Rabu, 01 Juni 2011

Tarian Poco-Poco Hibur Pasukan PBB di Sudan

Tari Poco-Poco

Peringatan Hari Penjaga Perdamaian PBB (Peacekeepers Day) di wilayah bergolak Darfur, Sudan, pada Ahad (29/5) dimeriahkan dengan tarian khas Indonesia dari daerah Sulawesi Utara, Poco-Poco.

"Begitu lagu dan Tarian Poco-Poco dihentakkan, semua pasukan penjaga perdamaian PBB dari berbagai negara di Darfur pun berdiri berjoget bersama," kata Komandan Satgas Garuda Bhayangkara FPU Indonesia III, AKBP Gatot Mangkurat P.PJ, kepada ANTARA Kairo, Selasa.

Tarian tersebut dipersembahkan personel Kontingen Satuan Tugas (Satgas) Garuda Bhayangkara "Formed Police Unit (FPU)" Indonesia III.

Menurut Perwira Administrasi Personel FPU Indonesia III, AKP Andri Ananta Yudhistira, hentakan Tarian Poco-Poco yang dipersembahkan para anggota Satgas Garuda Bhayangkara itu semakian semarak lagi ketika digabungkan dengan tarian Sajojo.

"Kekompakan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas pokok sebagai pasukan pemelihara perdamaian tergambar dalam persembahan keserasian tarian Poco-Poco dan Sasojo itu," papar Andri Ananta.

Selain mempersembahkan Tarian Poco-Poco, Kontingen Polri juga menyajikan masakan khas Nusantara berupa soto ayam yang ternyata banyak disukai oleh kontingen dari negara-negara lain.

"Ini adalah momen yang tepat untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia di mata masyarakat internasional," ujar Gatot.

Kontingen Garuda Bayangkara Indonesia III yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB di Darfur (United Nations-Hybrid African Union Mission In Darfur (UNAMID) pada Peacekeepers Day itu, melaksanakan upacara peletakan karangan bunga untuk mengenang gugurnya 28 anggota pasukan PBB di Darfur sejak 2008.

Upacara ini dipimpin oleh Deputy Joint Special Representatif (DJSR) Mohamed B. Yonis.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam amanatnya menjelaskan beragam persoalan yang dihadapi badan dunia itu dalam misi perdamaian internasional.

Amanat Sekjen PBB bertema "Penegakan Supremasi Hukum" yang dibacakan oleh Yonis itu menitikberatkan pada dua persoalan penting.

Pertama, penyebaran pasukan PBB blue helmet merupakan perwujudan dari keyakinan bersama bahwa orang yang telah selamat dalam perang seharusnya tidak menderita lagi karena situasi ketidakamanan, ketidakadilan dan ketakutan, maka dengan menghilangkan kondisi tersebut kita dapat menciptakan perdamaian abadi.

Kedua, penegakan supremasi hukum, sangatlah penting untuk keberhasilan pemeliharaan perdamaian.

"Dalam posisi itu, misi perdamaian PBB membutuhkan kepercayaan dalam tugas-tugas kepolisian, sistem peradilan dan pelayanan masyarakat," kata Ki-moon.

Itulah sebabnya PBB mewajibkan polisi untuk tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan, mendukung tata kelola pengadilan guna melayani keadilan dan bekerja secara manusiawi dalam hal penahanan terhadap seseorang, 

Sumber : Antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar