekowisata ini tidak hanya bermanfaat bagi warga Wonorejo, namun juga bagi lingkungan. Dengan mengikuti aktivitas menanam bibit bakau, pengunjung diajak lebih peduli terhadap lingkungan. 

Sumber : Kompas.com

Mangrove Hambat Perubahan Iklim



Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Masalahnya, mangrove terus mengalami kerusakan dengan cepat di sepanjang garis pantai, sejalan dengan persoalan emisi gas rumah kaca.
Para ahli dari Center for International Forestry Research (Cifor) dan USDA Forest Service menekankan perlunya hutan mangrove dilindungi sebagai bagian dari upaya global dalam melawan perubahan iklim.
"Kerusakan mangrove saat ini sudah pada tingkat yang menghawatirkan. Ini harus dihentikan. Penelitan kami menunjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan kunci dalam strategi mitigasi perubahan iklim," kata Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Cifor, Selasa (5/4/2011) malam.
Daniel mengemukakan, pada 15 -20 tahun lalu, luas hutan mangrove Indonesia masih sekitar 8 juta hektar. Saat ini diperkirakan tinggal 2,5 juta hektar.
Cifor mengungkapkan, sebuah studi yang dipublikasikan pada 3 April 2011 dalam Nature GeoScience, para ahli mengukur cadangan karbon dalam hutan mangrove berdasarkan atau luas areal wilayah Indo-Pasifik. Tidak ada studi selama ini yang mengintegrasikan pentingnya mengukur total cadangan karbon mangrove berdasarkan geografi atau luas wilayah hutan mangrove.
Dari hasil-hasil tersebut, para ahli mengestimasi bahwa tingkat pembusukan dan penguraian di hutan mangrove lebih cepat daripada hutan di daratan. Sebagian besar karbon disimpan di bawah hutan mangrove, yang dapat dilihat, yakni antara tanah dan air.  
Mangrove hidup sepanjang pantai dari sebagian besar laut-laut utama di 188 negara. Sebanyak 30 sampai 50 persen berkurangnya mangrove sepanjang setengah abad lalu telah menimbulkan ketakutan. Sebab, bisa jadi mangrove akan punah seluruhnya dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun.
Kelanjungan mangrove juga terancam oleh tekanan pertumbuhan kota dan pembangunan industri, sebagaimana ancaman dari pertumbuhan tambak atau fish farm yang tidak terkendali.
"Saat ini belum ada kesadaran akan bahaya kehilangan mangrove bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Sehingga, setiap pemerintah harus ditekan agar menyadari pentingnya dan membuat kebijakan yang dapat melindungi hutan mangrove," kata Daniel. 

Sumber : Kompas.com

Waspada, Malaysia Incar Budaya Kerinci!





Ilustrasi

Budayawan Jambi asal Kerinci, Nukman SS, mengatakan, kebudayaan dan sko (sistem matrilineal dalam upacara adat Kerinci) saat ini ibarat "gadis cantik" yang tengah diincar oleh asing, khususnya oleh Pemerintah Diraja Malaysia.

"Saya melihat ada gelagat tidak tulus dari berbagai kepedulian terhadap pemeliharaan Kebudayaan Kerinci yang dilakukan Pemerintah Diraja Malaysia belakangan ini. Boleh saja kita katakan mereka saat ini tengah mengincar kebudayaan dan sko Kerinci untuk diklaim," kata budayawan Jambi asal Kerinci, Nukman SS, saat dihubungi di Jambi, Minggu (27/3/2011).
Gelagat itu, tambah Nukman, sebenarnya sudah terbaca jauh-jauh hari ketika semenjak awal 1990-an, peneliti-peneliti dari Malaysia mulai berdatangan dan didatangkan ke Kerinci membawa misi riset budaya. Hingga saat ini, Kerinci masih menjadi obyek riset budaya yang dominan oleh para peneliti negeri jiran tersebut.
"Di samping itu, perhatian lebih yang diperlihatkan Pemerintah Diraja Malaysia belakangan ini terhadap Kerinci terkesan ada niatan terselubung yang mesti diwaspadai pemkab dan masyarakat Kerinci," ujar Nukman.
Malaysia, imbuhnya, jelas-jelas sudah terlihat tengah mengincar sko atau produk-produk budaya warisan leluhur masyarakat Kerinci untuk nantinya mereka klaim sebagai budaya negeri mereka. Menurutnya, semua pihak perlu mewaspadai gelagat itu, jangan sampai terlena oleh manuver perhatian berlebihan dan iming-iming Pemerintah Malaysia.
Asumsi tersebut, tambahnya, tidak saja dari dugaan semata. Hal ini terasa lebih jika menilik berbagai kasus pengklaiman kebudayaan Indonesia oleh negeri jiran tersebut sebelum ini. Kesemua klaim yang pernah mereka lakukan antara lain atas kebudayaan batik, reog, rendang, lagu "Rasa Sayange", lagu "Injit-injit Semut", angklung, dan tari pendet.
Semua klaim tersebut nyata-nyata telah memunculkan protes keras dari pemerintah dan masyarakat Tanah Air karena semua yang diklaim itu adalah budaya-budaya Indonesia yang populer di mata dunia dan diakui keberadaannya sebagai kebudayaan RI oleh Unesco. Namun, sebagai negara serumpun yang memiliki akar kultural yang sama, Indonesia tetap menjadi incaran mereka dalam membangun identitas kebudayaan negaranya.
Oleh karena itulah, mereka mulai meramu rencana dan strategi baru guna mencari cara yang aman dari protes masyarakat RI dan dunia. Salah satu caranya adalah dengan mencari negeri lain di Indonesia yang tidak terlalu populer keberadaannya, kurang diperhatikan atau dipedulikan pemerintahnya, tetapi kaya tradisi dan budaya asli.
Tentu saja negeri yang dipilih adalah negeri yang dinilai memiliki kisah kedekatan dengan mereka, baik secara kultural, maupun historis.
Para peneliti akan didatangkan dan berdatangan ke negeri tersebut dengan dalih melakukan riset. Semua itu adalah cara mereka untuk mengumpulkan atau mendata kekayaan tradisi masyarakat bersangkutan.
Langkah berikutnya, mereka akan memulai tahap pendekatan seperti salah satunya memfasilitasi berbagai fasilitas dan keperluan pengembangan kebudayaan masyarakat di negeri tersebut. Contohnya, mereka akan memberikan berbagai macam hadiah dan hibah, mulai dari bantuan bangunan fisik seperti museum, bantuan hibah finansial, pengiriman cendera mata persahabatan kepada kepala daerah bersangkutan.
Lalu berikutnya bisa dipastikan bahwa mereka akan menyusul dengan pemberian atau penobatan gelar kebangsawanan kepada tokoh di negeri tersebut secara langsung oleh Raja yang Dipertuan Agung, bisa juga dari raja-raja di negara bagiannya, bahkan dari pemerintahnya.
Setelah itu, mereka akan mencoba merancang dan merekayasa rangkaian hubungan silsilah kekerabatan sosial, kultural dan historis dengan negeri tersebut dengan Malaysia, berdasarkan berbagai temuan data dan fakta riset yang telah didapatkan para peneliti yang mereka kirim sebelum-sebelumnya.
Mereka kemudian akan memulai tahap akhir yang diawali dengan kampanye tentang rekayasa yang telah mereka susun tersebut kepada publik sehingga asumsi masyarakat bergeser kepada mereka. Sebagai pemungkasnya, mereka akan mengklaim produk budaya negeri bersangkutan yang telah mereka kumpulkan dan teliti tersebut menjadi hak milik negara mereka.
"Kerinci adalah negeri baru yang mereka incar tersebut. Alasannya, Kerinci yang memiliki banyak kebudayaan asli dan masih murni hingga kini tersebut masih terbilang negeri yang masih sangat lugu dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintah pusat, dibandingkan daerah-daerah pariwisata lainnya," beber Nukman.
Terciumnya jejak sejarah kekerabatan masyarakat Kerinci dengan Malaysia telah dimulai dengan banyaknya warga Kerinci yang jadi perantauan di Malaysia. Hal ini sudah berlangsung dari zaman nenek moyang mereka dulu.
"Karena itulah, langkah pendekatan mereka kini sudah lebih meningkat ke tahap lanjutan, yakni dengan memulai menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada Kerinci. Indikasinya adalah hadiah atau hibah bangunan Museum Kebudayaan Kerinci yang dibangun di Malaka, khusus untuk menampung kebudayaan masyarakat Kerinci. Bupati Kerinci telah diundang Diraja Malaysia untuk meresmikan keberadaan museum tersebut pada April mendatang," ungkap Nukman.
Nanti, tambahnya, keberadaan museum tersebut membuka peluang bagi mereka untuk secara aman menarik atau memindahkan keberadaan sko-sko dari Umah Gdang, rumah adat penyimpanan sko desa-desa di Kerinci, yang sebelumnya sangat tertutup dan dijaga dengan sangat ketat oleh pkaum. Berikutnya, tambahnya, bisa dilihat pada saat momentum ketika pihak pemerintah dan atau Diraja Malaysia akan memberikan cindera mata atau bahkan mungkin akan menganugerahkan gelar kebangsawanan kepada Bupati seperti langkah ketiga, untuk menyanjung sekaligus mengikat Kerinci.
Saat itu juga dipastikan akan mulai dikampanyekan mengenai bagaimana hubungan kedekatan dan kekerabatan Malaysia-Kerinci sehingga pejabat daerah Kerinci merasa sangat tersanjung dan merasa mendapat apresiasi yang selama ini tidak mereka dapatkan dari Pemerintah RI.
"Itulah strategi menuju invasi pengklaiman yang akhirnya akan mereka lakukan. Gelagat itu sudah jelas terbaca. Pasalnya, hal serupa juga sudah sering mereka lakukan tehadap daerah-daerah lain sebagai cara awal pra-pengklaiman terjadi, seperti terhadap Pemerintah Sumbar, Aceh, Sumsel, Riau, dan terakhir Jambi," sebut Nukman.
Namun, selama mereka gagal karena kuatnya proteksi kebudayaan oleh sistematika adat daerah bersangkutan, tidak ada celah bagi mereka untuk melakukan klaim. Beberapa kebudayaan memang berhasil mereka klaim, seperti motif songket Pucuk Rebung Riau yang berhasil mereka curi dan terjemahkan dalam bentuk bangunan, yakni kubah Menara Kembar tertinggi di dunia yang kini menjadi ikon Malaysia.
"Sementara itu, beberapa bentuk kebudayaan lainnya termasuk rendang dari Padang, gagal mereka klaim. Khusus untuk invasi tahap kedua yang obyeknya adalah Kerinci, sepertinya mereka berpeluang besar untuk berhasil mendapatkan klaim baru terhadap beberap sko asli masyarakat Kerinci, khususnya terhadap naskah-naskah kuno Kerinci," kata Nukman.
Oleh karena itulah, ia mengingatkan pemkab dan masyarakat Kerinci untuk mewaspadai berbagai iming-iming berbuntut tipu daya yang ditunjukkan Malaysia.
"Jangan sampai nantinya ditemukan produk budaya asli masyarakat Kerinci yang berpindah tangan ke negeri jiran yang mungkin saja jadi ikon kebudayaan mereka yang baru. Pemerintah pusat melalui Kemenbudpar juga harus turut membantu memantau gelagat tersebut. Bahkan, Budpar wajib membantu masyarakat Kerinci melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya sehingga terproteksi dari klaim negara lain yang mengancam," tandasnya. 

Sumber : Kompas.com

Malaysia Boyong Benda Pusaka Kerinci!






Dewan Kesenian Jambi (DKJ) menyerukan agar segenap masyarakat adat di Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci khususnya bisa kompak melakukan perlawanan terhadap manuver Malaysia yang terus memboyong sko, yaitu benda-benda pusaka dari  Kerinci ke negeri jiran tersebut.

"Kami menyerukan agar segenap masyarakat, budayawan, dan seniman Jambi khususnya yang berdomisili di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh untuk tidak tinggal diam melihat adanya gelagat Malaysia yang terus memboyong benda sko dari Kerinci," kata Ketua harian DKJ Naswan Iskandar SE, saat dihubungi di Jambi, Minggu (10/4/2011).
Menurut dia, sko Kerinci adalah aset kebudayaan utama bagi provinsi Jambi karena tidak ada kabupaten lain di Jambi yang memiliki peradaban begitu lengkap dan runut seperti Kerinci. Karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan aset besar tersebut.
"Upaya penyelematan tidak cukup hanya dilakukan oleh masyarakat setempat, pemerintah daerah juga harus memiliki political will, kemauan atau kesadaran untuk melakukan upaya-upaya revitalisasi dan proteksi," kata dia.
Pemkab, kata dia, tak seharusnya lantas gelap mata karena tersanjung mendapat apresiasi Pemerintah Diraja Malaysia yang menghibahkan museum kebudayaan Kerinci di Malaysia.
Hal tersebut justru semestinya dicurigai karena sangat berkemungkinan adanya niat halus Pemerintah Malaysia ingin memindahkan keberadaan sko-sko Kerinci ke negerinya.
Upaya proteksi semestinya dilakukan sedari awal, baik dengan bentuk segera mematenkan berbagai produk budaya tersebut ataupun menjadikan aset tersebut jadi materi penting dalam kependidikan, baik formal maupun nonformal.
Apalagi saat sekarang pemerintah pusat melalui Kemenbudpar tengah gencar mendaftarkan produk budaya bangsa RI ke UNESCO, semestinya Kerinci memanfaatkan kesempatan ini, katanya.
Beberapa sko Kerinci sangat khas dan langka, tidak ditemukan ada di tempat lain, seperti halnya naskah melayu tertua berupa kita undang-undang di Desa Tanjung Tanah yang merupakan warisan dari raja Melayu pra-Islam, yakni Adityawarman.
Lalu beberapa bentuk budaya lainnya seperti aksaran Incoung, seni bersenandung Tale, tradisi tutur Kunoun dan Kba, berbagai seni pertunjukan tradisional seperti tarian, teater, dan atraksi warisan budaya megalitik seperti tari asek, tari rangguk, marcok. Begitu juga dengan warisan sastra berupa mantra, pantun, seloko, penno, tambo, dan lain sebagainya.
"Kesemua itu tidak ditemukan lagi di daerah lain di provinsi Jambi, masyarakat Kerinci malah harus berbangga karena telah mampu merawat dan melastarikan keberadaannya hingga jadi warisan budaya yang luhur dan abadi hingga kini," ucap Naswan.
Abadinya berbagai aset seni budaya warisan leluhur masyarakat Kerinci khususnya aset benda seperti naskah, senjata, jimat, dan lain sebagainya, menurut Naswan, salah satu faktornya adalah karena masyarakat adat Kerinci sedari dulu telah memiliki sistem pemeliharaan atau penyimpananan yang khas dan terbukti kearifannya.
"Di Kerinci itu di setiap dusunnya memiliki museum sendiri, yakni berupa rumah adat yang juga sekaligus menjadi balairung dan istana para depati (para pemimpin adat). Di situ benda-benda pusaka yang disebut sko itu di simpan dan dijaga sedemikian ketatnya hingga hanya bisa dikeluarkan dalam waktu tertentu dengan dengan ritual yang sangat ketat pula," terangnya.
Tidak hanya itu, tambahnya, sko-sko Kerinci itu disimpan di tempat yang berbeda dari pada umumnya, yakni di atas para (di atas loteng atau bumbungan atap) dibungkus kain dan dimasukkan ke dalam peti.
"Jadi sangat riskan dan dikhawatirkan kalau penyimpanannya berpindah ke museum, apalagi museum di Malaysia justru akan mempercepat kerusakan karena ketidakcocokannya sistem perawatan yang digunakankan itu namanya sangat berbahaya," katanya.
Karena itu, pemkab dan masyarakat Jambi, khususnya Kerinci, harus berupaya melawan setiap niatan untuk memindahkan aset kebudayaannya tersebut ke negeri lain, palagi kalau memang sudah tercium adanya gelagat akan terjadinya pengklaiman.
"Kapan perlu kerahkan aksi massa guna menolak, kalau ada pihak yang tetap memaksa hendak membawa atau memindahkan sko Kerinci tersebut ke Malaysia, DKJ siap membantu memperjuangkan hak budaya masyarakat Kerinci tersebut," katanya. 

Sumber : Kompas.com

Museum Kerinci Dibangun di Malaysia

Jambi, Kompas - Museum Kerinci yang dibangun di Kuala Lumpur dengan bantuan dana dari Pemerintah Malaysia akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman, pekan depan. Dikhawatirkan, benda-benda bersejarah yang ada di Kabupaten Kerinci akan dibawa ke negeri jiran tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis, Senin (11/4), mengatakan, Museum Kerinci dibangun di dalam kompleks Sekolah Kebangsaan di Kuala Lumpur. Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian.
Selain itu, juga beragam jenis alat pertanian, seperti tangkai beliung untuk menebang kayu, luka belut (alat menangkap belut di sungai) dari bambu, dan jangki dari rotan (untuk menyimpan benda bawaan). Pemerintah Kabupaten Kerinci juga menyiapkan sejumlah naskah beraksara kuno serta berbagai jenis pakaian adat.
”Barang asli tetap disimpan di Kabupaten Kerinci, sedangkan di museum tersebut nantinya hanya duplikatnya,” kata Arlis.
Menurut Arlis, dalam peresmian pembukaan Museum Kerinci pekan depan akan ditampilkan sejumlah tarian asli Kabupaten Kerinci, seperti tari Ranggut, tari Pengobatan, dan Ngaji Adat. Museum akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman dan disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia, termasuk Menteri Kebudayaan Malaysia.
Arlis menambahkan, keberadaan Museum Kerinci akan mempererat hubungan antara Kabupaten Kerinci dan Malaysia. Selama ini banyak warga Kerinci yang telah menjadi warga negara Malaysia rindu menyaksikan budaya khas Kerinci. ”Ada kedekatan budaya antara Kerinci dan Malaysia,” tuturnya.
Disesalkan
Ketua Harian Dewan Kesenian Jambi Naswan Iskandar menyayangkan tindakan Pemkab Kerinci yang sangat antusias menyiapkan Museum Kerinci di Malaysia. Padahal, hingga saat ini Kerinci belum memiliki museum di daerahnya sendiri.
”Itu namanya pemkab ceroboh. Kenapa tidak membangun museum sendiri, malah membantu pembangunannya di Malaysia?” kata Naswan.
Ia menduga keberadaan Museum Kerinci di Kuala Lumpur akan diikuti dengan diboyongnya benda-benda pusaka milik Kerinci. Ia juga mengkhawatirkan bakal adanya klaim budaya Kerinci oleh Malaysia.
Padahal, Kerinci selama ini dikenal memiliki budaya tertua di Jambi, serta memiliki kekayaan peninggalan bersejarah yang cukup lengkap. Salah satu peninggalan tersebut adalah naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang membuktikan bahwa peradaban setempat telah memiliki aksara dan sistem hukum sendiri setidaknya mulai abad XIV.
Selain itu, Kerinci juga memiliki bentuk budaya lainnya, seperti seni Tale (bersenandung) dan tradisi Kunoun (tutur). Ada juga pertunjukan seni budaya megalitik sastra mantra, pantun, seloko, penno, dan tambo.

Sumber : Kompas.Com

Malaysia Kembali "Menampar" Kita

Gara-gara orang Malaysia mendirikan Museum Kerinci di negerinya, nama Kerinci mendadak melambung. Sama dan sebangun saat negeri jiran itu mengaku-aku seni reog ponorogo, tari pendet, lagu "Rasa-sayange", masakan rendang, dan produk-produk budaya kita lainnya sebagai milik orang Malaysia. Kita pun berang, merasa "ditampar". Yang menyedihkan adalah, kerapnya kita tertampar justru oleh kelalaian kita sendiri yang tak becus mengurus kebudayaan kita sendiri.

Malaysia... Malaysia... Apapun alasan dan landasan dari pendirian Museum Kerinci di Malaysia adalah sebentuk kenyataan, betapa di satu sisi ada semangat Malaysia untuk mengenali akar budayanya yang secara historis memang berada di tanah Indonesia. Di sisi lain, ada fakta bahwa kita tak pernah bersungguh-sungguh mengurusi budaya kita, dan ketika budaya itu "diambil" oleh bangsa lain yang hendak merawatnya, kita pun merasa dipecundangi.

Sebagai bangsa yang boleh dikata tak "memiliki" akar budaya di tanah airnya, Malaysia tentu akan berjuang menemukan kembali jejak kakek moyangnya. Kebudayaan Kerinci adalah salah satu pokok akar itu. Maka tak heran jika, sejak tahun 1990, orang Malaysia sudah melakukan riset mendalam mengenai budaya Kerinci.

Seperti diungkapkan budayawan Jambi asal Kerinci, Nukman SS, saat dihubungi di Jambi, Minggu (27/3/2011). "Gelagat itu sebenarnya sudah terbaca jauh-jauh hari ketika, semenjak awal 1990-an, peneliti-peneliti dari Malaysia mulai berdatangan dan didatangkan ke Kerinci membawa misi riset budaya. Hingga saat ini, Kerinci masih menjadi obyek riset budaya yang dominan oleh para peneliti negeri jiran tersebut," ungkap Nukman.

Maka marilah kita lihat, benda dan kekayaan budaya Kerinci apa sajakah yang dibawa ke museum di Malaysia itu. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis, Senin (11/4/2011), Museum Kerinci dibangun di dalam kompleks Sekolah Kebangsaan di Kuala Lumpur. Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian.

Selain itu, ada juga beragam jenis alat pertanian, seperti tangkai beliung untuk menebang kayu, luka belut (alat menangkap belut di sungai) dari bambu, dan jangki dari rotan (untuk menyimpan benda bawaan). Pemerintah Kabupaten Kerinci juga menyiapkan sejumlah naskah beraksara kuno dan berbagai jenis pakaian adat.

Menurut Arlis, dalam peresmian pembukaan Museum Kerinci pekan depan akan ditampilkan sejumlah tarian asli Kabupaten Kerinci, seperti Tari Ranggut, Tari Pengobatan, dan Ngaji Adat. Museum akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman dan disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia, termasuk Menteri Kebudayaan Malaysia.

Banyak memang yang menyayangkan "budi baik" pejabat Pemda Kabupaten Kerinci yang dengan sukarela mempersilakan orang Malaysia membawa warisan budayanya. Mereka yang menyayangkan hal itu antara lain Dewan Kesenian Jambi (DKJ) yang menyerukan agar segenap masyarakat adat di Provinsi Jambi dan khususnya Kabupaten Kerinci bisa kompak melakukan perlawanan terhadap manuver Malaysia yang terus memboyong sko, yaitu benda-benda pusaka, dari Kerinci ke negeri jiran tersebut.

"Kami menyerukan agar segenap masyarakat, budayawan, dan seniman Jambi, khususnya yang berdomisili di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, untuk tidak tinggal diam melihat adanya gelagat Malaysia yang terus memboyong benda sko dari Kerinci," kata Ketua Harian DKJ Naswan Iskandar SE saat dihubungi di Jambi, Minggu (10/4/2011).

Menurut Iskandar, sko Kerinci adalah aset kebudayaan utama bagi Provinsi Jambi karena tidak ada kabupaten lain di Jambi yang memiliki peradaban begitu lengkap dan runut seperti Kerinci. Oleh karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan aset besar tersebut.

"Upaya penyelamatan tidak cukup hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Pemerintah daerah juga harus memiliki political will, kemauan atau kesadaran untuk melakukan upaya-upaya revitalisasi dan proteksi," kata dia.

Pemkab, kata dia, tak seharusnya lantas gelap mata karena tersanjung mendapat apresiasi Pemerintah Diraja Malaysia yang menghibahkan museum kebudayaan Kerinci di Malaysia.

Hal tersebut justru semestinya dicurigai karena sangat berkemungkinan mengandung niat halus Pemerintah Malaysia untuk memindahkan keberadaan sko-sko Kerinci ke negerinya.

Sementara Malaysia pada pekan depan berencana membuka museum Kerinci dengan "pesta" yang menyenangkan, kita di sini hanya bisa mengelus dada. Sebagian pasrah, sebagian mengutuk aksi "pemboyongan" benda-benda pusaka Kerinci itu, dan sebagian lainnya sinis kepada pengelola negeri ini.

Puluhan komentar pun muncul berhamburan dari pembaca oase.kompas.com. Di antaranya dari Asanah yang mengatakan, "Pertanyaannya kenapa Pemerintah Indonesia kurang menghargai/peduli dengan sejarah bangsa sendiri?! Coba kalau dilestarikan atau dibangun museum di daerah tempat sejarah itu berasal, itu kan bisa untuk salah satu daya tarik daerah itu sendiri bagi para wisatawan.... Negara korup jadi lupa akan sejarahnya karena negara yang besar adalah negara yang menghargai sejarahnya...."

Indah Wahyu menulis begini, "Terima kasih kepada Pemerintah Malaysia yang mau menghargai budaya dan sejarah negara tetangga sampai mau repot-repot bangunin museum di Kuala Lumpur segala... Terima kasih karena Pemerintah Malaysia membuka mata kami... Biarpun Anda dicaci maki orang Indonesia, sebenarnya Anda yang selalu membangkitkan semangat nasionalisme kami yang kadang sudah kami pikir usang...."

Sementara itu, Mawardi mengungkapkan, "Sedih... banyak hal negeri ini belum bisa menghargai diri sendiri, baik sejarah, kebudayaan, intelektual, dan lain-lain. bagaimana bisa dihargai bangsa lain kalau dirinya sendiri tidak pernah dihargai... Ingat, Indonesia dibentuk dari kebinekaan... Kebinekaan untuk semua bukan milik masing-masing... Indonesia banyak sejarah, tetapi dokumen sejarah Indonesia yang memegang dan memiliki adalah bangsa lain sehingga generasinya tidak tahu sejarah bangsanya... Sedih...."

Kita memang pantas kecewa dengan pengelola negeri ini, dari tingkat pusat hingga daerah, seperti diutarakan Suci Handayani, "Mmm, miris membacanya. Kalau sudah begini, baru deh diperhatiin. Kemarin ke mana aja? Ya mungkin mereka hanya ingin dihargai karena semua butuh pengakuaan. Kalau di negeri sendiri saja tidak diurusi, mengapa harus menolak sesuatu yang menghargai dan mengakui kebudayaan mereka! Ya seharusnya memang harus lebih menjalin komunikasi dulu dengan pemerintah kita!"

Nah, kini, apa komentar Anda, saudara?
 
Sumber : Kompas.com

Sekolah Ambruk Masih Ditempati

Kegiatan belajar mengajar di SDN Kodik, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (12/4/2011), terpaksa ditiadakan. Sebab, semua siswa dan para gurunya melaksanakan gotong royong membersihkan tiga kelas yang ambruk.
Mereka sibuk mengeluarkan barang-barang, seperti bangku dan lemari, yang masih ada di dalam kelas.
Sekolah yang jaraknya 2 kilometer dari jantung Kota Pamekasan tersebut separuh atapnya sudah bolong. Gedungnya sebagian sudah ada yang roboh dan lantainya yang terbuat dari tegel sudah mengelupas.
Kepala Sekolah SDN Kodik Proppo, Edy Pratsojo, menuturkan, dua tahun yang lalu kondisi sekolahnya sudah sangat memprihatinkan. Namun, siswanya masih dipaksakan untuk tetap belajar. Sebab, sudah tidak ada ruangan lagi yang bisa dipakai.
Akibat angin puyuh yang terjadi di sebagian Desa Kodik beberapa waktu lalu, atap dan plafon tiga kelas tersebut ambruk. "Saat ini dua kelas sudah rusak parah dan tidak bisa ditempati lagi," kata Eko Pratsojo.
Karena keterbatasan ruangan belajar, satu kelas yang kondisinya juga memprihatinkan, siswa kelas III terpaksa harus menempati kelas tersebut. Kelas itu lantainya sudah mengelupas, plafonnya sudah ada yang roboh, dan sebagian ada yang menggelantung.
"Kami sebetulnya khawatir dengan keselamatan siswa. Namun, kami sudah tidak punya pilihan lagi untuk menempati kelas yang lain," kata Eko Pratsojo.
Tidak hanya itu, ketika hujan deras, ruangan kelas banjir. Sebab, lokasi sekolah berada di dataran rendah. Sebanyak 66 Siswa yang ada di sekolah tersebut kini harus belajar dalam satru kelas yang dibagi dua. Kelas I kumpul dengan kelas II, kelas IV kumpul dengan kelas V. Sementara untuk kelas III tinggal di kelas yang rusak tersebut.
"Khusus kelas VI kami beri ruangan khusus. Sebab, mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian semester dan ujian nasional," kata Armano Aidi, wali kelas VI.
Sekolah tersebut sudah pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat pada tahun 2009 lalu. Namun, itu hanya cukup untuk membangun tiga kelas saja. Sementara tiga kelas yang ambruk hingga kini masih belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. "Kami berharap pemerintah segera bertindak. Kondisi sekolah kami kondisinya sudah sangat memprihatinkan," tutur Eko.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pamekasan Ahmad Hidayat saat dikonfirmasi melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar TK/SD Syalah Syamlan mengatakan, pihaknya sudah melihat kondisi sekolah tersebut. Namun, karena anggaran pembangunan sudah dialokasikan kepada sekolah yang lain, terpaksa harus menunggu giliran pada tahun 2012. 

Sumber : Kompas.com

Tak Ada Kelas, Mau Sekolah di Mana?

Ilustrasi: Di Jawa Barat saat ini ada 38 persen lulusan SMP dipaksa putus sekolah karena jumlah SMA yang tersedia tidak bisa menampung. 

Pekerjaan rumah sektor pendidikan di Indonesia ternyata masih juga terhambat pada fasilitas-fasilitas mendasar seperti ketersediaan sekolah. Sampai saat ini, banyak lulusan pendidikan dasar yang gagal melanjutkan sekolah karena memang tidak ada kelas yang bisa menampung.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela-sela peresmian Pusat Training Huawei dan STEI ITB di Bandung, Senin (11/4/2011). Di Jawa Barat, misalnya, kata Heryawan, saat ini ada 38 persen lulusan SMP dipaksa putus sekolah karena jumlah SMA yang tersedia tidak bisa menampung.
"Saya tidak tahu bagaimana hitung-hitungannya, di mana yang salah sehingga 38 persen lulusan SMP dipaksa tidak sekolah," kata Heryawan.
Itu pun, jelas Heryawan, dengan asumsi semua ruang kelas yang ada diisi penuh 40 siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya memperkirakan butuh pembangunan 9.000 kelas baru setiap tahun.
Namun, keterbatasan dana membuat Pemprov Jabar hanya sanggup merencanakan pembangunan 6.000 kelas baru tahun ini. Ia berharap perusahaan swasta bisa turut memenuhi kebutuhan dasar pendidikan tersebut melalui program corporate social responsibility (CSR). Misalnya, kata Heryawan meniru, perusahaan-perusahaan di kawasan bisnis di Bekasi telah berkomitmen menyediakan 1.000 kelas baru tahun ini. 

Sumber : Kompas.com

Potret Kelaparan di Lumbung Pangan


Hani janda miskin asal Kabupaten Pinrang bersama ke tiga anaknya. Potret kemiskinan yang kerap kelaparan meski bermukim di daerah pemasok beras terbesar di Sulawesi Selatan 

Di tengah kesibukan Pemerintah Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan merebut penghargaan bidang kebersihan Adipura dan rencana pembangunan patung hiroik pahlawan Lasinrang,  di Kelurahan Tellumpanua, Kecamatan Suppa, justru ada seorang ibu tanpa suami bernama Hani (40) yang terpinggirkan.
Hani hanya bisa tinggal bersama tiga orang anaknya di rumah berdinding bilah bambu berukuran 2.5x3 meter. Rumah reyot yang di bangun di atas lahan perkebunan warga nyaris belum pernah dikunjungi pihak pemerintahan setempat.  Tak jarang Hani harus menahan lapar bersama tiga anaknya, meski mereka tinggal di daerah berpenghasilan beras terbesar di Sulawesi Selatan.
Kepada Kompas.com, Selasa (12/4/2011), Hani mengaku sudah beberapa kali berpindah lantaran kerap terkena gusur oleh pemilik lahan yang kebetulan di tumpanginya.
Untuk menghidupi ke tiga anaknya, Hani kerap berkeliling dari rumah ke rumah warga, hingga keluar kampung sebagai buruh cuci. "Saya juga bekerja sebagai buruh tani setiap musim panen, diupah Rp 15 ribu per hari. Tapi hanya pada waktu tertentu saja. Lepas itu saya keliling kampung menawarkan jasa sebagai tukang cuci," katanya dengan suara pelan.
Jika kehabisan beras, ia lebih sering menerima bantuan para tetangga. Hani bersama tiga anaknya tak canggung memilih pisang mentah yang direbus, untuk dijadikan makanan pengganjal rasa lapar. "Kadang kalau bertemu pemilik kebun, saya diberi ubi yang bisa saya masak dan makan bersama anak-anak," paparnya lirih.
Subsidi beras bagi warga miskin pun tidak banyak membantu janda miskin ini. Kalaupun mendapat jatah, Hani mengaku lebih sering menjual ke orang lain, dan hasilnya dibelikan beras yang harganya jauh lebih murah.
Keprihatinan Hani semakin menjadi karena sulitnya hidup ikut dirasakan ke tiga anaknya Nasir (12), Fendi (10) dan Ecce (6). Nasir anak ke duanya bahkan harus ikut memikul beban keluarga dengan bekerja sebagai buruh kasar pengangkat karung berisi beras di Bulog Dolangngan, Kabupaten Pinrang.
Dari hasil kerjanya, Nasir mendapat upah Rp 10 ribu per sekali kerja. Hani pun mengaku, anak-anaknya tidak pernah mengenyam bangku pendidikan karena keterbatasan biaya. "Anak tidak kami sekolahkan karena tidak ada biaya. Yang nomor dua terpaksa ikut menghidupi keluarga karena kedua adiknya juga sakit-sakitan," katanya.
Bahkan anak ke tiganya, Fendi, saat ini menderita penyakit usus akut, menyebabkan perutnya membuncit. Meski mendapat perawatan medis gratis, Hani mengaku jarang membawa anaknya berobat karena sulitnya biaya transportasi menuju puskesmas maupun rumah sakit yang jaraknya jauh.
"Kami bersyukur masih ditolong tetangga sekitar, termasuk membantu memberi baju untuk dipakai anak-anak," katanya.

Sumber : Kompas.com

Senin, 11 April 2011

Benteng Penyu di Makassar







Bila berada di ketinggian, maka Fort Rotterdam akan terlihat jelas berbentuk penyu. Bisa dibayangkan, saat benteng ini masih berfungsi, dari ujung kepala penyu mata melihat langsung ke lautan lepas. Fort Rotterdam memang berada di bibir pantai. Luasnya sampai tiga hektar. Tak heran, benteng tersebut menjadi ikon dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Pengunjung bisa menelusuri benteng tersebut dengan berjalan di titian pada pinggiran benteng. Perlu sekitar 30 menit untuk mengelilingi benteng itu. Dulu, para tentara Belanda berjaga-jaga di titian. Para pasukan pun berkumpul di kepala dan tangan penyu lengkap dengan persenjataan, siap menghadapi serangan musuh dari laut. Walaupun namanya Fort Rotterdam, tapi jangan salah sangka. Benteng tersebut mulanya bernama Benteng Ujung Pandang. Ya, Kerajaan Gowa yang membuat benteng tersebut bukan Belanda. Sekitar tahun 1620, Raja Gowa membangun ulang benteng tersebut dengan batu padas. Sebelumnya, benteng tersebut dibangun dengan tanah liat.
Semua bermula dari tokoh terkenal dari sejarah kolonial Belanda, seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Cornelis Speelman. Pada tahun 1667, Pelabuhan Ujung Pandang berhasil ia kuasai demi kepentingan monopoli rempah-rempah. VOC ingin menyingkirkan bangsa Portugis dan Inggris dari peta perdagangan rempah-rempah di kawasan timur Nusantara.
Pahlawan nasional Sultan Hasanuddin pada tahun 1667 menandatangi perjanjian Bongaya dengan VOC. Perjanjian yang mengambarkan kekalahan Kerajaan Gowa. Hasilnya, sebagian besar benteng Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan pun dihancurkan Belanda. Belanda hanya menyisakan Benteng Sombaopu. Sementara itu, Benteng Ujung Pandang harus diserahkan ke Belanda.
Speelman membangun ulang Benteng Ujung Pandang dan mengganti namanya menjadi Fort Rotterdam. Fort Rotterdam adalah nama tempat kelahirannya di Belanda. Sarif, penjaga Museum Negeri La Galigo, mengatakan, Speelman membangun kembali benteng tersebut dengan konsep membentuk peradaban Eropa di bumi Makassar.
"Saat dibangun kembali, Speelman memakai gaya arsitektur gotik seperti di kampung halamannya. Di dalam benteng terdapat beberapa gedung," jelas Sarif.
Gedung-gedung tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Mulai dari kediaman gubernur VOC, Gereja Protestan, rumah sakit, asrama tentara, gudang rempah, perpustakaan, sampai kantor wali kota.
Fort Rotterdam pada masa kejayaannya ibarat kota kecil nuansa Eropa di tanah pribumi. Salah satu gedung yang unik adalah gudang rempah. Safir menceritakan, VOC sampai memerintahkan beberapa tentara untuk menjaga gudang selama 24 jam. Sedangkan di perpustakaan berfungsi juga sebagai sekolah.
"Anak-anak raja direkrut Belanda untuk belajar sejarah, budaya, dan pengobatan. Salah satu pengajarnya adalah ahli sejarah dari Inggris," cerita Safir.
Si ahli sejarah tersebut mengumpulkan teks legendaris La Galigo berupa daun lontar 600 halaman dan menerjemahkannya ke bahasa Belanda. Safir menceritakan, beberapa orang terus mencari La Galigo, salah satunya adalah Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1811. Ternyata La Galigo mencapai 1.000 halaman.
"La Galigo merupakan teks puisi berupa epos dari Sawerigading. Salah satu kisahnya adalah Sawerigading yang merantau sampai ke negeri China. La Galigo tulis dalam bahasa Bugis dan terdapat tiga unsur, yaitu linguistik, politik, dan cinta. Ini karya epos terpanjang di dunia, mengalahkan epos Mahabrata," jelasnya. Karena keunikannya ini, La Galigo masuk dalam World Heritage UNESCO di tahun 2006.
Di area Fort Rotterdam terdapat Museum La Galigo yang tidak hanya mengisahkan La Galigo, tapi juga sejarah dan budaya masyarakat Sulawesi Selatan serta sejarah perkembangan Fort Rotterdam. Kini, pemerintah tengah merevitalisasi benteng tersebut.
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat menginginkan benteng tersebut berkondisi sama seperti pada masa kejayaannya. Salah satunya adalah dengan pembuatan parit yang mengelilingi benteng seperti dahulu kala. Selain itu, ada pula bangunan di luar benteng yang dihancurkan. Uniknya, kawasan benteng ini termasuk tempat bersejarah yang hidup hingga kini. Di akhir pekan, banyak komunitas yang melakukan kegiatan di benteng ini. 

Sumber : Kompas.Com

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni



Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011).
Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500.
"Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Jumina.
Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut.
"Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia," ungkapnya kemudian.
Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina.
Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina.
Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari "Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional", di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011).
Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc. 

Sumber : Kompas.Com

Minggu, 10 April 2011

Ayo Ramaikan "Global Star Party"






Memperingati Bulan Astronomi Global (GAM) 2011 pada bulan April, komunitas pecinta astronomi global serentak mengadakan Global Star Party. Gerakan tersebut akan diisi kegiatan mengamati obyek langit malam dan pengenalan astronomi.

Di Jakarta, acara diadakan Himpunan Astronom Amatir Jakarta di timur Lapangan Monas, Sabtu (9/4/2011) malam. Karena di tengah kota, kegiatan fokus pada pengamatan Bulan serta mengampanyekan pentingnya langit gelap untuk pengamatan astronomi. Di Bandung, diselenggarakan di Dago Tea House oleh komunitas Langit Selatan.
Sebelumnya komunitas Jogja Astro Club (JAC) di Yogyakarta juga menyelenggarakan pengamatan benda langit secara khusus pada Earth Hour Day menyambut kampanye tersebut. Salah satu kampanye kegiatan ini adalah mengajak masyarakat untuk mengurangi lampu penerangan di malam hari agar tidak mengganggu pemandangan langit di malam hari.

Sumber : Kompas.Com

Habitat Blekok dan Kuntul Dilindungi






Pemerintah Kota Bandung menetapkan aturan perlindungan hukum bagi tempat tinggal burung Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) dan Blekok (Ardeola speciosa) di Kampung Rancabayawak, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage. Tujuannya, mencegah kedua burung air ini dari kepunahan.

"Kawasan sekitar 600 meter persegi ini ini mendapat perlindungan Peraturan Daerah Kota Bandung No 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan Kota Bandung. Dilarang merusak tempat tinggal dan membunuh atau memperjualbelikan kedua jenis burung ini. Bila merusak. Dendanya bisa mencapai Rp 5 juta ditambah sanksi administrasi lainnya," kata Walikota Bandung Dada Rosada di Cisaranten Kulon, Kota Bandung, Jumat (8/4/2011).
Kuntul Kerbau dan Blekok adalah burung air yang memiliki fungsi ekologi penting di alam, seperti penyerbuk jenis-jenis tumbuhan dan pemangsa hama pertanian tapi populasinya tidak banyak lagi di alam. Kedua burung ini sebelumnya mendapatkan perlindungan dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Sejak tahun 1970, keduanya banyak berkembangbiak di rumpun bambu di Rancabayawak. Secara geografis, Rancabayawak ideal sebagai rumah bagi Blekok dan Kuntul Kerbau karena terletak di antara Sungai Cinambo dan Sungai Cisaranten.

Sumber : Kompas.Com

Serbuan Sampah di Kuta sampai Mei



Serbuan sampah ke Pantai Kuta, Bali, diperkirakan masih terus akan berlangsung hingga akhir Mei. Dengan demikian, petugas kebersihan Kabupaten Badung dan Provinsi Bali masih harus bekerja keras membersihkan pantai yang menjadi lokasi favorit wisatawan tersebut.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar Endro Cahyono, Sabtu (9/4/2011), menyatakan bahwa penyebab munculnya sampah di sejumlah pantai di selatan Bali itu adalah tiupan angin dari barat.
Menurut dia, angin yang bertiup dari barat tersebut membawa segala sampah dari Samudra Hindia, yang kemudian terdampar di Pantai Kuta, Seminyak, hingga Legian.
”Ketiga pantai, terutama Pantai Kuta, berada persis di cekungan Pulau Bali di bagian selatan. Karena berbentuk cekungan, ombak tertahan, dan sampahnya menumpuk di pantai,” katanya.
Dia menambahkan, embusan angin barat itu biasa terjadi setiap tahun sehingga serbuan sampah pun rutin setiap tahun. Sampah ringan dan berat seperti potongan batang kayu, lanjutnya, bisa berasal dari mana saja, termasuk dari Jawa Timur.
Biasanya, angin barat berlangsung dari Desember hingga Februari. ”Tetapi, tahun ini berlangsung lebih lama karena pengaruh La Nina,” kata Endro.
Secara terpisah, Ketua Bali Tourism Board Ngurah Wijaya menanggapi dengan tenang pemberitaan majalah Time edisi 1 April yang berjudul ”Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes”.
Baginya, artikel itu memang fakta dan tidak perlu dimungkiri atau dibantah. Apalagi, yang disoroti dalam pemberitaan tersebut hanya kondisi di Bali selatan, khususnya Kuta. ”Pulau Bali tidak hanya Kuta dan kondisi itu tidak dijumpai di semua wilayah Bali,” ujarnya.
Ngurah Wijaya mengakui, Pantai Kuta memang lokasi paling favorit bagi wisatawan, termasuk yang baru pertama kali ke Bali. Namun, pantai di Bali tidak hanya di Kuta. Kalau mau menikmati pantai, wisatawan bisa ke Pantai Lovina dengan lumba-lumbanya di Buleleng, Pantai Sanur di Denpasar, Candi Dasa di Karangasem, dan Tanah Lot di Tabanan.
”Yang terpenting saat ini, bagaimana menindaklanjuti kritik tersebut dan mengatasi permasalahan yang ada,” katanya.
Tetap ramai
Dari pantauan Kompas, hingga Sabtu kemarin wisatawan tetap berdatangan dan bergembira ria bermain-main di Pantai Kuta sambil menyaksikan petugas membersihkan pantai.
Sejumlah aparat kepolisian, pegawai hotel, dan Satuan Petugas Pantai Kuta sejak pagi hingga petang beramai-ramai memungut dan membersihkan sampah yang berserakan di pasir pantai.
Ketua Satuan Petugas Pantai Kuta IGN Tresna bahkan mengaku terkesan karena disalami sejumlah wisatawan yang bersimpati terhadap aktivitas pembersihan pantai.
”Kami bersiaga hingga hari-hari seterusnya dan menjaga sampah tidak lagi berserakan mengganggu pengunjung,” kata Tresna.
Ia menyambut gembira komitmen Pemerintah Kabupaten Badung yang bersedia mengirimkan berapa pun truk untuk mengangkut sampah selama 24 jam.
Menurut catatan Kompas, pariwisata Bali mendatangkan sekitar 2,4 juta wisatawan asing melalui Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2010. Tahun ini pemerintah menargetkan 2,7 juta wisatawan asing berkunjung ke Bali.

Sumber : Kompas.Com

Jumat, 08 April 2011

Akibat Jika Anak Cepat Puber







Sering nonton sinetron, banyak makan makanan junk food, faktor genetik atau beberapa penyakit bisa membuat anak mengalami pubertas dini. Ini membuat anak tumbuh dewasa sebelum usianya. Apakah bahaya bila anak pubertas dini?

Secara umum, tanda awal pubertas yang normal mulai muncul pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 9-14 tahun.

Bila tanda seksual sekunder pada anak perempuan muncul sebelum usia 8 tahun dan anak laki-laki sebelum usia 9 tahun, hal itu disebut pubertas prekoks atau pubertas dini, seperti dikutip dari tulisan dr Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dalam buku yang berjudul 'Panik Saat Puber? Say No!!!' terbitan Dian Rakyat.

Pada anak perempuan, pubertas dini ditandai dengan timbulnya pembesaran payudara, pertumbuhan tinggi badan yang cepat dibanding anak seumurnya dan tumbuh rambut kemaluan lebih awal. Sementara itu, pada anak laki-laki diawali dengan pembesaran buah zakar (testis) kemudian diikuti pembesaran penis.

"Perubahan hormon dalam tubuh pasti akan mempengaruhi struktur tubuh. Jadi kalau anak pubertas dini, pasti akan ada dampaknya," jelas dr Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dalam acara Talkshow Media dan Peluncuran Buku 'Panik Saat Puber? Say No!!!' di Magenta Cafe, Pacific Place, Jakarta, Rabu (6/4/2011)

Seseorang menjadi penyandang pubertas prekoks tergantung dari berbagai faktor, seperti faktor genetik atau penyakit tertentu yang dapat merangsang produksi hormon gonad, seperti tumor ovarium atau tumor testis.

Menurut dr Aditya, pubertas dini pada anak perempuan sering disebabkan karena gangguan hormon di otak yaitu di hipotalamus dan hipofise, sedangkan pada anak laki-laki karena tumor.

"Anak yang sering nonton sinetron atau sering makan makanan yang mengandung hormon seperti junk food juga bisa mengalami pubertas dini," lanjur dr Aditya yang merupakan spesialis anak di RSAB Harapan Kita.

Dalam bukunya dr Aditya menjelaskan, kalau pubertas timbul lebih awal maka tidak hanya ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang besar dan menjadi lebih cepat tinggi, tapi tulang juga akan lebih cepat menutup.

Jadi, bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan badannya akan lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari teman lainnya yang mengalami pubertas normal.

Di samping itu, bila terlalu cepat mengalami pubertas maka hormonnya akan tinggi dan itu akan menjadikan anak 'dewasa lebih cepat', padahal mentalnya belum siap menjadi dewasa.

Pada akhirnya, anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal yang ditakutkan yaitu bila ia menyenangi lawan jenis yang dapat menimbulkan peristiwa yang tidak diharapkan akibat dorongan hormonalnya tersebut.

"Anak yang pubertas dini akan menjadi salah tingkah, tidak bisa menempatkan diri, dandanan menjadi dewasa, mudah cemas, peragu dan menjadi tidak percaya diri. Ini karena mereka belum siap dan ketika terjadi pubertas dini mereka tidak menyadarinya," jelas dra Louise Maspaitella M.Psi, Psikolog Klinis Keluarga dari RSAB Harapan Kita.

Tidak hanya secara psikologis dan pertumbuhan badan, dr Aditya juga mengatakan bahwa pubertas dini dapat meningkatkan risiko kanker dan tumor di kemudian hari.

"Pubertas dini artinya hormonnya akan semakin cepat. Ini bisa mempengaruhi struktur tubuh dan meningkatkan risiko tumor. Pada perempuan misalnya bisa memicu kanker payudara. Pada laki-laki juga bisa meningkatkan risiko tumor testis dan tumor prostat," tutur dr Aditya yang mendalami masalah hormon pertumbuhan.

Pubertas dini meningkatkan risiko kanker dan tumor karena tingkat hormon estrogen, progesteron (pada perempuan) dan testosteron (pada laki-laki) dapat memicu beberapa tumor yang bisa menjadi ganas.

Bagaimana mengatasinya?

Sebelum mengobati atau menghentikan pubertas dini, harus ditentukan terlebih dahulu penyebabnya.

Pubertas prekoks atau pubertas dini berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua, yaitu pubertas prekoks sentral dan perifer.

Pada pubertas prekoks sentral maka akan melibatkan semua hormon di otak. Sementara itu, pada pubertas prekoks perifer, keterlibatan hanya di tempat tertentu, biasanya karena tumor.

Dalam bukunya, dr Aditya menjelaskan, bila penyebabnya sentral maka diberikan hormon antagonis yang bertujuan untuk menghambat pubertas. Tetapi, bila penyebabnya perifer maka tumornya harus diangkat atau diobati apa yang menjadi penyebabnya.

Sumber : DetikHealt.Com

Meredam Panas dengan Atap Ijuk







Panasnya udara Jakarta terkadang terasa menyengat bahkan saat di dalam ruangan. Untuk meredam hawa panas di dalam ruang, penambahan pemakaian ijuk di atap bisa menjadi solusinya.

Ijuk merupakan serat alam yang istimewa, berupa serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada bagian pangkal dan pelepah daun Pohon Aren. Ijuk memiliki sifat lentur dan tidak mudah rapuh. Keistimewaan ini dimanfaatkan pemilik The 3 House di Kuningan Village untuk menghadirkan ruangan yang sejuk lewat pemasangan ijuk di atap.
Atap di ruangan indoor The 3 House tidak murni dengan ijuk. Atap tetap menggunakan rangka besi, baru ditutup dengan ijuk. Tak cukup dengan ijuk, kemudian ditambah dengan tanaman merambat yang dibiarkan tumbuh alami di atap. Di bagian ujung, dimana berbatasan dengan bangunan lain, ditanam tanaman Pucuk Merah. Hasilnya, di dalam ruangan jadi terasa dingin dan segar.

Sumber : Kompas.Com

The 3 House, Nuansa Hijau di Antara Hutan Beton







Lelah dan penat akibat sibuk bekerja saban hari kita alami. Apalagi ditambah urusan kemacetan di Jakarta, rasanya semakin menambah kuantitas rasa penat itu sendiri. Beristirahat di tempat yang hijau dan segar sangat disarankan, selain melepas urat syaraf yang tegang juga sejenak memanjakan alat indera. Adalah The 3 House di Kuningan Village Jakarta, bistro and bar yang menawarkan suasana hijau dan segar. Tempat yang tepat untuk "melarikan diri" dari rasa penat.

The 3 House di Kuningan Village, sebuah kafe resto yang menawarkan konsep penghijauan dalam interiornya. Menurut Christina A. Tyas, Humas PT. Kuningan Elok, kecintaan sang pemilik Kuningan Village akan tanaman dan penghijauan yang mengilhami berdirinya The 3 House. "Dari namanya saja The 3 House, angka 3 itu sebenarnya dalam pengucapannya tree, yang dalam bahasa Indonesia berarti pohon," katanya.
Tak sekedar mengusung konsep hijau, kafe resto seluas 1.700 meter persegi ini ditata dengan 20 jenis tanaman di ruang outdoornya. Pohon dan tanaman hidup yang tertata apik ini seperti Pohon Kelapa, Pohon Pisang, Pohon Kamboja, Bougenville, Sirih Gading, Pucuk Merah, juga Alang-alang.
Bukan hanya tanaman dan pepohonan, untuk lantainya digunakan kayu bantalan kereta yang ditata dengan rapi. Konsep hijau tak sebatas pada interior yang didominasi tanaman saja. Pemilik Kuningan Village juga memakai lampu hemat energi jenis T5 di seluruh area kafe. Pindah ke bagian indoor, memang tidak didesain dengan tanaman hidup seperti ruangan outdoor. Miniatur pohon terletak di bagian bar, ditambah penataan kursi rotan dengan bantalan berwarna hijau.
Mulai dibangun pada tahun 2010, The 3 House memang didesain menghadirkan nuansa hijau di antara gedung-gedung bertingkat di sekelilingnya. "Sengaja didesain dengan ruang terbuka dan konsep hijau karena ingin memanjakan konsumen. Seperti diketahui, di kawasan Kuningan ini cukup  padat dengan gedung-gedung bertingkat. Kami disini menawarkan yang hijau di tengah-tengah pusat kota," kata Christine.

Sumber : Kompas.Com

Senin, 04 April 2011

Siswa Korban Lahar Sebaiknya di Asrama

Tiang beton yang baru saja dipasang untuk memperkuat pondasi Jalan Yogyakarta-Magelang, Desa Jumoyo, Salam, Magelang, Jawa Tengah, menjadi miring akibat diterjang banjir lahar dingin Merapi, Jumat (4/2/2011). 

Bencana banjir lahar dingin Merapi yang masih terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Magelang diakui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat mengganggu persiapan pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Oleh karena itu, Disdikpora meminta sekolah tingkat SMP dan SMA, mengasramakan siswanya yang terkena dampak bencana banjir lahar dingin.
"Hal itu untuk mengantisipasi keterlambatan siswa ke sekolah saat mengikuti UN," ujar Haryono, Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Fasilitator Pendidikan Tinggi (Dikmen & FPT) Disdikpora, Senin (4/4/2011).
Banjir menyebabkan sejumlah jembatan utama di Magelang terputus. Akibatnya, sebagian siswa terkendala transportasi menuju ke sekolah. Utamanya terputusnya Jembatan Tlatar, Srowol dan Prumpung. "Melihat situasi dan kondisi sering hujan dikhawatirkan banjir lahar datang lagi," katanya.
Ia menjelaskan, siswa berada di asrama selama UN berlangsung sekitar satu minggu. Dan guru bisa memberikan bimbingan, atau tambahan jam pelajaran di asrama. Sedangkan beberapa sekolah yang diminta mengasramakan siswanya itu, kata Haryono, terutama yang siswanya banyak berasal dari daerah bencana banjir lahar dingin.
Di antaranya Kecamatan Salam, Srumbung, Dukun, Sawangan, Muntilan, Ngluwar dan Mungkid. Pelaksanaan UN tingkat SMA/MA akan berlangsung pada 18-21 April, dan SMK pada 18-20 April. Sedangkan tingkat SMP/MTs berlangsung pada 25-28 April.
Sekolah dapat menempatkan siswanya di asrama sebelum hari pelaksanaan UN tersebut. "Namun mohon maaf, dengan biaya sekolah sendiri," ujar Haryono. 

Sumber : Kompas.Com

Jumat, 01 April 2011

Dunia Semakin Berangin Apa penyebabnya..?



         Selama 20 tahun terakhir dunia semakin berangin. Belum ada studi yang bisa menjelaskan penyebabnya.
          Berdasarkan analisis terhadap data satelit global, dalam 20 tahun terakhir angin ekstrem yang disebabkan oleh badai meningkat, naik 10 persen. Sementara itu, kecepatan angin rata-rata meningkat 5 persen.

           Studi yang dilakukan oleh Swinburne University of Technology di Melbourne, Australia, melihat pada kecepatan angin di berbagai area luas di seluruh dunia. "Penelitian pada beberapa area yang lebih kecil juga menunjukkan hasil yang sama," kata Ian Young yang memimpin studi. Dengan demikian, Young dan timnya mengambil kesimpulan bahwa ada peningkatan.

            Meskipun mendapati kalau dunia lebih berangin, tim yang dipimpin Young belum dapat menyimpulkan penyebabnya. "Entah akibat pemanasan global, entah sekadar pola siklus," kata Young.
Dengan kondisi angin seperti ini, Young menjelaskan lebih lanjut, pasti ada perubahan pada desain struktur bangunan pada pantai dan lepas pantai, erosi, dan ekosistem laut. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu).

Sumber : Kompas.Com